A.
Study Tentang Ontologi Bahasa
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa, memberikan dua pengertian
bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal
(bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.[1]
Berbeda dengan pendapat
Keraf, Walija mengungkapkan definisi
bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide,
pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain.[2]
Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh
Syamsuddin, Beliau memberi dua pengertian
bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan
perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk
mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari
kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan
bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.[3]
Bahasa merupakan sebuah komunikasi antara seseorang dengan orang
lain sehingga membentuk sebuah interaksi melahirkan pemahaman antara keduanya.
Bahasa juga dapat diibaratkan sebuah remote control yang dapat menyetel manusia
tertawa, sedih, menangis lunglai, semangat dan sebagainya. Bahasa juga dapat
digunakan untuk memasukkan gagasan-gagasan ke dalam pikiran manusia. Bias kita
bayangkan seandainya kita hidup di bumi ini tanpa menggunakan bahasa, maka yang
akan terjadi adalah sikap individualis antar sesama manusia, jangankan antar
sesama, dengan makhluk lainpun kita perlu menggunakan bahasa.
Dengan bahasa, kita dapat mengetahui bahwa orang lain tertarik
dengan kita atau sebaliknya, dengan bahasa kita bias mengetahui peradaban
sebuah negara di dunia, dengan bahasa kita bias menyampaikan informasi kepada
orang lain yang membutuhkan. Maka dari itu mempelajari bahasa itu menurut saya
sangatlah penting, terutama mempelajari bahasa Indonesia. Setidaknya sebagai
warga negara Indonesia, minimal kita
harus bisa berbahasa Indonesia dengan baik.
Mengapa kita harus belajar bahasa Indonesia ? Alasannya ialah,
karena betapa pentingnya sebuah bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi yang dipakai di Indonesia. Kita sebagai warga
Negara Indonesia pasti sadar diri, betapa banyaknya ragam bahasa di Indonesia.
Lain daerah lain bahasa, orang Sumatera memiliki bahasa sendiri, orang Jawa
memiliki bahasa sendiri, orang Kalimantan memiliki bahasa sendiri. Dan ragam
bahasa itu menjadi kebanggaaan kita sebagai warga Negara Indonesia.
Ada beberapa alasan, mengapa kita perlu belajar bahasa Indonesia
1.
Bahasa menunjukkan bangsa
Sebuah ungkapan atau sebuah pepatah yang memakai 2 unsur atau kata
pokok yaitu bahasa dan bangsa. Dari dua unsur dapat disimpulkan 3 arti yaitu :
a.
tabiat
seseorang dapat dilihat dari cara bertutur kata mereka
b.
kesopansantunan
seseorang menunjukkan asal keluarganya.
c.
bahasa
yang sempurna menunjukkan peradaban yang tinggi dari bangsa pemilik bahasa
tersebut.
2.
Ilmu Pengetahuan
Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu kita harus belajar bahasa
Indonesia. Sejak kecil kita sekolah mulai dari sekolah di tingkat dasar,
menengah, atas dan sampai kuliah. Ilmu itu di ajarkan dalam bahasa Indonesia.
Kalau dulu kita belajar dari orang lain, kini giliran kita untuk mengajarkan
kepada orang lain. Bagaimana kita dapat mengajarkan kepada orang lain sedangkan
bahasa Indonesia kita berantakan. Apakah ada media lain selain bahasa tulisan
untuk kita berbagi ilmu pengetahuan ? tentu tidak, maka dari itu kita di tuntut
untuk melatih agar bahasa Indonesia kita baik dan sesuai dengan EYD. Kita tidak
dituntut 100% baik dalam EYD tetapi separuhnya juga boleh dan yang paling
penting selalu berlatih.
3.
Sebelum mempelajari struktur bahasa Asing, pelajari dulu struktur
bahasa sendiri.
Jadi aneh kalau orang Indonesia bahasa Inggrisnya baik dan struktur bahasanya bagus, tapi di kasih untuk menulis dalam bahasa Indonesia jadi berantakan. Maka dari itu pondasi awal untuk mempelajari bahasa asing baik itu bahasa Arab, Inggris, Jerman, Belanda, Jepang dan lain sebagainya maka dari itu pelajari dulu struktur bahasa Indonesia dulu baru lanjut belajar strukrur bahasa Asing. Atau setidaknya kita belajar bahasa Indonesia sebagai modal dasar agar dalam mengartikan sebuah bahasa sesuai dengan bahasa yang di maksut (dzauqun saliim).
