oleh L. Berkhof
Diterjemahkan
oleh:
Drs. H.
Thoriq A. Hindun
ASAL USUL
DAN SEJARAH KRISTEN
Pendiri
agama Kristen adalah seorang Yahudi
bernama Yesus,
yang lahir
di Betlehem, Palestina, antara tahun 8 hingga 4
SM.
Tradisi biasanya menyebutkan bahwa dia lahir dalam bulan
Desember tahun
pertama era Kristen yaitu, tahun
1 M, akan
tetapi
telah diketahui sekarang bahwa hal ini
salah. Dalam
catatan-catatan
yang menyangkut Yesus -yakni Injil, empat di
antaranya terdapat
dalam perjanjian baru
yang ditulis
Matius,
Markus, Lukas, dan Yahya- kita diberi tahu bahwa dia
lahir
selama berkuasanya Raja Herodes dan pada saat Kerajaan
Romawi melaksanakan sensus
penduduk. Kerajaan Romawi
melaksanakan sensus
penduduk empat belas
tahun sekali.
Sensus pertama
berlangsung tahun 6 M;
ini berarti bahwa
sensus
sebelumnya dimulai tahun 8 SM, selama
pemerintahan
Kaisar Augustus
dan tanah Judea diperintah Kerenius yang
dapat di
baca dalam Lukas kitab suci umat kristiani (Injil) 2:1-5. Disitu
juga diberi tahu
tentang bintang
yang menuntun orang Majus ke
tempat Yesus
berada, dan astronom Keppler,
menghitung bahwa timbul
konjungsi
antara Saturnus, Jupiter, dan Mars kira-kira tahun
7 SM yang
menampakkan kesan sebagai bintang baru yang terang
benderang. Semua
data ini mendukung kesimpulan bahwa Yesus
lahir
antara tahun 8 hingga 4 SM. Kita juga dapat
menentang
pendapat bahwa
Yesus lahir bulan
Desembers karena dalam
Injil
Lukas terdapat gembala yang
menggembalakan ternaknya
pada malam
hari (2:8). Namun di Palestina pun cuaca dingin
dan turun
salju, jadi saat kelahiran itu
pastilah di luar
musim
dingin karena para gembala tidak akan keluar pada saat
tersebut.
Musim yang lebih mungkin adalah
musim semi atau
musim
rontok.
Penganut ajaran
Kristen percaya bahwa
ibu Yesus, yakni
Maria, melahirkan
Yesus dalam keadaan
masih perawan dan
belum bersetubuh dengan suaminya yaitu Yusuf. Anak
tersebut
lahir
karena kekuasaan Tuhan melalui roh kudus. Kaum Katolik
bahkan berkeyakinan
bahwa Maria tetap
perawan setelah
kelahiran
Yesus. Saudara laki-laki dan perempuan Yesus
yang
disebutkan dalam
Markus 6:1-6 adalah anak-anak
Yusuf dari
perkawinannya
yang terdahulu.
Tidak banyak
yang kita ketahui
tentang Yesus di
masa
kanak-kanak; kisahnya
mulai banyak diungkapkan
untuk
perjalanan hidupnya
setelah berusia tigapuluhan, saat
dibaptis oleh
Yahya. Yahya membaptis
manusia sebagai
persiapan
mereka untuk menerima kedatangan
"juru selamat;"
pada waktu Yesus datang, dia menolak membaptis
Yesus dengan
menyatakan
bahwa Yahya tidak pantas membaptis Yesus,
bahkan
sebaliknya dialah
yang pantas dibaptis. Namun Yesus
tetap
meminta Yahya
membaptis dirinya; setelah
dibaptis dia
mengasingkan diri
selama 40 hari
dan memikirkan "juru
selamat"
yang bagaimanakah sebenarnya.
Selama itu iblis
menggoda dia,
membujuk Yesus agar
menjadi pahlawan bagi
bangsa
Yahudi, atau memenangkan dukungan
bangsanya lewat
perbuatan kegaiban
atau dengan memenuhi kepuasan
material
bangsa
Yahudi. Yesus menolak godaan ini,
karena Dia sadar
bahwa Dia haruslah "juru selamat" yang
menderita, yang akan
mati demi
bangsanya.
Setelah
meninggalkan gurun, dia memilih
dua belas orang
sebagai teman dan muridnya. Murid-murid ini mempunyai
latar
belakang
yang beragam: Petrus dan Andreas adalah
bersaudara
dan
nelayan miskin; Yacob dan Yahya, juga bersaudara, adalah
nelayan
juga, namun lebih makmur; Matius (atau Levi)
adalah
pengumpul pajak yang bekerja bagi orang Romawi; ada
anggota
kelompok
Zealot yang fanatik; dan Yudas Iskariot, orang yang
pada akhirnya
mengkhianati Yesus dan menyerahkannya kepada
musuhnya.
