Afiful Ikhwan[*]
A.
Pengertian Perencanaan
Pendidikan
1.
Definisi Perencanaan
a)
Perencanaaan menurut
Bintoro Tjokroaminoto ialah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara
sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
b)
Perencanaaan menurut
Prajudi Atmosudirdjo ialah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan
dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang melakukannya,
bilamana, dimana, dan bagaimana cara melakukannya.
c)
Perencanaaan menurut
Siagian ialah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang
menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan di masa datang dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.[†]
Jadi Perencanaan itu menurut penulis ialah mecakup suatu pemikiran yang
sadar, tujuan-tujuan yang hendak dicapai, penggunaan sumber daya, dan tindakan
yang akan dilaksanakan.
2.
Definisi Pendidikan
a)
Pendidikan berasal dari
kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me”
sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan.
Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan
pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.[‡]
b)
Menurut bahasa Yunani: pendidikan
berasal dari kata “Pedagogi” yaitu kata “paid” artinya “anak”
sedangkan “agogos” yang artinya membimbing, sehingga “ pedagogi”
dapat di artikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak”.[§]
c)
Menurut UU No.20 tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[**]
d)
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. (Wikipedia)
Jadi Pendidikan itu menurut penulis adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
3.
Defenisi Perencanaan Pendidikan
a)
Yusuf Enoch: Perencanaan
Pendidikan, merupakan suatu proses yang yang mempersiapkan seperangkat
alternative keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan kepadanpencapaian
tujuan dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang
ada di bidang ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh suatu Negara.
b)
Beeby, C.E.: Perencanaan
Pendidikan merupakan suatu usaha melihat ke masa depan ke masa depan dalam hal
menentukan kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang mempertimbangkan
kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, social, dan politik untuk
mengembangkan potensi system pendidikan nasioanal memenuhi kebutuhan bangsa dan
anak didik yang dilayani oleh system tersebut.
c)
Guruge (1972): Perencanaan
Pendidikan merupakan proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang
pembangunan pendidikan.
d)
Albert Waterson (Don Adam 1975):
Perencanaan Pendidikan adala investasi pendidikan yang dapat dijalankan oleh
kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang di dasarkan atas pertimbangan ekonomi
dan biaya serta keuntungan sosial.
e)
Coombs (1982): Perencanaan pendidikan
suatu penerapan yang rasional dianalisis sistematis proses perkembangan
pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien dan
efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan
masyarakat.
f)
Y. Dror (1975): Perencanaan
Pendidikan merupakan suatu proses mempersiapkan seperangkat keputusan untuk
kegiatan-kegiatan di masa depan yang di arahkan untuk mencapai tujuan-tujuan
dengan cara-cara optimal untuk pembangunan ekonomi dan social secara menyeluruh
dari suatu Negara.
Dengan demikian definisi perencanaan pendidikan apabila disimpulkan dari
beberapa pendapat tersebut menurut penulis adalah suatu proses intelektual yang
berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan
dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal
yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam
bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan,
dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu
satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.
B.
Filsafat, Tujuan dan Manfaat
Perencanaan Pendidikan
1.
Filsafat Perencanaan
Sekurang-kurangnya ada empat filsafat perencanan, yaitu filsafat sintesis
(synthesis), rasionalisme (rationalism), pengembangan organisasi
(organizational devlopment), dan empirisme (empiricism).
a)
Sintesis
Manheim
(1994) memandang perencanaan sebagai suatu cara berfikir dan Dahl & Liblon
(1953) memandang perencanaan sebagai suatu proses pengambilan keputusan.
Etzioni (1969) memandang perencanaan sebagai suatu proses bimbingan sosial
dimana kontrol sosial dan konsensus harus diarahkan untuk mengoptimalkan
keseimbangan antara pengawasan yang ketat dengan konsensus yang lemah.
b)
Rasionalisime
Menurut
paham rasionalism, perencanaan dipandang sebagai suatu bentuk pengambilan
keputusan, suatu proses yang mengikuti langkah-langkah prosedural dalam
pengambilan keputusan.
c)
Pengembangan Organisasi
Benis
(1969) berpendapat bahwa perencanaan menurut pandangan pengembangan organisasi
adalah sebagai salah satu metode perencanaan, yaitu proses pembelajaran
mengenai kesadaran dan perilaku anggota organisasi.
d)
Empirisme
Penganut
empirism membagi teori perencanaan atas: 1) aliran yang memusatkan perhatiannya
pada aspek politik dan realitas fungsi ekonomi pada skala nasional, dan 2)
aliran yang memfokuskan perhatiannya pada berbagai studi politik pembangunan
kota.[††]
2.