Jadi aneh kalau orang Indonesia bahasa Inggrisnya baik dan struktur bahasanya bagus, tapi di kasih untuk menulis dalam bahasa Indonesia jadi berantakan. Maka dari itu pondasi awal untuk mempelajari bahasa asing baik itu bahasa Arab, Inggris, Jerman, Belanda, Jepang dan lain sebagainya maka dari itu pelajari dulu struktur bahasa Indonesia dulu baru lanjut belajar strukrur bahasa Asing. Atau setidaknya kita belajar bahasa Indonesia sebagai modal dasar agar dalam mengartikan sebuah bahasa sesuai dengan bahasa yang di maksut (dzauqun saliim).
B.
Studi Tentang Epistimologi Bahasa
Bahasa
adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk
membentuk kalimat yang
memiliki arti. Bahasa memiliki berbagai definisi. Definisi bahasa adalah
sebagai berikut:
1.
suatu
sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan.
2.
suatu
peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka ke dalam pikiran
orang lain
3.
suatu
kesatuan sistem makna
4.
suatu
kode yang yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk
dan makna.
5.
suatu
ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh: Perkataan,
kalimat, dan lain-lain.)
6.
suatu
sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat linguistik.
Bahasa erat kaitannya dengan kognisi pada manusia, dinyatakan bahwa bahasa adalah fungsi kognisi tertinggi dan tidak dimiliki oleh hewan. Ilmu yang mengkaji bahasa ini disebut sebagai linguistik.[4]
- Unsur unsur bahasa
a.
Fonem yaitu unsur
terkecil dari bunyi ucapan yang bisa digunakan untuk membedakan arti dari satu kata.
Contohnya kata ular dan ulas memiliki arti yang berbeda karena perbedaan pada
fonem /er/ dan /es/. Setiap bahasa memiliki jumlah dan jenis fonem yang
berbeda-beda. Misalnya bahasa Jepang tidak mengenal fonem /la/ sehingga perkataan yang menggunakan
fonem /la/ diganti dengan fonem /ra/.
b.
Morfem yaitu unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu
bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata
praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan
kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.
c. Sintaksis yaitu penggabungan kata menjadi kalimat berdasarkan aturan sistematis yang berlaku pada bahasa tertentu. Dalam bahasa Indonesia terdapat aturan SPO atau subjek-predikat-objek. Aturan ini berbeda pada bahasa yang berbeda, misalnya pada bahasa Belanda dan Jerman aturan pembuatan kalimat adalah kata kerja selalu menjadi kata kedua dalam setiap kalimat. Hal ini berbeda dengan bahasa Inggris yang memperbolehkan kata kerja diletakan bukan pada urutan kedua dalam suatu kalimat.
d. Semantik mempelajari arti dan makna dari suatu bahasa yang dibentuk dalam suatu kalimat.
e. Diskurs mengkaji bahasa pada tahap percakapan, paragraf, bab, cerita atau literatur.
- Tahapan Perolehan Bahasa
a.
Cooing atau berbunyi. Tahapan
ini dilakukan oleh bayi di seluruh dunia, tidak terpengaruh pada jenis bahasa yang ada
disekitarnya. Bayi yangtuna rungu pun
melakukannya. Biasanya terdiri atas bebunyian dari huruf
hidup.
b.
Babbling atau bergumam. Tahapan
ini menunjukkan kecenderungan bayi untuk mengeluarkan berbagai jenis fonem yang
digabung antara huruf hidup dan konsonan. Pada tahap ini suara babbling
terdengar sama pada bayi berbahasa apapun.
c.
Ujaran satu kata. Tahapan ini menunjukkan kecenderungan bayi untuk mengeluarkan fonem
yang berguna pada bahasanya, baik huruf
hidup maupun konsonan. Bayi Jepang tidak akan mengeluarkan fonem /la/. Pada saat ini
bayi mulai mengeluarkan satu kata.
d.
Ujaran dua kata dan penuturan telegrafik. Tahapan ini
berlangsung pada usia 1,5 - 2,5 tahun, dimana bayi dan balita mulai
menggabungkan dua atau tiga buah kata. Pada saat ini anak mulai belajar
memahami sintaks.
e.
Struktur dasar kalimat dewasa. Tahapan ini mulai muncul pada usia 4 tahun. Ditunjang oleh
pertambahan perolehan kosa kata
yang meningkat secara eksponensial
- Menerjemahkan bahasa
Bahasa manusia yang berbeda-beda menyebabkan manusia mencoba untuk
mengungkapkannya dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan komputer untuk menerjemahkan satu bahasa ke bahasa lainnya. Perangkat
demikian dikenal sebagai "Mesin Penerjemah".
