I. Pendahuluan
Dewasa ini perkembangan pemikiran manajemen
sekolah mengarah pada sistem manajemen yang disebut TQM (Total Quality
Management) atau Manajemen Mutu Terpadu. Pada prinsipnya sistem manajemen ini
adalah pengawasan menyeluruh dari seluruh anggota organisasi (warga sekolah)
terhadap kegiatan sekolah. Penerapan TQM berarti semua warga sekolah
bertanggung jawab atas kualitas pendidikan.
Sebelum hal itu
tercapai, maka semua pihak yang terlibat dalam proses akademis, mulai dari
komite sekolah, kepala sekolah, kepala tata usaha, guru, siswa sampai dengan
karyawan harus benar – benar mengerti
hakekat dan tujuan pendidikan ini. Dengan kata lain, setiap individu yang
terlibat harus memahami apa tujuan penyelenggaraan pendidikan. Tanpa pemahaman
yang menyeluruh dari individu yang terlibat, tidak mungkin akan diterapkan TQM.
Dalam ajaran TQM,
lembaga pendidikan (sekolah) harus menempatkan siswa sebagai “klien” atau dalam
istilah perusahaan sebagai “ stakeholders” yang terbesar, maka suara siswa
harus disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis langkah organisasi sekolah. Tanpa suasana yang
demokratis manajemen tidak mampu menerapkan TQM, yang terjadi adalah kualitas
pendidikan didominasi oleh pihak – pihak tertentu yang seringkali memiliki
kepentingan yang bersimpangan dengan hakekat pendidikan (Adnan Sandy Setiawan :
2000),
Penerapan TQM berarti
pula adanya kebebasan untuk berpendapat. Kebebasan berpendapat akan menciptakan
iklim yang dialogis antara siswa dengan guru, antara siswa dengan kepala
sekolah, antara guru dan kepala sekolah, singkatnya adalah kebebasan
berpendapat dan keterbukaan antara seluruh warga sekolah. Pentransferan ilmu
tidak lagi bersifat one way communication, melainkan two way communication. Ini
berkaitan dengan budaya akademis.
Selain kebebasan
berpendapat juga harus ada kebebasan informasi. Harus ada informasi yang jelas
mengenai arah organisasi sekolah, baik secara internal organisasi maupun secara
nasional. Secara internal, manajemen harus menyediakan informasi seluas-
luasnya bagi warga sekolah. Termasuk dalam hal arah organisasi adalah progran –
program, serta kondisi finansial.
Singkatnya, TQM adalah
sistem menajemen yang menjunjung tinggi efisiensi. Sistem manajemen ini sangat
meminimalkan proses birokrasi. Sistem sekolah yang birokratis akan menghambat
potensi perkembangan sekolah itu sendiri.
II.
PERMASALAHAN
Permasalahan yang ingin
penulis kupas dalam paper ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan
Manajemen Mutu Terpadu (TQM) ?
2. Apa yang menjadi kesulitan
implementasi TQM di bidang Pendidikan ?
3. Apa yang menjadi indikator keberhasilan
implementasi TQM di bidang pendidikan ?
III. TUJUAN PENULISAN
Dari permasalahan yang
penulis pilih, penulis mempunyai tujuan :
1. Menjelaskan pengertian
Manajemen Mutu Terpadu (TQM).
2. Menjelaskan kesulitan –
kesulitan implementasi TQM di bidang
pendidikan.
3. Mengidentifikasi indikator –
indikator keberhasilan implementasi TQM di bidang pendidikan.
IV. PEMBAHASAN
Dalam era kemandirian
sekolah dan era Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), tugas dan tanggung jawab yang
pertama dan yang utama dari pimpinan skolah adalah menciptakan sekolah yang
mereka pimpin menjadi semakin efektif, dalam arti menjadi semakin bermanfaat
bagi sekolah itu sendiri dan bagi masyarakat luas penggunanya. (Thomas B.
Santoso : 2001). Agar tugas dan tanggung jawab para pemimpin sekolah tersebut
menjadi nyata, kiranya kepala sekolah perlu memahami, mendalami dan menerapkan
beberapa konsep ilmu manajemen yang dewasa ini telah dikembang-mekarkan oleh
pemikir – pemikir dalam dunia bisnis. Salah satu ilmu manajemen yang dewasa ini
banyak diadopsi adalah TQM (Total Quality Management) atau Manajemen Mutu
Terpadu.