Dari kedua belas muridnya, Petrus, Yacob dan Yahya
merupakan
teman Yesus yang paling dekat.
Dalam Markus
6:1-6 Yesus disebut "tukang kayu," dan dari
sini
diasumsikan bahwa sebelum terkenal, Yesus
meneruskan
profesi ayahnya
sebagai tukang kayu. Kita tidak mengetahui
latar
belakang pendidikannya walaupun mungkin dia memperoleh
pendidikan dari
cendekiawan monastik Yahudi,
yakni kaum
Essenes,
yang ajarannya banyak mirip dengan ajaran
Kristen.
Namun dari
kitab-kitab Injil dapat
kita lihat bahwa dia
adalah
manusia yang cerdas, arif dan penuh humor.
Ajarannya
dia
sampaikan lewat perumpamaan, dongeng, kisah-kisah pendek
yang
mengandung makna mendalam. Teknik pengajaran
seperti
inilah
yang ditempuh para rabbi karena lebih mudah menangkap
makna lewat
kisah-kisah pendek dibandingkan lewat
kisah-kisah
panjang, atau lewat diskusi formal yang panjang.
Kisah-kisah
atau perumpamaan Yesus
adalah sederhana dan
langsung
kena, kisah yang mudah disimak oleh siapa pun. Akan
tetapi, dia
juga menggunakan kotbah,
dan kotbah yang
terkenal adalah
kotbah bukit (kotbah
ini bukanlah satu
kotbah
panjang, melainkan adalah intisari yang diambil
dari
ucapan-ucapan
Yesus dalam berbagai kejadian).
Di
samping memberikan ajaran, Yesus juga menyembuhkan banyak
penyakit dan
bahkan menghidupkan kembali
orang mati.
Perlahan-lahan namanya
termasyhur ke seluruh negeri dan
orang mulai
berbisik-bisik mempersoalkan siapakah
dia.
Pertama
kali Yesus mengaku sebagai "juru selamat" yang telah
lama
dinanti-nantikan di Caesarea Phillippi.
Setelah dia
menanyakan kepada
murid-muridnya tentang siapakah
dia
disebut
khalayak ramai, dia bertanya tentang siapakah dia di
mata para muridnya? Petrus, yang merupakan orang
pemberani,
menjawab,
"Engkau adalah juru selamat." Semenjak itu
Yesus
mulai memperkenalkan ajaran-ajaran dan
perintah-perintahnya
kepada
kedua belas muridnya tentang tujuan
kedatangannya.
Lalu dia
diberi nama Kristus
yang berarti "orang yang
diurapi."
Segera setelah pengakuan oleh Petrus
tentang dia
(Yesus) sebagai
"juru selamat," dia mengajak Petrus, Yahya
dan Yacob
ke suatu bukit, di mana pakaian dan wajah
Yesus
menjadi bercahaya
putih mengkilap dan dia berkomune dengan
Nabi
Elisa dan Musa. Peristiwa ini
disebut Transfigurasi
(perubahan
tubuh).
Namun selama
tiga tahun misi
Yesus, tantangan terhadap
ajarannya
meningkat terutama dari pihak Parisi
dan Saduki.
Kaum Saduki
adalah kelompok kecil aristokrat yang sangat
berpengaruh yang
mengaku sebagai keturunan
Sulaiman.
Kelompok Parisi terbentuk pada saat Kekaisaran Yunani
ingin
menanamkan
pengaruhnya di Palestina, dan Kaum Parisilah yang
sangat menentang
pengaruh (Helenisasi) ini. Kedua kelompok
ini,
dengan alasan yang berbeda, memusuhi Yesus; kaum Parisi
menolak karena
ajaran-ajaran Yesus menentang
sikap kaum
Parisi.
Kita tahu orang Yahudi sangat berpegang erat
kepada
10 perintah Allah, sementara Yesus memperbaharui
penafsiran
tentang makna
kesepuluh perintah tersebut.
Selama
bertahun-tahun hukum
itu berubah menjadi
doktrin yang
mendasari
ajaran Yudaisme, yang menjadi dasar
bagi orang
Yahudi untuk mengasihi Tuhan dan sesamanya. Bagi
kebanyakan
orang
Parisi, tradisi lebih penting
daripada hukum, dan
Yesus sangat lantang menentang sikap orang Parisi
ini. Kaum
Saduki
menentang Yesus karena mereka bekerja
sama dengan
bangsa Romawi, dan karena itu mereka sangat
berpengaruh dan
menikmati hak-hak
istimewa. Mereka khawatir
Yesus bisa
menimbulkan kesulitan
yang berakhir pada
situasi yang
mengancam
pada prestise dan kekuasaan mereka.
Setelah
kira-kira tiga tahun,
Yesus pergi ke
Yerusalem
menunggang keledai
dan disambut sebagai pembebas dan "juru
selamat,"
karena saat itu bertepatan dengan berlangsungnya
pesta paskah
dan Yerusalem dipadati oleh banyak manusia.