Mesin Penerjemah merupakan hal yang sangat diidam-idamkan oleh para
pakar komputer sejak awal. Pada mulanya mereka memperkirakan, bahwa hal
tersebut dapat dilakukan dengan mudah. Akan tetapi, hal tersebut ternyata sulit
dalam pelaksanaannya, sehingga para pakar komputer tersebut putus asa. Meskipun demikian, di masa sekarang ini
beberapa perangkat penerjemah
telah dijual secara komersial di pasaran.
C.
Studi Tentang Aksiologi Bahasa
Dari kajian ontology dan epistimologi yang kita bahas sebelumnya,
maka dapat kita kaji tentang aksiologi bahasa sebagai berikut:
1.
Bahasa Nasional
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
memiliki empat fungsi: (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas
nasional, (3) alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan
(4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing.
Fungsi pertama mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang
mendasari rasa kebangsaan kita. Berdasarkan kebanggaan inilah, bahasa Indonesia
kita pelihara dan kita kembangkan. Selain itu, rasa bangga memakai bahasa
Indonesia dalam berbagai bidang harus selalu kita bina dan kita tingkatkan.
Fungsi kedua mengindikasikan bahwa bahasa Indonesia -sebagaimana
halnya lambang lain, yaitu bendera merah putih dan burung garuda- mau takmau
suka taksuka harus diakui menjadi bagian yang takdapat dipisahkan dengan bangsa
Indonesia. Jadi, seandainya ada orang yang kurang atau bahkan tidak menghargai
ketiga lambang identitas kita ini tentu sedikitnya kita akan merasa tersinggung
dan rasa hormat kita kepada orang tersebut menjadi berkurang atau malah hilang.
Karena itu, bahasa Indonesia dapat menunjukkan atau menghadirkan identitasnya
hanya apabila masyarakat bahasa Indonesia membina dan mengembangkannya sesuai
dengan keahlian dalam bidang masing-masing.
Fungsi ketiga memberikan kewenangan kepada kita berkomunikasi
dengan siapa pun memakai bahasa Indonesia apabila komunikator dan komunikan
mengerti. Karena itu, kesalahpahaman dengan orang dari daerah lain bisa kita
hindari kalau kita memakai bahasa Indonesia. Melalui fungsi ketiga ini pula
kita bisa memahami budaya saudara kita di daerah lain.
Fungsi keempat mengajak kita bersyukur kepada Tuhan karena kita
telah memiliki bahasa nasional yang berasal dari bumi kita sendiri sehingga
kita dapat bersatu dalam kebesaran Indonesia. Padahal, ketika dicanangkan
sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia boleh dan bisa dikatakan tidak
memiliki penutur asli karena berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Jawa dan bahasa
Sunda paling banyak penuturnya di antara bahasa-bahasa daerah yang ada di
Nusantara ini. Jadi, berdasarkan jumlah penutur, yang pantas menjadi bahasa
nasional sebenarnya kedua bahasa daerah itu. Apalah jadinya seandainya bahasa
Jawa atau bahasa Sunda yang diangkat menjadi bahasa nasional. Mungkin saja
terjadi perpecahan perang antarsuku, lalu muncul negara-negara kecil. Karena
itu, tentu bukan soal jumlah penutur yang menjadi landasan para pemikir bangsa
waktu itu. Mereka berpikiran jauh ke masa depan untuk kebesaran dan kejayaan
bangsa; dan lahirlah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
2.
Bahasa Negara
Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara memiliki
empat fungsi yang saling mengisi dengan ketiga fungsi bahasa nasional. Keempat
fungsi bahasa negara adalah sebagai berikut: (1) bahasa resmi kenegaraan, (2)
bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4)
alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Dalam fungsi pertama bahasa Indonesia wajib digunakan di dalam
upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik lisan maupun tulisan. Begitu
juga dalam penulisan dokumen dan putusan serta surat-surat yang dikeluarkan
oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan. Hal tersebut berlaku juga bagi
pidato kenegaraan.
Fungsi kedua mengharuskan lembaga-lembaga pendidikan menggunakan
pengantar bahasa Indonesia. Lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi mau takmau dalam pelajaran atau mata kuliah apa pun
pengantarnya adalah bahasa Indonesia. Namun, ada perkecualian. Bahasa daerah
boleh (tidak harus) digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar sampai
tahun ketiga.
Fungsi ketiga mengajak kita menggunakan bahasa Indonesia untuk
membantu kelancaran pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang. Dalam hal
ini kita berusaha menjelaskan sesuatu, baik secara lisan maupun tertulis,
dengan bahasa Indonesia agar orang yang kita tuju dapat dengan mudah memahami
dan melaksanakan kegiatan pembangunan.