A. Manajemen Mutu Terpadu (TQM)
Manajemen Mutu Terpadu sangat
populer di lingkungan organisasi profit, khususnya di lingkungan berbagi badan
usaha/perusahaan dan industri, yang telah terbukti keberhasilannya dalam
mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya masing – masing dalam kondisi
bisnis yang kompetitif. Kondisi seperti ini telah mendorong berbagai pihak
untuk mempraktekannya di lingkungan organisasi non profit termasuk di
lingkungan lembaga pendidikan.
Menurut Hadari Nawari (2005:46)
Manajemen Mutu Terpadu adalah manejemen fungsional dengan pendekatan yang
secara terus menerus difokuskan pada peningkatan kualitas, agar produknya
sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan
tugas pelayanan umum (public service)
dan pembangunan masyarakat (community
development). Konsepnya bertolak dari manajemen sebagai proses atau
rangkaian kegiatan mengintegrasikan sumber daya yang dimiliki, yang harus
diintegrasi pula dengan pentahapan pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen, agar
terwujud kerja sebagai kegiatan memproduksi sesuai yang berkualitas. Setiap
pekerjaan dalam manajemen mutu terpadu harus dilakukan melalui tahapan
perencanaan, persiapan (termasuk bahan dan alat), pelaksanaan teknis dengan
metode kerja/cara kerja yang efektif dan efisien, untuk menghasilkan produk
berupa barang atau jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.
Menurut Cassio seperti yang
dikutip oleh Hadari Nawawi (2005 : 127), ia memberi pengertian bahwa “TQM, a philosophy and set of guiding
principles that represent the foundation of a continuosly improving
organization, include seven broad components :
1.
A focus on the customer or
user of a product or service, ensuring the customer’s need an expectations are
satisfied consistenly.
2.
Active leadership from
executives to establish quality as a fundamental value to be incorporated into
a company’s managemen philosophy.
3.
Quality concept (e.g.
statistical process control or computer assisted design, engineering, and
manufacturing) that are thoroughly integrated throughout all activities of or a
company.
4.
A corporate culture,
established and reinforced by top executives, that involves all employees in
contributing to quality improvement.
5.
A focus on employee
involvement, teamwork, and training at all levels in order to strengthen
employee commitment to continous quality improvement.
6.
An approach to problem solving
that is base on continously gathering, evaluating, and acting on facts and data
is a systematic manner.
7.
Recognition of supliers as
full partners in quality management process.
Pengertian lain dikemukakan oleh
Santoso yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998) yang
mengatakan bahwa “ TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas
sebagai strategi usaha dan berorentasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi”. Di samping itu Fandy Tjiptono dan
Anastasia Diana (1998) menyatakan pula bahwa “ Total Quality Management
merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya.
Berdasarkan beberapa pengertian di
atas, Hadari Nawawi (2005 : 127) mengemukakan tentang karakteristik TQM sebagai
berikut :
1. Fokus pada pelanggan, baik
pelanggan internal maupun eksternal
2. Memiliki opsesi yang tinggi
terhadap kualitas
3. Menggunakan pendekatan ilmiah
dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
4. Memiliki komitmen jangka
panjang.
5. Membutuhkan kerjasama tim
6. Memperbaiki proses secara
kesinambungan
7. Menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan
8. Memberikan kebebasan yang
terkendali
9. Memiliki kesatuan yang
terkendali
10. Adanya keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan.
B. Manajemen Mutu Terpadu dalam Bidang
Pendidikan
Di lingkungan organisasi non
profit, khususnya pendidikan, penetapan kualitas produk dan kualitas proses
untuk mewujudkannya, merupakan bagian yang tidak mudah dalam pengimplementasian
Manajemen Mutu Terpadu (TQM). Kesulitan ini disebabkan oleh karena ukuran produktivitasnya tidak sekedar
bersifat kuantitatif, misalnya hanya dari jumlah lokal dan gedung sekolah atau
laboratorium yang berhasil dibangun, tetapi juga berkenaan dengan aspek
kualitas yang menyangkut manfaat dan kemampuan memanfaatkannya.
Demikian juga jumlah lulusan
yang dapat diukur secara kuantitatif, sedang kualitasnya sulit untuk ditetapkan
kualifikasinya. Sehubungan dengan itu di lingkungan organisasi bidang
pendidikan yang bersifat non profit, menurut Hadari Nawari (2005 : 47) ukuran
produktivitas organisasi bidang pendidikan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Produktivitas
Internal, berupa
hasil yang dapat diukur secara kuantitatif, seperti jumlah atau prosentase
lulusan sekolah, atau jumlah gedung dan lokal yang dibangun sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan.