Paskah
adalah hari yang
ditunggu-tunggu bagi kedatangan
"juru selamat"
bangsa Yahudi, sehingga suasana
saat Yesus
memasuki
kota amatlah eksplosif. Lalu dia
masuk ke Bait
Allah dan
mengusir semua pedagang,
pembunga uang dan
orang-orang
lain yang dia
anggap mengotori tempat
suci
tersebut. Penduduk
menunggu tindakannya yang
selanjutnya,
yakni hal
mengumumkan dirinya sebagai
Raja yang akan
mengusir penjajah
Romawi; namun tindakan
yang
ditunggu-tunggu
itu tidak pernah muncul. Sebaliknya
Yesus
mengadakan perjamuan
dengan murid-muridnya, yang dinamakan
perjamuan terakhir
(sebagian cendekiawan menyebutnya
perjamuan
paskah), sesudah itu dia pergi ke Taman Getsemane.
Di sana
dia ditangkap serdadu
yang dipimpin oleh
Yudas
Iskariot.
Pertama kali
setelah ditangkap, Yesus diajukan
ke hadapan
para imam
dan dituduh menghujat Allah, suatu kejahatan besar
dalam hukum
Yahudi, namun karena
mereka tidak dapat
menjatuhkan
hukuman mati, keputusan mereka harus
disahkan
oleh
penguasa Romawi. Lalu Yesus dihadapkan kepada penguasa,
Pontius Pilatus,
dan dituduh melakukan
pemberontakan
subversi dan
menghindari pajak; Pilatus
tidak ingin
menghukum orang
yang tidak bersalah,
namun disebabkan
tekanan para
imam dan amarah
bangsa Yahudi -yang merasa
tertipu
kalau Yesus tidak memperlihatkan dirinya
sebagai
"juru
selamat" dalam arti penuh kemenangan dalam peperangan-
dia
terpaksa membuat keputusan yang tidak
menyenangkan dan
Yesus dihukum
dengan penyaliban. Putusan itu dilaksanakan,
dan Yesus
mati setelah penuh penderitaan selama tiga jam
di
kayu
salib.
Akan tetapi,
bagi Gereja Kristen,
itu bukanlah akhir,
melainkan
adalah awal. Tiga hari kemudian Yesus bangkit dari
kematian (tiga
hari berdasarkan perhitungan
Yahudi -Yesus
meninggal
hari Jumat dan bangkit hari Minggu).
Para wanita
yang pergi
ke makamnya pada Minggu pagi menemukan makamnya
sudah
kosong, namun pakaiannya
masih terlipat di
dalam
kubur. Kemudian
Yesus sendiri menampakkan dirinya kepada
mereka;
kemudian mereka berlari untuk memberitahukan hal itu
kepada murid-murid
Yesus yang sebelumnya
meragukan
kebangkitan
Yesus; namun kemudian
mempercayainya. Beberapa
saat kemudian
Yesus mengajak mereka
ke suatu bukit,
memberkati
mereka lalu mereka terangkat ke
surga. Semenjak
itu Yesus
tidak pernah menampakkan diri lagi di bumi ini.
Sementara itu
murid-murid Yesus tidak
bisa menentukan
langkah-langkah mereka
seterusnya. Namun pada
hari
Pantekosta, pada
saat mereka semua berkumpul di Yerusalem,
Roh Kudus
turun dari surga dan hinggap pada
masing-masing
mereka. Sejak
itu mereka diubahkan, tidak lagi cemas dan
takut,
melainkan sudah menjadi rasul-rasul yang berani
yang
menjelajahi dunia
ini untuk menyampaikan
kabar gembira
tentang
Tuhan Yesus Kristus. Pada awalnya mereka
berharap
Yesus segera
muncul kembali, namun hal itu tidak terjadi
demikian.
Iman baru
ini segera menyebar
di seluruh dunia
lama.
Hebatnya, misi
penyebaran Injil yang
paling spektakuler
bukanlah
oleh salah satu murid Yesus melainkan
adalah oleh
Saul (Paulus)
dari Tarsus, yang mengalami
pertobatan pada
saat
dia dalam perjalanan
ke Damascus untuk
menangkapi
orang-orang Kristen;
sebagai hasil pertobatan
ini, dia
banyak
melakukan perjalanan untuk pekabaran Injil, mengalami
penderitaan yang berat, bahkan mati martir demi imannya
Dia
menuliskan
banyak surat nasihat dan penguatan iman
kepada
gereja-gereja baru
yang dia dirikan, dan dokumen-dokumen
ini, yang
terdapat dalam PerjanJian Baru,
sangat penting
karena merupakan
salah satu tulisan Kristen pertama yang
kita
miliki.