Tujuan Perencanaan
a)
Standar pengawasan,
yaitu mencocokan pelaksanaan dengan perencanaanya;
b)
Mengetahui kapan
pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan;
c)
Mengetahui siapa saja
yang terlibat (struktur organisasinya), baik kualifikasinya maupun
kuantitasnya;
d)
Mendapatkan kegiatan
yang sistematis, termasuk biaya dan kualtias pekerjaan;
e)
Meminimalkan
kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga, dan waktu;
f)
Memberikan gambaran yang
menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan;
g)
Menyerasikan dan
memadukan beberapa sub kegiatan;
h)
Mendeteksi hambatan
kesulitan yang bakal ditemui, dan
i)
Mengarahkan pada pencapaian
tujuan.[‡‡]
3.
Manfaat Perencanaan
Manfaat
Perencanaan menurut Husaini Usman:
a)
Standar pelaksanaan dan
pengawasan;
b)
Pemilihan berbagai
alternatif terbaik;
c)
Penyusunan skala
prioritas, baik sasaran maupun kegiatan;
d)
Menghemat pemanfaatan
sumber daya organisasi;
e)
Membantu manajer
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan;
f)
Alat memudahkan dalam
berkoordinasi dengan pihak terkait, dan
g)
Alat meminimalkan
perkerjaan yang tidak pasti.[§§]
Manfaat
Perencanaan menurut Akdon:
a) Untuk
membedakan arah dari setiap kegiatan dengan jelas sehingga hasil yang diperoleh
bisa se-efektif dan se-efisien mungkin.
b) Untuk
mengevaluasi setiap tujuan-tujuan yang sudah dilakukan sehingga
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sehingga bisa dihindari lebih awal.
c) Memudahkan
pelaksanaan kegiatan untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan yang mungkin
muncul sehingga sehingga lebih waspada dan dan dapat diselesaikan dengan cepat.
d) Menghindari
pertumbuhan dan perkembangan yang tak terkendali.[***]
Perencanaan membutuhkan pemikiran
yang mendalam dengan begitu membantu proses perencanaan yang akan dibuat.
Pemikiran tersebut dilandasi dengan keikhlasan dan keinginan untuk merencanakan
suatu perencanaan secara bersama.
C.
Komponen, Model dan Ciri
Perencanaan Pendidikan
1.
Komponen perencanaan pendidikan
Secara
konsepsional, bahwa perencanaan pendidikan itu sangat ditentukan oleh cara,
sifat, dan proses pengambilan keputusan, sehingga nampaknya dalam hal ini
terdapat banyak komponen yang ikut memproses di dalamnya. Adapun
komponen-komponen yang ikut serta dalam proses ini adalah :
a)
Tujuan pembangunan nasional bangsa
yang akan mengambil keputusan dalam rangka kebijaksanaan nasional dalam bidang
pendidikan.
b)
Masalah strategi adalah termasuk
penanganan kebijakan (policy) secara operasional yang akan mewarnai proses
pelaksanaan dari perencanaan pendidikan.
Dalam penentuan kebijakan sampai kepada palaksanaan
perencanaan pendidikan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : siapa
yang memegang kekuasaan, siapa yang menentukan keputusan, dan faktor-faktor apa
saja yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan. Terutama dalam hal
pemegang kekuasaan sebagai sumber lahirnya keputusan, perlu memperoleh
perhatian, misalnya mengenai sistem kenegaraan yang merupakan bentuk dan sistem
manajemennya, bagaimana dan siapa atau kepada siapa dibebankan tugas-tugas yang
terkandung dalam kebijakan itu. Juga masalah bobot untuk jaminan dapat
terlaksananya perencanaan pendidikan. Hal ini dapat diketahui melalui output
atau hasil sistem dari pelaksanaan perencanaan pendidikan itu sendiri, yaitu
dokumen rencana pendidikan.