2. Produktivitas
Eksternal, berupa
hasil yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, karena bersifat kualitatif
yang hanya dapat diketahui setelah melewati tenggang waktu tertentu yang cukup
lama.
Masih menurut Hadari Nawawi (2005 :
47), bagi organisasi pendidikan, adaptasi manajemen mutu terpadu dapat
dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut :
1.
Tingkat
konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.
2.
Kekeliruan
dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat
yang dilayani semakin berkurang.
3.
Disiplin
waktu dan disiplin kerja semakin meningkat
4.
Inventarisasi
aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa
diketahui sebab – sebabnya.
5.
Kontrol
berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat,
sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian
pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6.
Pemborosan
dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.
7.
Peningkatan
ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara
bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif,
sehingga kualitas produk dan pelayanan umum terus meningkat.
Berkenaan dengan kualitas dalam
pengimplementasian TQM, Wayne F. Cassio dalam bukunya Hadari Nawawi mengatakan
: “Quality is the extent to which product
and service conform to customer requirement”. Di samping itu Cassio juga
mengutip pengertian kualitas dari The Federal Quality Institute yang menyatakan
“quality as meeting the customer’s
requiremet the first time and every time, where costumers can be internal as
wellas external to the organization”. Senada dengan itu Goetsh dan Davis seperti yang
dikutip oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1996) yang mengatakan : “kualitas merupakan suatu kondisi dinamis
yang berhubungan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan”.
Dilihat dari pengertian kualitas yang
terakhir seperti tersebut di atas, berarti kualitas di lingkungan organisasi
profit ditentukan oleh pihak luar di luar organisasi yang disebut konsumen,
yang selain berbeda – beda, juga selalu berubah dan berkembang secara dinamis.
Manajemen Mutu Terpadu di lingkungan
suatu organisasi non profit termasuk pendidikan tidak mungkin diwujudkan jika
tidak didukung dengan tersedianya sumber – sumber untuk mewujudkan kualitas
proses dan hasil yang akan dicapai. Di lingkungan organisasi yang kondisinyan
sehat, terdapat berbagai sumber kualitas yang dapat mendukung
pengimplementasian TQM secara maksimal. Menurut Hadari Nawawi (2005 : 138 –
141), beberapa di antara sumber – sumber kualitas tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Komitmen Pucuk Pimpinan
(Kepala Sekolah) terhadap kualitas.
Komitmen ini sangat penting
karena berpengaruh langsung pada setiap pembuatan keputusan dan kebijakan,
pemilihan dan pelaksanaan program dan proyek, pemberdayaan SDM, dan pelaksanaan
kontrol. Tanpa komitmen ini tidak mungkin diciptakan dan dikembangkan
pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen yang berorentasi pada kualitas produk dan
pelayanan umum.
2. Sistem Informasi Manajemen
Sumber ini sangat penting karena
usaha mengimplementasikan semua fungsi manajemen yang berkualitas, sangat
tergantung pada ketersediaan informasi dan data yang akurat, cukup/lengkap dan
terjamin kekiniannya sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas pokok
organiasi.
3. Sumberdaya manusia yang potensial
SDM di lingkungan sekolah
sebagai aset bersifat kuantitatif dalam arti dapat dihitung jumlahnya.
Disamping itu SDM juga merupakan potensi yang berkewajiban melaksanakan tugas
pokok organisasi (sekolah) untuk mewujudkan eksistensinya. Kualitas pelaksanaan
tugas pokok sangat ditentukan oleh potensi yang dimiliki oleh SDM, baik yang
telah diwujudkan dalam prestasi kerja maupun yang masih bersifat potensial dan
dapat dikembangkan.
4. Keterlibatan semua Fungsi
Semua fungsi dalam organisasi
sebagai sumber kualitas, sama pentingnya satu dengan yang lainnnya, yang
sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu semua fungsi harus
dilibatkan secara maksimal, sehingga saling menunjang satu dengan yang lainnya.
5. Filsafat Perbaikan Kualitas
secara Berkesinambungan
Sumber – sumber kualitas yang
ada bersifat sangat mendasar, karena tergantung pada kondisi pucuk pimpinan
(kepala sekolah), yang selalu menghadapi kemungkinan dipindahkan, atau dapat
memohon untuk dipindahkan. Sehubungan dengan itu, realiasi TQM tidak boleh
digantungkan pada individu kepala sekolah sebagai sumber kualitas, karena sikap
dan perilaku individu terhadap kualitas dapat berbeda. Dengan kata lain sumber
kualitas ini harus ditransformasikan pada filsafat kualitas yang
berkesinambungan dalam merealisasikan TQM.