Pada
tahun-tahun awal tersebut, ajaran baru ini masih dianut
orang Yahudi,
namun ternyata agama
baru ini segera
menghilang
dari antara orang-orang Yahudi dan dianut
oleh
orang-orang di
luar Yahudi. Pemisahan antara ajaran Yahudi
dan
Kristen mulai nyata dan akhirnya tak dapat
dihindarkan;
para penganut
Kristen tidak lagi merayakan hari-hari besar
Yahudi
serta tidak mempertahankan tradisi dan budaya Yahudi.
Pemisahan ini
diakui pada Dewan Yerusalem pada tahun 48 M,
pada saat
pembatasan-pembatasan
Yudaistis terhadap
orang-orang
Kristen yang bukan Yahudi diberlakukan.
Mula-mula dengan
enggan diberi toleransi
oleh Kerajaan
Romawi,
faham Kristen di bawah masa pemerintahan Kaisar Nero
yang sangat
membenci ajaran Kristen.
Nero berusaha
memojokkan
orang Kristen dengan
menuduh bahwa kebakaran
besar kota Roma disebabkan oleh orang Kristen (64
M), serta
membunuh orang-orang
Kristen, di antaranya
Petrus dan
Paulus. Banyak
orang Kristen berkeyakinan
bahwa dengan
kematian
rasul-rasul ini, dan
kematian orang-orang yang
secara pribadi
mengenai Kristus, perlu
dibuat rekaman
tertulis
tentang kehidupan Kristus. Selama empat puluh tahun
berikutnya masih
banyak tulisan tentang Yesus, namun hanya
empat di
antaranya diakui dalam Perjanjian Baru. Akan tetapi
tindakan pembunuhan
ini bukanlah yang
terakhir, bahkan
meningkat
selama pemerintahan Kaisar Domitian
(81-96 M).
Selama
dua ratus tahun ajaran Kristen merupakan doktrin yang
ilegal
hingga akhirnya Kaisar Konstantin, setelah
melihat
cahaya terang
di malam hari
sebelum melakukan suatu
pertempuran,
yang meliputi salib
dengan tulisan "dengan
tanda ini
kamu ditaklukkan," memberikan hak legal kepada
orang-orang
Kristen pada tahun 313 M dan menjadikan
agama
Kristen
sebagai agama negara Kekaisaran Romawi.
Apa yang
terjadi kepada gereja muda ini selama masa yang
penuh
kesulitan tersebut? Tantangan muncul
dari berbagai
arah,
namun penyebarannya makin pesat. Walaupun pada mulanya
Yerusalem
dianggap
sebagai pusat suci,
namun sikap
permusuhan yang
diperlihatkan orang-orang Yahudi
yang
menguasai Yerusalem
mendorong pemindahan pusat
Kristen;
mula-mula ke
Antiokia, bergeser ke
Roma. Selama periode
Konstantine,
Agama Kristen makin kuat dan melembaga.
Salah
satu masalah pertama yang
harus dipecahkan adalah
masalah Trinitas,
keyakinan umat Kristen akan Bapak, Anak,
dan Roh
Kudus, yang pada hakikatnya identik
namun terpisah
satu sama lain. Banyak pendapat yang berbeda
diajukan untuk
menjawab
masalah Trinitas, dan tahun 325 Konstantin
meminta
Dewan Pertama
Nicaea untuk membahas
masalah ini dengan
saksama,
yakni 'Aryan Heresy' yang menyatakan bahwa
Kristus
diciptakan Tuhan untuk membantu dalam penciptaan dunia
ini,
dan
menerima status ketuhanan dari Tuhan,
jadi tidak sama
esensinya dengan
Tuhan. Status ketuhanannya dapat
dicabut
Tuhan.
Dewan ini melahirkan Nicene Creed suatu
bentuk yang
digunakan
hingga dewasa ini dan mencakup kata-kata:
- Kami percaya akan satu Tuhan, Tuhan Yang
Mahakuasa,
pencipta langit dan bumi, yang kelihatan
maupun yang
tidak kelihatan.
- Kami percaya akan Yesus Kristus, anak
tunggal Allah,
yang diturunkan oleh Allah Bapak, bukan
diciptakan,
yang satu dengan Allah Bapak.
- Kami percaya akan Roh Kudus, Tuhan, pemberi
kehidupan,
yang diturunkan dari Allah Bapak dan anak.
Lalu
gereja dihadapkan dengan sekumpulan
masalah, terutama
masalah intern.
Romawi Barat dan
Timur mulai terpisah
semakin
jauh dan akhirnya benar-benar terpisah. Memang sebab
pemisahan ini
bukan hanya hal di atas, karena masih banyak
titik-titik
perpecahan antara Barat dan Timur.
Dibandingkan
dengan Kristen
Barat, Kristen Timur
lebih menekankan
ikon-ikon.
