Full width home advertisement

Travel the world

Climb the mountains

Post Page Advertisement [Top]



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah
Dalam proses pendidikan islam, pendekatan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan, karena pendekatan sarana yang sangat bermakna bagi materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan, sehingga dapat di pahami atau di serap oleh anak didik dan menjadi pengertian- pemgertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.
Pendidikan tidak akan efektif apabila tidak melakukan pendekatan ketika menyampaikan suatu materi dalam proses belajar mengajar. Dalam proses pendidikan agama islam, pendidikan yang tepat guna adalah pendidikan yang mengandung nilai – nilai yang sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dpt dipakai untuk merealisasikan nilai – nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan islam.

B. Rumusan masalah
  1. Apa pengertian pendekatan dalam pendidikan  agama?
  2. Apa dan bagaimana PPSI dalam pendidikan agama?
  3. Apa dan bagaimana modul dalam mengajar agama?
  4. Apa pengertian CBSA?
  5. Apa dan bagaimana belajar tuntas?
6.       Apa dan bagaimana quantum teaching?  

C.Tujuan masalah
1.      Untuk mengetahui apa pengertian pendekatan dalam pendidikan agama
2.      Untuk mengetahui apa dan bagaimana PPSI dalam pendidikan agama
3.      Untuk mengetahui apa dan bagaimana modul dalam mengajar agama
4.      Untuk mengetahui apa pengertian CBSA
5.      Untuk mengetahui apa dan bagaimana belajar tuntas
6.      Untuk mengetahui apa dan bagaimana quantum teaching

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan
Dalam  kamus besar bahasa Indonesia, pendekatan adalah 1). proses perbuatan, cara mendekati; 2). Usaha dalam aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang di teliti; metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Secara terminologi Mulyono Sumardi menyatakan, bahwa “Pendekatan” dalam pendidikan islam berarti serangkaian asumsi mengenai hakikat pendidikan islam dan pengajaran Agama Islam serta belajar Agama Islam.
Pendekatan selalu terkait dengan tujuan, metode dan teknik, karena teknik yang bersifat implementasional dalm pengajaran tidak terlepas dari metode apa yang digunakan. Sementara metode sebagai rencana yang menyeluruh tentang penyajian materi pendidikan selalu didasarkan dengan pendekatan, dan pendekatan merujuk kepada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.[1]

B. PPSI (prosdur pengembangan sistem instruksional ) dalam Pendidikan Agama
            PPSI adalah singkatan dari prosdur pengembangan sistem instruksional. PPSI merupakan acuan logis (menunjuk suatu proses kerja) dalam perencanaan dan pelasksanaan pengajaran sebagai suatu sistem; yaitu berupa kesatuan langkah yang teroganisir yang memuat sejumlah unsur atau komponen (tujuan, bahan, metode, alat bantu, dan evaluasi pengajaran); semua unsur tersebut saling berinteraksi umtuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
 a. Perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
  1. Kedudukan TPK dalam program dan pelaksanaan pengajaran tujuan pembelajaran dibedakan menjadi dua macam yaitu: tujuan pembelajaran umum (TPU) dan tujuan pembelajaran khusus (TPK). TPU yang dicapai melalui pendalaman pokok bahasan telah termuat dalam kurikulum sekolah (GBPP= Garis Besar Progam Pengajaran). TPU secara fungsional menjadi acuan penyusunan TPK.
  1. Berbgai pertimbangan dalam penyusunan TPK
-         TPK merupakan penjabaran dari TPU dan tujuan pendidikan lain yamg lebih umum.
-         TPK harus memperhatikan sifat bahan (materi pelajaran).
-         TPK dan seluruh komponen serta kegiatan pengajaran yang lain mesti berpusat pada kepentingan siswa yang belajar.
-         Selain mempertimbangkan isi TPK dalm perumusan TPK para guru dituntut untuk merumuskan TPK dengan bahasa indonesia yang baik dan benar.
3.   Ciri-ciri TPK yang baik
-         TPK merupakan bentuk tingkah laku yang merupakan hasil belajar siwa.
-         TPK merupakan hasil belajar, bukan menunjuk proses belajar .
-         Setiap TPK hendaknya hanya menunjuk satu jenis tingkah laku.
-         TPK hendaknya dirumuskan dengan menggunakan kata-kata yang operasional.
 b. Mengembangkan alat penilaian (evaluasi)
            Ialah untuk mengecek sejauh mana para siswa telah menguasai kecakapam atau ketrampilan tertentu sebagai hasil belajarnya, seperti yang telah ditetapkan dalam TPK. 
 c. Menetapkan Kegiatan Belajar Mengajar.
            Untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan, siswa harus berkegiatan belajar yang terarah. Dalam hal ini guru perlu memberi pengarahan agar pembelajaran terlakasana lebih efektif dan efisien.
 d. Merencanakan Program Kegiatan Kegiatan.
·        Menjabarkan materi pembelajaran.
·        Menentukan alokasi waktu yang diperlukan dalam pengajaran
·        Menyususn SP secara difinitif
 e. Melaksanakan program.
·        Mengadakan pre-test
·        Guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
  • Mengadakan post test.[2]