Semua
sumber kualitas di lingkungan organisasi pendidikan dapat dilihat
manifestasinya melalui dimensi – dimensi kualitas yang harus direalisasikan
oleh pucuk pimpinan bekerja sama dengan
warga sekolah yang ada dalam lingkungan tersebut. Menurut Hadari Nawawi (2005 :
141), dimensi kualitas yang dimaksud adalah :
1. Dimensi Kerja Organisasi
Kinerja dalam arti unjuk
perilaku dalam bekerja yang positif, merupakan gambaran konkrit dari kemampuan
mendayagunakan sumber – sumber kualitas, yang berdampak pada keberhasilan
mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi organisasi (sekolah).
2. Iklim Kerja
Penggunaan sumber – sumber
kualitas secara intensif akan menghasilkan iklim kerja yang kondusif di
lingkungan organisasi. Di dalam iklim kerja yang diwarnai kebersamaan akan
terwujud kerjasama yang efektif melalui kerja di dalam tim kerja, yang saling
menghargai dan menghormati pendapat, kreativitas, inisiatif dan inovasi untuk
selalu meningkatkan kualitas.
3. Nilai Tambah
Pendayagunaan sumber – sumber
kualitas secara efektif dan efisien akan memberikan nilai tambah atau
keistimewaan tambahan sebagai pelengkap dalam melaksanakan tugas pokok dan
hasil yang dicapai oleh organisasi. Nilai tambah ini secara kongkrit terlihat
pada rasa puas dan berkurang atau hilangnya keluhan pihak yang dilayani (siswa).
4. Kesesuaian dengan Spesifikasi
Pendayagunaan sumber – sumber
kualitas secara efektif dan efisien bermanifestasi pada kemampuan personil
untuk menyesuaikan proses pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya dengan
karakteristik operasional dan standar hasilnya berdasarkan ukuran kualitas yang
disepakati.
5. Kualitas Pelayanan dan Daya
Tahan Hasil Pembangunan
Dampak lain yang dapat diamati
dari pendayagunaan sumber – sumber kualitas yang efektif dan efisien terlihat
pada peningkatan kualitas dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada siswa.
6. Persepsi Masyarakat
Pendayagunaan sumber – sumber
kualitas yang sukses di lingkungan organisasi pendidikan dapat diketahui dari
persepsi masyarakat (brand image) dalam bentuk citra dan reputasi yang positip
mengenai kualitas lulusan baik yang terserap oleh lembaga pendidikan yang lebih
tinggi ataupun oleh dunia kerja.
Secara
singkat dapat digambarkan diagram komitmen kualitas dalam Manajemen Mutu
Terpadu adalah sebagai berikut :
Diagram
: Komitmen Kualitas dalam TQM
C. Tanggapan Penulis
Total Quality Management (TQM)
atau Manajemen Mutu Terpadu dalam bidang pendidikan tujuan akhirnya adalah
meningkatkan kualitas, daya saing bagi output (lulusan) dengan indikator adanya
kompetensi baik intelektual maupun skill serta kompetensi sosial siswa/lulusan
yang tinggi. Dalam mencapai hasil tersebut, implementasi TQM di dalam
organisasi pendidikan (sekolah) perlu dilakukan dengan sebenarnya tidak dengan
setengah hati. Dengan memanfaatkan semua entitas kualitas yang ada dalam
organisasi maka pendidikan kita tidak akan jalan di tempat seperti saat ini.
Kualitas pendidikan kita berada pada urutan 101 dan masih berada di bawah vietnam yang
notabene negara tersebut dapat dikatakan baru saja merdeka dibandingkan dengan
kemerdekaan bangsa kita Indonesia.
Implementasi TQM di organisasi
Pendidikan khususnya negeri memang tidak mudah. Adanya hambatan dalam budaya
kerja, unjuk kerja dari guru dan karyawan sangat mempengaruhi. Tidak perlu
dipungkiri bahwa budaya kerja, unjuk kerja dan disiplin pegawai negeri sipil di
negara kita ini sangat rendah. Ini sangat mempengaruhi efektifitas implementasi
TQM.
Implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) yang telah mengadopsi prinsip – prinsip TQM ternyata tidak serta
merta mendongkrak peningkatan kinerja pelaksana sekolah yang implikasinya dapat
meningkatkan kompetensi siswa kita.
