Welcome to Afive Blog

Kata-kata yang baik memiliki daya kreatif, kekuatan yang membangun hal-hal mulia, dan energi yang menyiramkan berkat-berkat kepada dunia.
JANGAN LUPA ISI BUKU TAMU

Selasa, 25 Desember 2012

Selamat Natal Menurut Al-Qur'an

Alhamdulillah, setelah sekian banyak uneg-uneg, pertanyaan, kegundah gulanaan saudara-saudaraku yang masuk melalui inbox FB, email dan masyarakat tercinta mengenai "Bagaimana hukum mengucapkan Selamat Natal kepada kerabat kristiani kita?", ada yang beranggapan itu dosa, ber-arti telah murtad, karena mengucapkan selamat itu mengganggu akidah seperti halnya non muslim yang ingin masuk Islam, ya harus mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan masih banyak lagi ke-galauan yang di utarakan saudara-saudaraku.

Akhirnya penulis juga belajar lagi kok seperti saudara-saudaraku,,, ini dia jawabanya menurut ahlinya semoga manfaat:

Sakit perut menjelang persalinan, memaksa Maryam bersandar ke pohon kurma. Ingin rasanya beliau mati, bahkan tidak pernah hidup sama sekali. Tetapi Malaikat Jibril datang menghibur: "Ada anak sungai di bawahmu, goyanghan pangkal pohon kurma ke arahmu, makan, minum dan senangkan hatimu. Kalau ada yang datang katakan: 'Aku bernazar tidak bicara.'"
   
"Hai Maryam, engkau melakukan yang amat buruk. Ayahmu bukan penjahat, ibumu pun bukan penzina," demikian kecaman kaumnya, ketika melihat bayi di gendongannya. Tetapi Maryam terdiam. Beliau hanya menunjuk bayinya. Dan ketika itu bercakaplah sang bayi menjelaskan jati dirinya sebagai hamba Allah yang diberi Al-Kitab, shalat, berzakat serta mengabdi kepada ibunya. Kemudian sang bayi berdoa: "Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan pada hari ketika aku dibangkitkan hidup kembali."
         
Itu cuplikan kisah Natal dari Al-Quran Surah Maryam ayat 34. Dengan  demikian,  Al-Quran mengabadikan dan merestui ucapan selamat Natal pertama dari dan untuk  Nabi  mulia  itu,  Isa a.s.
Properties

Share / Save / Like

Minggu, 23 Desember 2012

Study Tentang Ontologi Bahasa



A.    Study Tentang Ontologi Bahasa
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa, memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.[1]
Berbeda  dengan pendapat Keraf, Walija  mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain.[2]
Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin,  Beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.[3]
Bahasa merupakan sebuah komunikasi antara seseorang dengan orang lain sehingga membentuk sebuah interaksi melahirkan pemahaman antara keduanya. Bahasa juga dapat diibaratkan sebuah remote control yang dapat menyetel manusia tertawa, sedih, menangis lunglai, semangat dan sebagainya. Bahasa juga dapat digunakan untuk memasukkan gagasan-gagasan ke dalam pikiran manusia. Bias kita bayangkan seandainya kita hidup di bumi ini tanpa menggunakan bahasa, maka yang akan terjadi adalah sikap individualis antar sesama manusia, jangankan antar sesama, dengan makhluk lainpun kita perlu menggunakan bahasa.
Dengan bahasa, kita dapat mengetahui bahwa orang lain tertarik dengan kita atau sebaliknya, dengan bahasa kita bias mengetahui peradaban sebuah negara di dunia, dengan bahasa kita bias menyampaikan informasi kepada orang lain yang membutuhkan. Maka dari itu mempelajari bahasa itu menurut saya sangatlah penting, terutama mempelajari bahasa Indonesia. Setidaknya sebagai warga negara Indonesia,  minimal kita harus bisa berbahasa Indonesia dengan baik.
Mengapa kita harus belajar bahasa Indonesia ? Alasannya ialah, karena betapa pentingnya sebuah bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang dipakai di Indonesia. Kita sebagai warga Negara Indonesia pasti sadar diri, betapa banyaknya ragam bahasa di Indonesia. Lain daerah lain bahasa, orang Sumatera memiliki bahasa sendiri, orang Jawa memiliki bahasa sendiri, orang Kalimantan memiliki bahasa sendiri. Dan ragam bahasa itu menjadi kebanggaaan kita sebagai warga Negara Indonesia.
Ada beberapa alasan, mengapa kita perlu belajar bahasa Indonesia
1.      Bahasa menunjukkan bangsa
Sebuah ungkapan atau sebuah pepatah yang memakai 2 unsur atau kata pokok yaitu bahasa dan bangsa. Dari dua unsur dapat disimpulkan 3 arti yaitu :
a.       tabiat seseorang dapat dilihat dari cara bertutur kata mereka
b.      kesopansantunan seseorang menunjukkan asal keluarganya.
c.       bahasa yang sempurna menunjukkan peradaban yang tinggi dari bangsa pemilik bahasa tersebut.