C. Modul dalam mengajar Agama.
1. Pengertian pengajaran modul
            Yang di maksud dengan pengajaran modul adalah suatu paket pengajaran yang memuat satu unit konsep daripada bahan pelajaran. Pengajaran modul itu merupakan usaha penyelenggaraan pengajaran individual yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya.
2. Unsur-unsur modul
            Modul yang dikembangkan di indonesia dewasa ini didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
-         Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik
-         Petunjuk untuk guru
-         Lembar kegiatan siswa
-         Lembar kerja bagi siswa
-         Kunci lembaran kerja
-         Lembaran evaluasi
-         Kunci lembaran evaluasi
3. Penerapan sistem modul untuk Pendidikan Agama
            Sebagai suatu alternatif tentang penerapan sistem modul untuk pendidikan agama islam maka titik tolak pembahasanya adalah kurikulum pendidikan agma islam itu sendiri, sebab dalam kurikulum pendidikan agama islam telah mencakup berbagai aspek seperti: Tujuan, bahan / materi, metode, alat, dan evaluasi[3]

D. Cara Balajar Siswa Aktif (CBSA).
            Hakekat CBSA pada dasarnya menunjuk pada taraf keaktifan belajar siswa yang relatif tinggi, usaha-usaha mengoptimalkan kegiatan belajar siwa, dan kegiatan belajar siswa tersebut tak sekedar motoris tetapi lebih-lebih keaktifan mental serta emosional, CBSA mengndaikan kegiatan belajar siswa yang berciri: kegiatan kognitif bertaraf tinggi, siswa bergairah belajar, terarah, dan reflektif.
1. Bentuk-bentuk CBSA
            secara garis besar ciri-ciri bentuk pengajaran CBSA yang berhasil, adalah yang memberi peluang siswa untuk aktif, mendayagunakan segala kemampuanya secara optimal, banyak usaha atau kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa secara terarah, dibawah bimbingan guru yang kreatif, dan penuh pengabdian,
2. Langkah-langkah CBSA
-         Merumuskan tujuan pengajaran
-         Penialaian
-         Prosedur pengajaran.

