Welcome to Afive Blog

Kata-kata yang baik memiliki daya kreatif, kekuatan yang membangun hal-hal mulia, dan energi yang menyiramkan berkat-berkat kepada dunia.
JANGAN LUPA ISI BUKU TAMU

Sabtu, 15 Januari 2022

Menalar Berfikir Secara Filosofis (hakikat): deductive vs inductive

Share on :

1. DEDUCTIVE reasoning

Menalar secara deduksi (deductive) itu intinya mengambil kesimpulan (conclusion) hanya berdasarkan petunjuk umum yang diberikan (premise) dan fakta atau bukti kasus khusus yang dimengerti (evidence).

Example: Mbah Sutejo diberi petunjuk sama Mbah Dukun: “hati-hati kalo nanti malam ada barang jatuh di rumah berarti besok kamu bakalan mati!”

Nah, karena Mbah Sutejo memang dari dulu fanatik dukun banget, makanya petunjuk (premise) yang diberikan oleh Mbah Dukun itu langsung diterima sebagai sebuah kebenaran (padahal setiap premise masih mesti dikritisi). Dalam contoh ini, premise itu dianggap benar oleh mbah Sutejo.

Tiba-tiba, malam berikutnya ada kucing nyenggol gelas di meja Mbah Sutejo…”pyaaar!!”..gelas jatuh dan pecah. Nah ini fakta/bukti/evidence yang ditangkap oleh Mbah Sutejo: “malam ini ada gelas jatuh di rumah”.

Maka kemudian Mbah Sutejo mengambil kesimpulan (conclusion): "jadi saya bakalan mati besok!!

**** Nah kira-kira kesimpulan Mbah Sutejo valid tidak??

Kesimpulan Mbah Sutejo ini valid dalam artian BENAR secara aliran logika (penalaran) tetapi SALAH secara kebenaran informasinya.

Jadi dalam menganalisis kebenaran suatu kesimpulan yang diambil berdasarkan logika deductive,
* yang pertama kali harus kita pastikan kebenarannya adalah sudah benarkah premis-nya???
Jika premise (kebenaran umumnya) benar kemungkinan besar kesimpulan (conclusion)nya juga benar!

* kedua, lihat evidence-nya (buktinya) benar atau tidak?..atau masih debatable?, misal seseorang mengatakan saat ini langit merah, bisa jadi menurut anda tidak merah tetapi orange.

* Kalo sudah sepakat premis dan evidence-nya benar, maka baru kita pastikan alur logika (dari umum ke khusus)nya juga benar.

Jadi sekali lagi, seringkali kesalahan sebuah penalaran deductive bukan pada alur logikanya tetapi dari kesalahan awal premise (petunjuk) atau memahami evidence-nya (fakta)!

———————–

Jadi ada 3 komponen dalam penalaran deductive:
Premise: keyakinan dasar yang dianggap benar (kebenaran secara umum)
Evidence: Fakta khusus yang ditemukan
Conclusion: Kesimpulan yang diambil untuk kasus lebih khusus berdasarkan kebenaran umum dan fakta dalam kasus khusus tersebut.

Contoh lain untuk penalaran Deductive:

Premise: Semua binatang tidak bisa kencing berdiri.
Evidence: Anjing adalah binatang
—–> Conclusion: Anjing tidak bisa kencing berdiri.

Jadi Penalaran Deductive itu diambil dari Kebenaran Umum ke Kesimpulan Kebenaran kasus Khusus
kalo digambar: Segitiga Terbalik …..cara ngingatnya: Deductive ~ Dibalik segitiganya jadi dari Umum ke Khusus

Biasanya Pak Polisi pake metode ini dalam menginterograsi, contoh:
Premise: Semua Maling nggak ada yang mau ngaku
Evidence: Bejo mengaku kalo dia maling
—> Conclusion Pak Polisi: Bejo pasti Bukan Maling!!!

***

Naaah dalam penelitian Ph.D saya (atau penelitian mendalam) juga memakai istilahnya “Deductive Approach” atau Pendekatan Deduksi. Apa itu maksudnya?