Ikon merupakan gambar flat pada kayu, gading atau
bahan-bahan lain, yang memperlihatkan Yesus, Perawan
Maria,
atau
orang suci yang lain dan melembaga dalam Gereja Yunani.
Selama abad
kedelapan, ikon-ikon dilarang
oleh Kaisar Leo
III,
namun protes keras menyebabkan larangan
ini dicabut
pada Sidang
Umum ketujuh yang berlangsung di
Nicaea tahun
787. Ini
tampaknya merupakan kemenangan Gereja Timur.
Namun
perpecahan
di antara keduanya tidak akan diatasi oleh sidang
tersebut
dan masalah ini mengemuka pada abad
ke 11 pada
waktu
Roma menerima pemberian suatu tambahan ke dalam Nicene
Creed,
suatu hal yang tidak disetujui Gereja Timur. Tambahan
itu adalah "dan anak" setelah frasa
"kami percaya dalam Roh
Kudus,
Tuhan pemberi kehidupan, yang diturunkan
dari Allah
Bapak ..."
Jadi, Gereja-gereja Timur tidak
menerima bahwa
Roh Kudus
diturunkan dari Allah Bapak dan Anak,
melainkan
hanya dari Allah Bapak. Tentang masalah ini Timur
dan Barat
sama
sekali tidak mempunyai
titik temu dan menimbulkan
pemisahan tahun
1054, karena wakil
Paus menempatkan
surat-surat ekskomunikasi
pada altar St.
Sophia di
Konstantinopel. Sejak itulah muncul Gereja Katolik Roma dan
Gereja
Ortodoks Yunani. Unsur-unsur doktrinal membuat mereka
tetap terpisah:
Gereja Katolik dipimpin oleh satu tampuk
pimpinan yang
disebut Paus, sementara
Gereja Ortodoks
menyerahkan kepemimpinan di
tangan para bishop
atau
patriark;
pandangan tentang Roh Kudus juga
berbeda, Gereja
Ortodoks tetap
memberikan kedudukan penting bagi ikon-ikon
dalam
pemujaan, para pelayan gerejanya
dibolehkan menikah,
dan
lain-lain.
Segera kemudian,
yakni tahun 1096,
Paus Urbanus II
mengorganisasi
Gereja Katolik ke dalam satu
pola seragam
yang bertahan
selama hampir 200
tahun -tentara salib.
Mula-mula dibentuk
untuk dua tujuan,
yakni mengurangi
tekanan Turki
atas Kekaisaran Timur
dan untuk menjamin
keamanan
para peziarah yang berkunjung ke Yerusalem, tentara
salib segera
mengalami degradasi cita-cita; mereka ingin
membebaskan
Yerusalem dari kekuasaan Muslim.
Gereja Katolik
tetap berperan penting
hingga abad
pertengahan. Berpusat
di Roma, Paus
memegang kekuasaan
tertinggi,
yang melampaui kekuasaan raja dan
ratu. Namun
sejak akhir
abad keempat belas mulailah timbul tantangan
terhadap
kekuasaan Paus yang begitu besar. Timbullah gerakan
reformasi yang
dimulai Lollards dan Hussites;
gerakan ini
berubah
menjadi ancaman serius terhadap
supremasi Gereja
Katolik ketika
tahun 1617, seorang
imam bernama Martin
Luther
menentang keras penjualan surat
aflat oleh gereja.
Dia lalu
menolak supremasi Paus,
menyangkal
transubstantiation,
serta mendorong para bangsawan
Jerman
untuk memberontak
dan memisahkan kekuasaan
mereka. Para
bangsawan,
yang sebelumnya terdisilusi dengan
kontrol oleh
Gereja dan Paus, membutuhkan sedikit dorongan dan
banyak di
antara
mereka segera bergabung dengan Martin Luther.
Tindakan
Luther merupakan awal tumbuhnya berbagai sekte yang
didasari
kepada doktrin pokok Luther namun berkembang sesuai
dengan
jalan yang ditempuh masing-masing sekte.
Pandangan
Luther mendapat
formalisasi dalam Gereja
Lutheran yang
tumbuh
subur di
Jerman, Skandinavia dan
Amerika. Namun
Luther pun
bertentangan dengan bekas sekutunya menentang
Paus.
Salah satu bekas pendukungnya, Zwingli,
mengembangkan
pandangan Eukaristi
yang menyebabkan Luther
dan Zwingli
berpisah.
Pengaruh
Reformasi menyebar ke seluruh Eropa. Pembaharu yang
lain, John Calvin, memisahkan diri dari Gereja
Katolik Roma
tahun
1533. Pandangannya hampir sama
dengan Luther, namun
dia yakin
akan adanya karunia
tertentu untuk kelompok
tertentu. Pengikut
Calvin menyebar di
Jerman, Negeri
Belanda, Skotlandia,
Swiss, Amerika Utara
dan cukup
berpengaruh
di Inggris.