Properties

Share / Save / Like

Sabtu, 08 Desember 2012

THE MEANINGS OF TEACHERS PROFFESIONS IN ISLAMIC EDUCATIONAL MANAGEMENT



By: Afiful Ikhwan[*]
Abstract
The long journey of Islamic education hitherto recorded three meanings inherent in the teaching profession, which is as managerial (who/which manages Islamic education), as holder of the mandate (especially from parents) and the work that is professional. Teacher serves as a fiduciary that is an educator who serves the people to lead the learners to be able to find their dignity as humans. In this position the teacher is as a successor to the Islamic prophet struggle (waratsat al-Anbiya'). In his position as professionals, teachers in activities are required to fulfill work duties in accordance with the requirements of professional ethics, obey and adhere to the essential values ​​contained in the Qur'an and Hadits. As compensation from the exercise of duties, teachers are entitled to an award of financial and nonfinancial people or the people who need their services.
Keywords: Professions, Teachers, and Appreciation of Islamic Managerial Education.
Introduction
Teachers as part of the scientists took over as successor (heir) carried the message of Islam spread by the prophets. As the successor to the prophet, the holy and the mission teachers have a responsibility to develop the potential of people. For that, it requires special skills and a high sense of devotion to carry out the mandate given to him that is to educate.
In the tradition of Islamic education, the teaching profession is a profession related to faith, science and charity are integral. Acts committed teachers have synergy with the confidence and knowledge possessed and taught. Thus, Islam outlined that the teaching profession is a profession eligible Islam that upholds the values ​​of al-Karimah morality and devotion to God Almighty.
The explanation above illustrates that the teaching profession in Islam has its own typical and very interesting to study and discuss. In keeping with that, this paper tries to look beyond the meaning of the teaching profession and the special properties for teachers related to the exercise of the profession as it has been exemplified in the classical Islamic education and Islamic education were associated with management, resulting in output of Islamic education that could color the history resurrection and human civilization.
Properties