E. Belajar Tuntas (Master Learning)
1. Pengertian Belajar Tuntas
            Belajar tuntas adalah suatu belajar yang mengharapkan siswa dapat menguasai tujuan instruksional umum dari suatu satuan unit belajar tuntas. Sedang menurut Muhammad Ali dalam bukunya “Guru Dalam Proses Belajar Mengajar”, mengatakan: belajar tuntas dapat diartikan sebagian penguasaan (hasil belajar) siawa secara penuh terhadap bahan yang dipelajari.
            Dengan belajar tuntas proses belajar siswa lebih diarahkan, minat belajar siswa ditinggkatkan, sikap yang positif terhadap belajar, bahan yang dipelajari lebih ditiggkatkan dan dikembangkan. Dengan demikian perubahan tingkah laku yang diharapkan pada setiap siswa akan berhasil secara optimal.
2. Prinsip ilmiah yang mendasari Belajar Tuntas
            Menurut Muhammad Ali asumsi dasar belajar tuntas adalah adanya ide tentang belajar tuntas yang ditopang, sebagai berikut:
-         Semua atau hampir semua siswa dapat menguasai apa yang diajarkan kepadnaya (apa yang dipelajari) bila pengajaran dilaksanakan secara siatematis.
-         Tingkat keberhasilan siswa disekolah ditentukan oleh kemampuan bawaan atau bakat yang dimiliki masing-masing.
Hal-hal yang perlu diperhatikan yang meruoakan variabel yang menentukan bagi belajar tuntas yaitu: Bakat, kualitas pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran, ketekunan dan kesempatan untuk belajar .[4]

F. Quantum Teaching
            Inti pokok Quntum Teaching adalah pengubagan belajar yang meriah dan menyenangkan (baik guru peserta didik) dengan segala nuansanya, apapun pelajaran yang diberikan, dengan menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Fokus Quantum Teaching terletak pada hubunagan dinamis pada lingkunagan kelas, interkasi yang mendirikan landasan dan rangka untuk bekajar.
1. Model Quantum Teaching
a)      Konteks, adalah latar untuk pengalaman guru. Guru akan menemukan semua bagian yang dibutuhkan untuk digubahnya, antara lain: suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung dan rancagan belajar yang dinamis.
b)      Isi, adalah ketermpilan penyampaian kurikulum apapun, pemilihan strategi yang bisa dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari: penyajian yang prima, fasilitas yang lues, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup
2. Kerangka rancangan belajar Quantum Teaching dikenal dengan istilah TANDUR, yaitu: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan.

G. Contextual Teaching And Learning (CTL)
            CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapknya dalam kehidupan mereka. Dalam srategi pembelajaran konstektual ada tiga hal yang harus difahami. Pertama, CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkanya dalam kehidupan.
           
Asas-Asas CTL.
v     Konsruktivisme, adalah proses membangun atau mennyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasrkan pengalaman.
v     Inkuiri, adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
v     Bertanya (Questioning), belajar pada hakeketnya ialah bertanya dan menjawab pertanyaaan.
v     Masyarakat belajar (Learning Community), adalah konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain.
v     Pemodelan (Moedeling), adalah proses pembelajarana dengan memperagakan sesuetu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
v     Refleksi (Reflektion), adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau perstiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
v     Penilaian Nyata (Authenticd Assessment), adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.[5]


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
            Pendekatan dalam pendidikan islam adalah sebuah asumsi terhadap hakikat pendidikan islam. Setiap pendekatan yang digunakan akan memakai metode yang berbeda pula antar satu pendekatan dengan pendekatan yang lainya, oleh karena itu metode selalu terkait dengan pendekatan, sementar pendekatan selalu merujuk kepada tujuan.
            Dalam metodologi pengajaran pendidikan agama islam terdapat bebrapa pendekatan yaitu : PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), modul dalam mengajar agama, cara belajar siswa aktif (CBSA), Belajar Tuntas (Master Learning), Quantum Teaching dan Contextual Teaching and Learning (CTL)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armay. 2002. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakata: Ciputat Pers.
Patoni, Achmad. 2004. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bina Ilmu
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembalajaran. Jakarta: Kencana


[1] Armei Arif, Pengantar Ilmu Dan Metologi Prndidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pres, 2002) hal. 99
[2] Achmad Fatoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bina Ilmu, 2002) hal. 135-141
[3] ibid, hal. 142-148
[4] Achmad Patoni. hal. 159-166
[5] Wina Sanjaya, Strategi Pembeljaran (Jakarta: Kencana 2006) hal 253-266

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar baik menunjukkan pribadimu !

Bottom Ad [Post Page]