Welcome to Afive Blog

Kata-kata yang baik memiliki daya kreatif, kekuatan yang membangun hal-hal mulia, dan energi yang menyiramkan berkat-berkat kepada dunia.
JANGAN LUPA ISI BUKU TAMU

Rabu, 16 September 2009

Doa setelah shalat

Doa setelah shalat

Doa setelah shalat dengan detail sebagai berikut:

Artinya:
"Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmat-Nya dan menjamin tambahannya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu-lah segala puji, dan bagi-Mu-lah segala syukur, sebagaimana layak bagi keluhuran Zat-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu."
Properties

Share / Save / Like

Sabtu, 12 September 2009

Syukur

Syrukur
Oleh: Afiful Ikhwan*


Mengapa orang tidak bersyukur? Ada beberapa sebab: Pertama, dia tidak pernah puas dengan apa yang ada padanya. Hidupnya dikuasai oleh filsafat 'untung-rugi', suatu kehidupan yang berorientasi pada keuntungan pribadi, sehingga sulit bagi orang seperti ini untuk belajar bersyukur. Kedua, dia dijangkiti oleh penyakit mengasihani diri (self-pity). Setiap kesulitan yang dialaminya dalam hidup tidak membawa ke dalam proses pembentukan serta pendewasaan yang sehat, malah sebaliknya semakin menyatakan suatu kehidupan yang sangat mementingkan diri sendiri. Ketiga, dia lupa bahwa pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya telah dibuktikan pada masa-masa yang lampau. Dengan demikian ia tidak mengingat segala kebaikan Tuhan yang telah diterimanya. Keempat, hidupnya berorientasi pada solusi permasalahan dan bukannya pada pengenalan akan Allah. Dia baru bisa bersyukur setelah masalah yang dihadapinya sudah berlalu (namun masalahnya, manusia tidak pernah terlepas dari masalah!). Kelima, gagal mengaitkan setiap momen dengan penyertaan serta pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya. Ia lebih memikirkan kondisi hidup di sini dan sekarang, sehingga yang dilihatnya semata-mata adalah realita yang tanpa Tuhan (banyak orang percaya, pada saat-saat tertentu hidup tidak berbeda dengan orang ateis!). Keenam, keangkuhan hidup, yaitu memiliki tuntutan serta standard kehidupan yang terlalu tinggi sehingga hidupnya banyak diwarnai oleh kekecewaan karena ternyata ia tidak dapat memperoleh hal tersebut. Ketujuh, ia tidak sadar bahwa sebagai manusia yang berdosa, sesungguhnya tidak berhak untuk mendapatkan kebaikan apapun di dunia ini. Ketidak-tahuan diri ini merusak kepekaan rohaninya, sehingga segala kebaikan yang ia terima selalu ditanggapi dengan sikap taken for granted.

*) Penulis adalah mahasiswa S2 IAIN Tulungagung - Jatim

Properties

Share / Save / Like