Maksudnya untuk menuju pada pengambilan kesimpulan, pertama-tama saya mengumpulkan informasi kebenaran secara umum. Dalam kasus penelitian saya (2016) karena kurikulum aswaja & kurikulum AIK dalam pembentukan karakter itu sebatas penelusuran saya BELUM PERNAH ada yang meneliti jadi BELUM ADA yang tahu, maka saya mau ngambil kebenaran tentang hal tersebut (lingkup kecil) dari kebenaran lingkup besar yang sudah diketahui/diteliti orang sebelumnya, yaitu tentang: konsep ajaran pemikiran NU & Muhammadiyah (MD).

Jadi saya nyari tahu kebenaran konsep ajaran NU & MD dari sistem yang BESAR yang saya asumsikan melingkupi sistem kecil (khusus) yang saya teliti.

Oleh karena itu biasanya deductive approach implementasinya dalam bentuk LITERATURE  REVIEW penelitian-penelitian lingkup besar sebelumnya (Theoritical Approach)

————————————————————————————————————————

2. INDUCTIVE reasoning

Dari namanya saja sudah kelihatan “Inductive” artinya ngambil kesimpulan untuk kebenaran umum (yang lebih besar = induk)   –> yach semacam GENERALISASI

Contoh penalaran Inductive yang sering kita lakukan secara tidak sadar:

Premise1: Saat ke pasar beli barang ternyata penjualnya seorang Cina.
Premise2:Waktu beli besi ke toko besi besar itu penjualnya juga seorang Cina.
Premise3:Liem Sie Liong si pengusaha terkaya di Indonesia juga seorang Cina.
—> Conclusion: jadi kesimpulan saya: Semua Orang Cina Pintar Dagang

Benar nggak ya kesimpulan saya ini?
Nah dalam penalaran induksi ini, umumnya premis-nya lebih pasti benar, karena kita mengamati sendiri, akan tetapi kebenaran kesimpulannya belum tentu benar karena umumnya hanya men-generalisasi saja.

Untuk memastikan kebenaran kesimpulan dalam penalaran inductive, yang harus dipastikan adalah apakah premise-premisenya sudah mewakili populasi?
Jika belum/tidak, maka kebenaran kesimpulan patut dipertanyakan.

Jadi penalaran inductive itu seperti bangunan segitiga…awal nya kecil lalu –> membesar

***

Dalam penelitian Ph.D saya (atau penelitian mendalam) juga melakukan “Inductive Approach” atau pendekatan induksi. Yakni, sesudah saya menguji/ melakukan pengecekan keabsahan data dari lokasi penelitian, lalu saya mengambil kesimpulan bahwa kurikulum aswaja & kurikulum AIK dalam pembentukan karakter yang saya temukan ini berlaku untuk semua PTNU & PTM di seluruh lembaga pendidikannya.

Nah benar tidak kesimpulan saya ini? mesti dibuktikan untuk model, situasi, dan pengguna yang berbeda-beda.

_____________________________________________________

Jadi penalaran itu bisa di bolak balik:

"Thian Jie, temanku yang Cina itu, sukses berdagang
Tetangga saya yang Cina juga sukses berdagang
Pedagang terkaya di Indonesia orang Cina"

–> Jadi Semua Orang Cina pasti berbakat jadi Pedagang Sukses
(Inductive)

Saya percaya Orang Cina itu memiliki bakat dagang yang hebat
Wei Jie orang Cina
—> Jika Wei Jie berdagang pasti dia sukses
(Deductive)

Gimana? faham ya sekarang apa itu Penalaran Deductive dan Inductive?

Sumber: https://tonyteaching.wordpress.com/2010/08/21/menalar-secara-deduksi-deductive-vs-induksi-inductive/ (dengan sedikit perubahan untuk penyesuaian bahasan keilmuan)

Properties

Share / Save / Like

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar baik menunjukkan pribadimu !