Fungsi keempat mengingatkan kita yang berkecimpung dalam dunia
ilmu. Tentu segala ilmu yang telah kita miliki akan makin berguna bagi orang
lain jika kita sebarkan kepada saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air di
seluruh pelosok Nusantara, atau bahkan jika memungkinkan kepada saudara kita di
seluruh dunia. Penyebaran ilmu tersebut akan lebih efektif dan efisien jika
menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa daerah atau bahasa asing.
3.
Macam macam bahasa
Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam / Keragaman Bahasa :
a.
Ragam
bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa
jurnalistik, dsb.
b.
Ragam
bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden
Soeharto, gaya bahasa benyamin s, dan lain sebagainya.
c.
Ragam
bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti
dialek bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa
bali, dialek bahasa jawa, dan lain sebagainya.
d.
Ragam
bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam
bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
e.
Ragam
bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
f.
Ragam
bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal
(tidak baku).
g.
Bahasa
lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat
bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam
pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak
sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi.untuk
kategori ini, kita harus memahami betul betul makna dari ucapan maupun gerakan
dari lawan bicara kita. Sedikit saja salah dalam memahami maka akan berakibat salah persepsi. Contohnya:
1)
Bahasa Kepala
a)
Condong
ke arah Anda: tertarik, setuju.
b)
Menjauh
secara mendadak: curiga, tidak percaya.
c)
Topang
dagu: bosan.
d)
Mengangguk:
setuju.
e)
Banyak
menoleh: tidak sabar, ingin menyudahi pembicaraan.
2)
Bahasa Mata
a)
60
persen menatap langsung: tertarik.
b)
80
persen tatapan langsung: tertarik secara seksual.
c)
100
persen tatapan langsung: perlawanan.
d)
Penghindaran
tatapan: me¬nyem¬bunyikan sesuatu.
e)
Lensa
mata membesar: sangat tertarik.
f)
Tatapan
jatuh ke bawah dan melirik ke kiri/kanan: tertarik pada lawan jenis.
g)
Lirik
kanan/kiri langsung: bosan.
h)
Kedipan
cepat: tidak setuju.
3)
Bahasa Tangan
a)
Telapak
terbuka ke atas: jujur terbuka.
b)
Telapak
di saku atau tertutup: menyembunyikan sesuatu.
c)
Mengepal:
tegang, tidak nyaman, marah.
d)
Menutup
mulut/hidung: indikasi berbohong.
e)
Membentuk
kerucut: percaya diri atau yakin.
f)
Tangan
di atas meja: siap untuk setuju.
g)
Jari
mengetuk-ngetuk: bosan atau ingin bicara.
4)
Gerakan Lain
a)
Dada
atau pinggul didekatkan: tertarik secara seksual.
b)
Kaki
mengetuk lantai: ingin bicara atau bosan.
5)
Nada atau Kecepatan Bicara
a)
Lambat
dan nada akhir turun: yakin dan menguasai.
b)
Penekanan
kata: otoritatif.
c)
Nada
dan kecepatan meninggi: emosi, tegang, atau menyembunyikan sesuatu.
6)
Bahasa Penolakan
a)
Kaki
atau tangan bersilang.
b)
Melirik
ke kiri/kanan, kepala menoleh ke kiri atau kanan.
c)
Tatapan
langsung minimal.
d)
Mengetukkan
jari atau kaki. Arah kaki tidak kepada Anda.
e)
Postur
tubuh tertutup.
7) Bahasa
Keterbukaan
a)
Tatapan
langsung banyak dengan lensa mata membesar.
b)
Tangan
menangkup membentuk menara.
c)
Arah
kaki kepada Anda.
d)
Postur
tubuh terbuka.
8)
Bahasa Siap Menerima
a)
Kontak
mata lebih 60 persen dan banyak senyum lepas.
b)
Tubuh
atau kepala mencondong kepada Anda.
c)
Banyak
anggukan dan wajah menghadap langsung ke Anda.
d)
Tangan
terbuka di atas meja.
9)
Bahasa Curiga
a)
Postur
tubuh tertutup
b)
Tangan
berada di saku atau posisi menyilang.
c)
Tatapan
melalui sudut mata (lirikan) berulang kali.
d)
Arah
kaki menyerong.
10)
Bahasa Tidak Jujur
a)
Banyak
menatap ke samping khususnya pada bagian kata atau kalimat bohong.
b)
Tangan
sering menutup mulut atau hidung, atau meraba hidung atau telinga.
c)
Postur
tidak nyaman
h.
Bahasa
isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi
melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen
oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar baik menunjukkan pribadimu !