Share / Save / Like

Sejarah Perkembangan Ajaran Trinitas


oleh L. Berkhof
Diterjemahkan oleh:
Drs. H. Thoriq A. Hindun

ASAL USUL DAN SEJARAH KRISTEN

Pendiri agama Kristen adalah seorang Yahudi  bernama  Yesus,
yang  lahir  di Betlehem, Palestina, antara tahun 8 hingga 4
SM. Tradisi biasanya menyebutkan bahwa dia lahir dalam bulan
Desember  tahun  pertama  era Kristen yaitu, tahun 1 M, akan
tetapi telah diketahui sekarang bahwa hal ini  salah.  Dalam
catatan-catatan yang menyangkut Yesus -yakni Injil, empat di
antaranya  terdapat  dalam  perjanjian  baru  yang   ditulis
Matius, Markus, Lukas, dan Yahya- kita diberi tahu bahwa dia
lahir selama berkuasanya Raja Herodes dan pada saat Kerajaan
Romawi   melaksanakan   sensus   penduduk.  Kerajaan  Romawi
melaksanakan  sensus  penduduk  empat  belas  tahun  sekali.
Sensus  pertama  berlangsung  tahun  6  M; ini berarti bahwa
sensus sebelumnya dimulai tahun 8  SM,  selama  pemerintahan
Kaisar  Augustus  dan  tanah  Judea diperintah Kerenius yang
dapat di baca dalam Lukas kitab suci umat kristiani (Injil) 2:1-5.  Disitu  juga  diberi  tahu
tentang  bintang  yang  menuntun orang Majus ke tempat Yesus
berada,  dan  astronom  Keppler,  menghitung  bahwa   timbul
konjungsi antara Saturnus, Jupiter, dan Mars kira-kira tahun
7 SM yang menampakkan kesan sebagai bintang baru yang terang
benderang.  Semua  data ini mendukung kesimpulan bahwa Yesus
lahir antara tahun 8 hingga 4 SM. Kita juga dapat  menentang
pendapat  bahwa  Yesus  lahir  bulan  Desembers karena dalam
Injil Lukas terdapat gembala yang  menggembalakan  ternaknya
pada  malam  hari (2:8). Namun di Palestina pun cuaca dingin
dan turun salju, jadi saat kelahiran itu  pastilah  di  luar
musim dingin karena para gembala tidak akan keluar pada saat
tersebut. Musim yang lebih mungkin adalah  musim  semi  atau
musim rontok.

Properties

Share / Save / Like

Jumat, 07 Desember 2012

KOMPONEN–KOMPONEN KURIKULUM PENDIDIKAN



Oleh: Afiful Ikhwan[*

PENDAHULUAN
Pembicaraan seputar Islam dan pendidikan tetap menarik, terutama terkait dengan upaya membangunsumber daya manusia muslim. Dan sebagaimana dimaklumi bahwa dalam Islam belum terdapat rumusan tentang sistem pendidikan yang baku, melainkan hanya terdapat nilai-nilai moral dan etis yang seharusnya mewarisi sistem pendidikan tersebut. Sebagai contoh, nilai-nilai tersebut terlihat dalam ayat al Qur’an yang pertama kali turun, yaitu ayat 1 s.d. 5 surat al ‘Alaq:

إقرأ باسم ربّك الذى خلق. خلق اللإ نسان من علق. إقرأ وربّك الأكرم. الذى علّم بالقلم. علّم اللإنسان مالم يعلم (العلق: 1-(5

Artinya: “Bacalah dengan (mnyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Pada ayat tersebut paling tidak terdapat 5 komponen pendidikan, yaitu guru (Allah), murid (Muhammad SAW), sarana dan prasarana (qalam), metode (iqra’), dan kurikulum.

Pendidikan jika dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan (Ghofir, 1993: 25), yang mana dinilai dan diyakini sebagai sesuatu yang paling ideal. Bagi Indonesia tujuan yang ideal itu dicapai melalui sebuah proses dan sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 (2003: 7) : Pendidikan nasional…bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan Islam sebagai sub sistem dari sistem pendidikan nasional yang mencita-citakan terwujudnya insan kamil atau orang Islam yang saleh ritual dan saleh sosial, secara implisit akan mencerminkan ciri kualitas manusia Indonesia seutuhnya sebagaimana yang digambarkan di atas (Fadjar, 1998: 30).

Akan tetapi kemudian realita di lapangan menunjukkan bahwa dunia pendidikan saat ini pada umumnya sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup Barat yang antara lain bercorak ateistik, materialistik, dan skeptis. Sehingga kemudian yang terjadi adalah munculnya pola hidup yang bercorak materialistik, hedonistik, individualistik, pola hidup permissive, living together. Landasan filosofis pendidikan yang seperti ini harus segera diperbaiki agar sesuai dengan pandangan hidup Islami dan disesuaikan dengan nilai luhur budaya bangsa Indonesia (Abudin Nata, 2003: 179).