Inggris
juga mengikuti anjuran para pembaharu
namun dengan
motif yang
agak berbeda. Tahun 1521 Raja
Henry VIII telah
mengeluarkan suatu
traktat yang menyerang
Luther yang
menyebabkan dia
mendapat titel 'Pembela Iman" dari Paus.
Akan
tetapi Raja Henry VIII sangat ingin menikahi putri Anne
Boleyn namun
sebelum bisa menikahi
Anne, dia harus
menceraikan Catherine
of Aragon. Sayangnya
Paus tidak
merestui perceraian itu
(Roma dipengaruhi oleh
saudara-saudara
Catherine yang ada di Spanyol,
negeri asal
Catherine) dan
Henry terpaksa mengabaikan kekuasaan Paus
pada
tahun 1534. Lalu dia menyatakan dirinya sebagai
kepala
Gereja Inggris,
dan dapat membatalkan perkawinannya dengan
Catherine. Ajaran
"Tiga puluh sembilan
pasal," yang
menyangkut hal-hal
yang kontroversial serta
mengungkapkan
bagaimana kedudukan
Gereja Inggris mengenai
masalah
perceraian tersebut,
dikeluarkan tahun 1571
selama
pemerintahan
Ratu Elizabeth I, anak perempuan Henry.
Gereja
Inggris
mengakui kerajaan sebagai kepala gereja, bukan Paus,
juga menolak
transubstantiation,
meniadakan biara serta
menggantikan bahasa
Latin dengan bahasa
Inggris untuk
dipakai
di Gereja.
Tetapi
reaksi terhadap Roma masih belum
mencapai bentuknya
yang paling
ekstrim. Dalam abad ketujuh belas, George Fox,
dari Leicestershire (Inggris),
mulai menyebarkan ajaran
bahwa
manusia dapat berhubungan dengan Tuhan tanpa melakukan
suatu 'hiasan'
(upacara) ritualis yang
ditetapkan oleh
gereja-gereja Katolik,
dan bahwa gereja-gereja yang
telah
diperbaharui
belum cukup jauh
melangkah dalam penolakan
mereka terhadap
upacara dan hierarki
gerejawi. Seorang
kristen,
menurut George Fox tidak
membutuhkan imam atau
pendeta/pastor, dan juga tidak membutuhkan bait suci. Tidak
ada gunanya
ketujuh sakramen Gereja
Katolik; tidak
dibutuhkan suatu
sakramen apa pun.
Fox lalu mulai
menyebarkan
ajarannya dan melakukan berbagai
perjalanan ke
daerah-daerah pedalaman.
Pada umumnya, saat
berdirinya
gerakan
Fox ini dianggap terjadi pada tahun 1652, yakni saat
terjadinya kebaktiannya
yang sangat berhasil untuk pertama
kalinya.
Pengikutnya disebut
"Quakers," atau "Perkumpulan
Sahabat-sahabat." Sampai
sekarang juga mereka
tidak
mempunyai
bait suci kecuali rumah-rumah kebaktian, dan dalam
kebaktian mereka
tidak ada liturgy,
tetapi sebaliknya,
setiap
orang dapat berbicara bila mereka merasa bahwa mereka
mempunyai sesuatu
yang bermanfaat untuk diutarakan,
tanpa
memperhatikan atau
mempedulikan berapa usia
yang mau
berbicara
tersebut dan apa kedudukannya dalam masyarakat.
Berbagai perkembangan
baru telah terjadi di Inggris pada
periode
setelah Perang Saudara. Banyak
orang merasa tidak
senang dengan
penyatuan gereja dan negara yang dilakukan
oleh Henry
VIII, tetapi selama
periode persemakmuran
(Commonwealth period)
di Inggris, mereka
menjadi lega
melihat
bahwa kedua hal tersebut (gereja dan
negara) telah
dipisahkan kembali.
Akan tetapi, dengan naiknya Charles II
menjadi
pangeran, Undang-undang Uniformitas dikeluarkan pada
tahun 1662
yang memulihkan status
quo tersebut dan
memerintahkan semua
pastor untuk menerima
"Buku Doa
Bersama."
Imam-imam yang menolak untuk menerima (oleh karena
itu
disebut Non-Conformis) ketentuan-ketentuan Undang-undang
ini akan
dikeluarkan dari Jemaah mereka
dan dianiaya. Hal
ini berlangsung
sampai dengan keluarnya
Undang-undang
Toleransi pada
tahun 1689 yang memberikan mereka
beberapa
hak hukum
(legal). Akibatnya, perkembangan Gereja Baptis dan
Gereja Reformasi
bersatu mengalami perkembangan
cepat.
Gereja
Baptis, yang didirikan oleh John Smith,
menganggap
bahwa pembaptisan
bayi adalah melawan
perintah Alkitab.
