Welcome to Afive Blog

Kata-kata yang baik memiliki daya kreatif, kekuatan yang membangun hal-hal mulia, dan energi yang menyiramkan berkat-berkat kepada dunia.
JANGAN LUPA ISI BUKU TAMU

Rabu, 17 Februari 2010

TASYRI’ PADA AWAL ABAD KEDUA SAMPAI PERTENGAHAN ABAD KEEMPAT HIJRIYAH


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pemerintahan Islam pasca keruntuhan Daulah Ummayah segera digantikan oleh Daulah Abbasiyah. Masa Daulah Abbasiyah ini disebut juga maa mujtahidin dan masa pembukuan fiqh, karena pada masa ini terjadi pembukuan dan penyempurnaan fiqh. Pada masa Abbasiyah disebut masa keemasan Islam yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang pengaruhnya dapat dirasakan hingga sekarang.[1]
Pada masa ini yang berlangsung pada abad kedua hijriyah sampai pertengahan abad keempat ini merupakan masa perkembangan hukum Islam dan ilmu pengetahuan yang terpancar keseluruhan wilayah Islam bahkan ke manca negara, bahkan Baghdad merupakan pusat kota dan ibukota Islam yang menjadi pusat kebudayaan dan peradaban yang tinggi saat itu. Saat ini diharapkan agar Islam bangkit dan menjadi acuan dalam segala hal termasuk dalam perkembangan hukum yang telah dicapai zaman keemasan.

B.     Rumusan Masalah
Pada pembuatan makalah ini mengacu pada masalah :
  1. Apa yang menjadi faktor pendorong perkembangan Tasyri ?
  2. Sebutkan dasar pemikiran dan perkembangan madzhab hukum Islam yang terkenal dan masih ada pengikutnya hingga kini ?
 
Properties

Share / Save / Like

Sabtu, 13 Februari 2010

Ilmu Pendidikan


BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
ILMU PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan
  1. Maha Luas : Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup yang mempengaruhi individu (pengalaman).
  2. Maha Sempit : Pendidikan adalah pendidikan yang melibatkan guru, murid, alat didik, media serta adanya jenjang pendidikan.
  3. Luas terbatas : Pendidikan adalah campuran dari pendidikan maha luas dan maha sempit.

B. Ruang Lingkup Pendidikan
1.      Pendidik : orang dewasa yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan si terdidik baik jasmani maupun rohani agar mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu dan social.
2.      Peserta didik : Fungsinya adalah belajar diharapkan peserta didik mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan dan system pendidikan.
3.      Tujuan dan Prioritas                              8.   Fasilitas
4.      Struktur dan jadwal waktu                    9.   Tekhnologi
5.      Isi dan bahan pengajaran                       10.   Manajemen atau pengelolaan
6.      Alat pendidikan                                    11. Pengawasan mutu
7.      Penelitian                                              12. Biaya

Properties

Share / Save / Like

Senin, 01 Februari 2010

AGAMA DAN KESEHATAN MENTAL



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula yang menyamakan dengan istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah al-nafs. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang berbeda.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat bahwa psikologi agama meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam kostruksi pribadi
Belajar psikologi agama tidak untuk membuktikan agama mana yang paling benar, tapi hakekat agama dalam hubungan manusia dengan kejiwaannya , bagaimana prilaku dan kepribadiannya mencerminkan keyakinannnya.
Mengapa manusia ada yang percaya Tuhan ada yang tidak , apakah ketidak percayaan ini timbul akibat pemikiran yang ilmiah atau sekedar naluri akibat terjangan cobaan hidup, dan pengalaman hidupnya.

B.     Rumusan Masalah
  1. Bagaimana pengaruh agama pada kesehatan mental ?
  2. Bagaimana pengaruh agama pada kesehatan fisik ?
  3. Bagaimana keterkaitan manusia dengan agama ?
  4. Apa yang dimaksud dengan terapi keagamaan ?
C.    Tujuan Masalah
  1. Agar mengetahui bagaimana pengaruh agama pada kesehatan mental.
  2. Agar mengetahui bagaimana pengaruh agama pada kesehatan fisik.
  3. Agar mengetahui bagaimana keterkaitan manusia dengan agama.
  4. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan terapi keagamaan.