Menurut penulis, yang paling
pertama diperbaiki adalah budaya kerja, unjuk kerja dan disiplin dari pelaksana
sekolah (guru, karyawan dan kepala sekolah). Semuanya harus dapat memandang
siswa sebagai “pelanggan”, yang harus dilayani dengan sebaik – baiknya demi
kepuasan mereka. Pelaksana sekolah selalu bersemangat untuk maju, bersemangat
terus untuk menambah kemampuan dan ketrampilannya yang pada akhirnya akan
meningkatkan unjuk kerja mereka di hadapan siswa. Apabila semua pelaksana
sekolah sudah mempunyai budaya kerja, unjuk kerja dan disiplin yang tinggi,
maka implementasi TQM dapat secara nyata berjalan dan akan menjadikan
organisasi pendidikan (sekolah) akan semakin maju, eksis, memiliki brand image
yang semakin tinggi dan pada akhirnya dapat menciptakan kader – kader bangsa
yang berkualitas dan dapat disejajarkan dengan bangsa lain.
Rendahnya budaya kerja, unjuk
kerja dan disiplin kerja pelaksana seokolah (PNS) memang sangat dipengaruhi
oleh sistem penghargaan negara (gaji) yang rendah terhadap PNS. Ini menyebabkan
tidak sedikit kewajiban di organisasi pendidikan khususnya menjadi “sambilan” bagi
PNS dan justru yang utama berada di kegiatan luar organisasi karena adanya
tuntutan ekonomi yang semakin berat.
Angin segar telah berhembus bagi
guru khususnya, dengan telah adanya UU Guru dan Dosen yang menjadi payung hukum
dan menjamin peningkatan kesejahteraan Guru dan Dosen. Tetapi masih menjadi
pertanyaan besar “kapan itu dilaksanakan?”, atau “ hanya meninabobokkan guru
saja agar tidak berdemo?”.
Apabila UU tersebut benar
dilaksanakan, apakah akan benar – benar dapat meningkatkan kinerja guru?
Pada intinya, implementasi TQM
di organisasi pendidikan khususnya sekolah masih akan terasa berat. Diperlukan
adanya kesungguhan dari warga sekolah secara bersama, sadar, dan berkeinginan
yang kuat untuk maju.
V. KESIMPULAN
Dari
paparan di atas dapat diambil kesimpulan :
1. Manajemen Mutu Terpadu(TQM) adalah
suatu sistem manajemen yang mendayagunakan sumber – sumber kualitas yang ada
dalam organisasi melalui tahapan – tahapan manajemen secara terkendali untuk
meningkatkan kualitas pelayanan pada pelanggan secara efektif dan efisien.
2. Kesulitan penerapan TQM dalam
bidang pendidikan adalah kesulitan dalam penentuan kualitas produknya (lulusan)
yang lebih bersifat kualitatif.
3. Implementasi TQM di bidang
pendidikan dikatakan berhasil jika dapat ditemukan ciri – ciri sebagai berikut :
a. Tingkat konsistensi produk
dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan
peningkatan kualitas SDM terus meningkat.
b. Kekeliruan dalam bekerja yang
berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat yang dilayani
semakin berkurang.
c. Disiplin waktu dan disiplin
kerja semakin meningkat
d. Inventarisasi aset organisasi
semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa diketahui sebab –
sebabnya.
e. Kontrol berlangsung efektif
terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat, sehingga mampu
menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan umum dan
pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
f.
Pemborosan
dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.
g. Peningkatan ketrampilan dan
keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara bekerja selalu
mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif, sehingga
kualitas produk dan pelayanan umum terus meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Sandy Setiawan (200); “Manajemen Perguruan Tinggi Di Tengah
Perekonomian Pasar dan Pendidikan Yang Demokratis “, “INDONews (s)”indonews@indo-news.com. 24 Maret 2006
Ani M. Hasan (2003); “Pengembangan Profesional Guru di Abad
Pengetahuan”, Pendidikan Network : 24 Maret 2006
Fandy Tjiptono dan Anastasia
Diana (1998); Total Quality Management (TQM), Andi Offset : Yogyakarta
Frietz R Tambunan (2004); “Mega Tragedi
Pendidikan Nasional”, Kompas : 16 Juni
2004
Hadari Nawawi (2005); Manajemen Strategik, Gadjah Mada Pers : Yogyakarta
Thomas B. Santoso (2001), “
Manajemen Sekolah di Masa Kini (1)”, Pendidikan Network : 24 Maret 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar baik menunjukkan pribadimu !