Hanya
orang dewasa yang telah mengerti makna
sumpah yang
diucapkannyalah yang
dapat dibaptis. Mereka juga mencoba
untuk
meyakinkan bahwa jemaat ikut aktif dalam
perjalanan
Gereja, dan
mencontoh Kisah rasul-rasul
dengan mengangkat
deakonis
dari antara jemaatnya (lihat Kisah
Rasul-Rasul 6:
1-6) untuk
membantu mengarahkan dan
menuntun gereja
tersebut.
Gereja Reformasi Bersama adalah suatu koalisi dari
GereJa Presbiterian
Inggris (yang dikembangkan dari ajaran
Calvin)
dan gereja-gereja Jemaat Inggris
dan Wales yang
didasarkan pada
ajaran-ajaran dari tokoh pembaharu lainnya
yang
telah menyebarkan ajarannya pada
zaman Calvin, yakni
Robert
Browne (1550-1633). Terlepas dari pandangan-pandangan
mereka
yang sangat sama, tetapi usaha-usaha untuk menyatukan
kelompok-kelompok ini
barulah berhasil pada
tahun 1972
dengan
pembentukan Gereja Reformasi Bersatu.
Gereja
Metodis pada mulanya adalah merupakan
suatu gerakan
dalam Gereja
Inggris. Pendirinya, John Wesley (1703-1791),
tetap
menolak untuk berpisah dari
gereja induknya. Akan
tetapi, setelah
kematiannya, disadari bahwa Gereja Metodis
tidak
dapat lagi dimasukkan dalam Gereja Inggris,
dan lalu
memisahkan diri pada tahun 1795. John Wesley dan
saudaranya
Charles, melalui
studi mereka yang
ketat dan metodis
terhadap InJil
(sehingga mereka disebut
dengan nama
Metodis),
merasa bahwa keselamatan diperoleh hanya
karena
kasih dan
karunia Tuhan, bukan karena suatu perbuatan atau
kebaikan
manusia.
Menjelang
akhir abad kesembilan belas, ada gelombang
atau
kegairahan lain
mengenai perhatian keagamaan.
Hal ini
sebagian disebabkan
penemuan-penemuan ilmiah dalam
abad
tersebut
yang mengancam berbagai keyakinan yang hingga waktu
itu telah
diterima sebagai kebenaran religius
yang tidak
dapat
dibantah (misalnya, mengenai taman firdaus dan masalah
penciptaan). Dalam
hal ini, reaksi
dari Pencerahan
(Enlightement) dalam tahun-tahun sebelumnya turut berperan.
Akibatnya
adalah bermunculannya banyak sekte yang memisahkan
diri dari
gereja induk mereka,
sebagaimana yang terjadi
dalam Reformasi
yang memunculkan gereja-gereja yang
diperbaharui yang
memisahkan diri dari
iman Katolik. Di
Inggris,
Bala Keselamatan berkembang sebagai suatu
kekuatan
besar, bukan
saja karena ketaatan beragamanya, tetapi juga
karena reformasi
dan bantuan sosialnya.
Di bawah
kepemimpinan William
Booth (1829-1912), Bala Keselamatan
tersebut
memisahkan diri dari gereja Metodis
dalam tahun
1865 dan
membentuk sendiri suatu organisasi yang bergaya
militer
karena kelompok tersebut menganggap dirinya
sebagai
laskar perang
Tuhan dan memerangi
ketidakadilan sosial.
Dibandingkan
dengan kebanyakan sekte Gereja,
mereka sangat
sedikit memperhatikan
sakramen, walaupun mereka menerima
bahwa
beberapa orang Kristen mungkin
melihat sakramen itu
merupakan
pertolongan dan bantuan.
Di Amerika
juga terjadi suatu
gejolak keagamaan yang
demikian.
Pada tahun 1830, Mormon, atau Gereja Yesus Kristus
dari Orang-orang
Suci Hari Terakhir, dibentuk oleh
Joseph
Smith
(1805-1844) yang mengklaim telah mengalami suatu wahyu
Tuhan,
menemukan tablet-tablet emas yang tertulis dalam Buku
Mormon,
yakni yang merupakan kitab suci
penganut Mormon.
Pada mulanya
ajaran Mormon ini
terlarang karena
pandangan-pandangan mereka
yang menyimpang dari
ajaran
Kristen dan
praktek poligami mereka,
tetapi Mormon ini
merayap
ke seluruh Amerika dan akhirnya menetap di Salt Lake
City,
tempat markas mereka terletak hingga kini.
Aliran spiritual
mulai ada tahun
1848 ketika dua orang
perempuan,
yakni saudara perempuan Fox
yang berumur dua
belas dan lima belas tahun, menyebabkan suatu
kegemparan di
antara,
penduduk kota mereka,
Arcadia, New York
State,
dengan mengklaim
bahwa mereka telah
dapat berkomunikasi
dengan roh-roh.