Sehingga sejalan dengan pandangan tersebut, bagaimana Islam sebagai ajaran yang universal dapat memberikan solusi bagi masalah-masalah nasional, terutama masalah pendidikan dengan berperan aktif dalam rangka membawa dan merawat perkembangan umat manusia.

Properties

Share / Save / Like

Senin, 03 Desember 2012

Pengambilan Keputusan Secara Musyawarah dalam Manajemen Pendidikan Islam: (Kajian Tematik Al-Qur’an dan Hadist)


Oleh: Afiful Ikhwan*
Pengambilan Keputusan Secara Musyawarah dalam Manajemen Pendidikan Islam:
(Kajian Tematik Al-Qur’an dan Hadist)

A.   Pendahuluan
Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap pendidikan Islam, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan secara umum, namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau suatu bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontribusinya pendidikan, pendidikanlah yang dapat memberikan kontribusi pada kebudayaan di hari esok.
Dengan demikian, sebagai institusi atau lembaga pendidikan Islam pada prinsipnya memikul amanah “etika masa depan dari sebuah keputusan”. Etika masa depan timbul dan dibentuk oleh kesadaran bahwa setiap anak manusia akan menjalani sisa hidupnya di masa depan bersama-sama dengan makhluk hidup lainnya yang ada di bumi. Hal ini berarti bahwa, di satu pihak, pengambilan keputusan menuntut manusia untuk tidak mengelakkan tanggung jawab atas konsekuensi dari setiap perbuatan yang dilakukannya sekarang ini.
Sementara itu pihak lain, manusia ditutut untuk mampu mengantisipasi, merumuskan nilai-nilai, dan menetapkan prioritas-prioritas pengambilan keputusan dalam suasana yang tidak pasti agar generasi-generasi mendatang tidak menjadi mangsa dari proses yang semakin tidak terkendali di zaman mereka dikemudian hari, dan kesemuanya itu ditentukan oleh keputusan-keputusan yang di ambil, dalam hal ini kaitannya dengan Mnajamen Pendidikan Islam.
Dalam sepanjang hidupnya manusia selalu   dihadapkan   pada   pilihan-pilihan  atau   alternatif   dan   pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan teori real life choice (pilihan kehidupan yang nyata) yang menyatakan  dalam  kehidupan  sehari-hari  manusia  melakukan  atau membuat pilihan-pilihan  di  antara  sejumlah  alternatif.  Pilihan-pilihan tersebut biasanya berkaitan dengan alternatif dalam penyelesaian masalah  yakni upaya untuk menutup  terjadinya kesenjangan  antara  keadaan  saat  ini  dan  keadaan  yang diinginkan.
Situasi pengambilan keputusan yang dihadapi seseorang akan mempengaruhi keberhasilan suatu   keputusan yang akan dilakukan.  Setelah seseorang berada dalam situasi pengambilan keputusan maka selanjutnya dia akan melakukan tindakan untuk mempertimbangkan, menganalisa, melakukan prediksi, dan menjatuhkan pilihan terhadap alternatif yang ada, sebagaimana dalam pembahasan makalah ini adalah Pengambilan Keputusan Secara Musyawarah dalam Manajemen Pendidikan Islam.
Dalam makalah ini, sistematika pemahamannya penulis kategorikan menjadi berbagai macam pembahasan, begitu juga kaitannya pada khazanah-khazanah keilmuan yang telah penulis tentukan sebelum disusun menjadi sebuah makalah. Penjelasannya tidak tergabung langsung di bawah setelah ayat Al-Qur’an ataupun Haditsnya, akan tetapi tetap tidak keluar dari pemahaman penulis terhadap ayat Al-Qur’an dan Hadits kaitannya dengan tema pada makalah ini.

Properties

Share / Save / Like