BAB II
PEMBAHASAN
AGAMA DAN KESEHATAN MENTAL

Agama seseorang adalah ungkapan dari sikap akhirnya pada alam semesta, makna, dan tujuan singkat dari seluruh kesadarannya pada segala sesuatu. Agama hanyalah upaya mengungkapkan realitas sempurna tentang kebaikan melalui setiap aspek wujud kita. Agama adalah pengalaman dunia dalam seseorang tentang ke-Tuhanan disertai keimanan dan peribadatan.
Jadi agama pertama-tama harus dipandang sebagai pengalaman dunia dalam individu yang mengsugestit esensi pengalaman semacam kesufian, karena kata Tuhan berarti sesuatu yang dirasakan sebagai supernatural, supersensible atau kekuatan diatas manusia. Hal ini lebih bersifat personal/pribadi yang merupakan proses psikologis seseorang.
Yang kedua adalah adanya keimanan, yang sebenarnya intrinsik ada pada pengalaman dunia dalam seseorang. Kemudian efek dari adanya keimanan dan pengalaman dunia yaitu peribadatan.
Psikologis atau ilmu jiwa mempelajari manusia dengan memandangnya dari segi kejiwaan yang menjadi obyek ilmu jiwa yaitu manusia sebagai mahluk berhayat yang berbudi. Sebagai demikian, manusia tidak hanya sadar akan dunia disekitarnya dan akan dorongan alamiah yang ada padanya, tetapi ia juga menyadari kesadaranya itu , manusia mempunyai kesadaran diri ia menyadari dirinya sebagai pribadi, person yang sedang berkembang , yang menjalin hubungan dengan sesamanya manusia yang membangun tata ekonomi dan politik yang menciptakan kesenian, ilmu pengetahuan dan tehnik yang hidup bermoral dan beragama, sesuai dengan banyaknya dimensi kehidupan insani.[1]
Thomas Van Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama itu ialah berfikir , manusia ber-Tuhan karena manusia menggunakan kemapuan berfikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri. Pandangan semacam ini masih tetap mendapatkan tempatnya hingga sekarang ini dimana para ahli mendewakan ratio sebagai satu-satunya motif yang menjadi sumber agama.[2]
Kita tidak percaya kepada agama bukan karena secara ilmah menemukan agama itu hanya sekumpulan tahayul, orang yang menolak agama bukan karena alasan rasional, melainkan fakto psikologis yang tidak disadari, Nietsche menolak Tuhan seperti yang diakuinya bukan karena pemikiran tapi karena naluri.
Dizaman kuno penyakit yang diderita manusia sering dikaitkan dengan gejala-gejala spiritual. Seorang penderita sakit dihubungkan dengan adanya gangguan roh jahat oleh semacam makhluk halus. Karenanya, penderita selalu berhubungan dengan para dukun yang dianggap mampu yang berkomunikasi dengn makhkuk halus dan mampu menahan gangguannya. Pengobatan penyakit dikaitkan dengan gejala rohani manusia.
Sebaliknya, didunia modern penyakit manusia di diagnose berdasarkan gejala-gejala biologis. Makhluk-makhluk halus yang diasumsikan sebagai roh jahat dimasyarakat primitive, ternyata dengan penggunaan perangkat medis modern dapat di deteksi dengan mikroskop, yaitu berupa kuman atau virus. Kemajuan dalam bidang tekhnologi kedokteran membawa manusia demikian yakinnya bahwa gejala simtomatis penyakit disebabkan faktor fisik semata. Kepercayaan ini sebagian besar memang dapat dibuktikan keberhasilan pengobatan dengan menggunakan peralatan dan pengobatan hasil temuan dibidang kedokteran modern.
Sejak awal-awal abad ke 19 boleh dikatakan para ahli kedokteran mulai menyadari akan adanya hubungan antara penyakit dengan kondisi dan psikis manusia. Hubungna timbal balik ini menyebabkan manusia dapat menderita gangguan fisik yang disebabkan oleh gangguan mental (Somapsikotis) dan sebaliknya gangguan mental dapat menyebabkan penyakit fisik (Sikosomatik). Dan diantara faktor mental yang di indentifikasikan sebgai potensial dapat menimbulkan gejala tersebut adalah keyakinan agama. Hal ini antara lain disebabkan sebagian besar dokter fisik mslihat bahwa penyakit mental (mental illness) sama sekali tak ada hubungannya dengan penyembuhan medis, serta berbagai penyembuhan penderita penyakit mental dengan menggunakan pendekatan agama.
Properties

Share / Save / Like