Walaupun ada yang
menyatakan bahwa
suara-suara gaduh tersebut adalah suara gabungan dari
suara
kedua
anak perempuan tersebut, tetapi mereka (penduduk kota
tersebut) berkumpul
sedemikian banyak mendukung
supaya
Gereja
Spiritual didirikan. Penganut aliran Spiritual yakin,
selain pada
pandangan-pandangan Kristen biasa,
bahwa,
melalui
mereka, nasihat dan tuntunan dapat diperoleh.
Advent Hari
Ketujuh juga mulai
ada di Amerika,
yang
membangun reputasinya
dalam tahun 1860,
dan setelah itu
sekte ini
cepat menyebar ke seluruh dunia. Berbeda
dengan
sekte-sekte Kristen
lainnya, mereka membuat hari ketujuh
sebagai
Sabat (yaitu, mereka menjalankannya seperti
yang
dilakukan oleh
orang Yahudi, dimulai
dari saat matahari
terbenam
pada hari Jumat
sampai matahari terbenam
hari
Sabtu). Sama
seperti Gereja Baptis, mereka hanya membaptis
orang-orang
dewasa, dan juga membuat pembatasan-pembatasan
mengenai apa yang dapat dimakan dan diminum oleh
jemaatnya.
Misalnya,
mereka tidak boleh
minum alkohol dan
memakan
makanan
kerang-kerangan.
Sebelum
mengakhiri ulasan ini, tiga kelompok Kristen lainnya
harus
disebut yakni: Christian Science,
Saksi Jehova, dan
gerakan
Pantekosta.
Christian Science
didirikan oleh Mrs. Mary Baker Eddy pada
tahun
1879, yang mempertahankan bahwa satu-satunya
realitas
hanyalah
pikiran dan semua yang lainnya adalah illusi.
Oleh karena itu penyakit jangan dirawat dengan
obat, tetapi
harus
disembuhkan dengan mempraktekkan pemikiran yang benar.
Saksi
Jehova, yang didirikan oleh C.T. Russell, yakin
bahwa
kedatangan kedua
kalinya Yesus serta akhir dunia
ini akan
terjadi
dalam waktu yang tidak lama lagi, dan bila
hal itu
terjadi maka
hanya suatu kelompok elit saja
yang selamat,
yaitu
kelompok Saksi Jehova itu sendiri. Mereka
mempunyai
Al-Kitab dengan
terjemahan mereka sendiri
dan mereka
menyisihkan banyak
waktu, usaha, dan
uang untuk
kegiatan-kegiatan
missionaris.
Yang terakhir,
yakni gerakan Pantekosta, yang bermula dari
suatu
missi di Los Angeles dalam tahun 1906
yang dilakukan
oleh W.J.
Seymour, mengajarkan bahwa setiap
orang Kristen
dapat
mengalami kehadiran Rohul Kudus
dalam diri mereka
sendiri dan
menerima hadiah-hadiah roh.
Oleh karena itu
kebaktian
Pantekosta adalah merupakan upacara yang
sangat
emosional, di
mana jemaatnya menjadi dirasuki oleh Rohul
Kudus dan
tampak berbicara dalam
lidah (berbahasa roh),
sebagaimana yang
dilakukan oleh murid-murid
Yesus yang
pertama.
Walaupun gerakan Pantekosta telah mempunyai
gereja
sendiri, tetapi
gerakan ini telah
juga mempengaruhi
aspek-aspek
lain dari Gereja (Kristen), dan
dalam GereJa
Katolik gerakan
tersebut juga berpengaruh dengan munculnya
apa yang
disebut gerakan Karismatik,
orang-orang Katolik
bermaksud
menerima Rohul Kudus dalam diri mereka sendiri.
Tulisan
ini tidak dimaksudkan untuk mengulas secara mendalam
sekte-sekte
Kristen, bahkan tulisan ini tidak menyebut semua
sekte yang
ada, karena ada
banyak gerakan-gerakan dan
aliran-aliran
pemikiran yang berbeda dalam Gereja Kristen.
Penulis
hanya mencoba untuk menempatkan dalam latar belakang
historis
dan teologis sekte yang paling menyebar.
The
History of Christian Doctrine
Sejarah
Perkembangan Ajaran Trinitas
L.
Berkhof
Penerbit
CV. Sinar Baru
Cetakan
pertama: 1992
Bandung
assalamualaikum wr wb ..
BalasHapusbermanfaat untuk mengetahui sejarah kristen ....
Seorang ulama besar dari pekalongan Habib Lutfi pun pernah diundang dan mengadakan pidato di kalangan umat kristiani / para pendeta dan pimpinan gereja, beliau sangat menguasai perjanjian lama dan perjanjian baru. lebih memahami dan menguasai di banding para pimpinan gereja... alhasil ada diantara mereka yang akhirnya datang ke beliau untuk masuk islam ..
allahuakbar