Dari beberapa rumusan tentang perencanaan pendidikan
tadi dapat dimaklumi bahwa masalah yang menonjol adalah suatu proses untuk
menyiapkan suatu konsep keputusan yang akan dilaksanakan di masa depan. Dengan
demikian, perencanaan pendidikan dalam pelaksanaan tidak dapat diukur dan
dinilai secara cepat, tapi memerlukan waktu yang cukup lama, khususnya dalam
kegiatan atau bidang pendidikan yang bersifat kualitatif, apalagi dari sudut
kepentingan nasional. [†††]
2. Model perencanaan pendidikan
a) Model Perencanaan Komperehensif
Model ini terutama
digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam system pendidikan secara
keseluruhan. Di samping itu berfungsi sebagai suatu patokan dalam menjabarkan
rencana-rencana yang lebih spesifik kearah tujuan-tujuan yang lebih luas.
b) Model Target Setting
Model ini diperlukan
dalam upaya melaksanakan proyeksi ataupun memperkirakan tingkat perkembangan
dalam kurun waktu tertentu. Dalam
persiapannya dikenal:
1)
Model untuk menganalisis demografis dan proyeksi
penduduk.
2)
Model untuk memproyeksikan enrolmen (jumlah
siswa terdaftar) di sekolah
3)
Model untuk memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja.
c)
Model Costing (pembiayaan) dan keefektifan
biaya
Model ini sering digunakan untuk
menganalisis proyek-proyek dalam kriteria efisien dan efektifitas ekonomis.
Dengan model ini dapat diketahui proyek yang paling fleksibel dan memberikan
suatu perbandingan yang paling baik di antara proyek-proyek yang menjadi
alternative penanggulangan masalah yang dihadapi.
Penggunaan model ini dalam pendidikan
didasarkan pada pertimbangan bahwa pendidikan itu tidak terlepas pada
pertimbangan masalah pembiayaan dan dengan sejumlah biaya yang dikeluarkan
selama proses pendidikan diharapkan dalam kurun waktu tertentu dapat memberikan
benefit tertentu pula.
d)
Model PPBS
PPBS (planning,
programming, budgeting system) bermakna bahwa perencanaan, penyusunan
program dan penganggaran dipandang sebagai suatu system yang tak terpisahkan
satu sama lainnya. PPBS merupakan suatu proses yang komprehensif untuk
pengambilan keputusan yang lebih efektif. Beberapa ahli memberikan pengertian,
antara lain:
1)
Kast Rosenzweig (1979) mengemukakan bahwa PPBS
merupakan suatu pendekatan yang sistematik yang berusaha untuk menetapkan
tujuan, mengembangkan program-program untuk dicapai, menemukan besarnya biaya
alternative dan menggunakan proses penganggaran yang merefleksikan kegiatan
program jangka panjang.
2)
Harry J. Hartley (1968) mengemukakan bahwa PPBS
merupakan proses perencanaan yang komprehensif yang meliputi program budget
sebagai komponen utamanya.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut di
atas dapat di simpulkan bahwa PPBS merupakan pendekatan yang sistematik. Oleh
karena itu, untuk menerapkan PPBS diperlukan pemahaman tentang konsep serta
teori system dan PPBS
merupakan suatu proses perencanaan komprehensif. Untuk memahami PPBS secara baik, maka perlu kita perhatikan
sifat-sifat esensial dari system ini. Esensi dari PPBS adalah sebagai berikut:
1)
Memperinci secara cermat dan menganalisis secara
sistematik terhadap tujuan yang hendak dicapai.
2)
Mencari alternatif-alternatif yang relevan, cara
yang berbeda untuk mencapai tujuan.
3)
Menggambarkan biaya total dari setiap alternatif,
baik langsung ataupun tidak langsung, biaya yang telah lewat ataupun biaya yang
akan datang, baik biaya yang berupa uang maupun biaya yang tidak berupa uanag.
4)
Memberikan gambaran tentang efektifitas setiap
alternatif dan bagaimana alternatif itu mencapai tujuan.
5)
Membandingkan dan menganalisis alternatif
tersebut, yaitu mencari kombinasi yang memberikan efektivitas yang paling besar
dari sumber yang ada dalam pencapaian tujuan.[‡‡‡]
3.
Ciri-ciri perencanaan pendidikan
a) Berkesinambungan
dalam menganalisis, merumuskan dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan
yang diambil harus mempunyai konsistensi internal dan berhubungan secara
sistematis dengan keputusan-keputusan lain.
b) Selalu
memperhatikan masalah, kebutuhan, situasi, dan tujuan, keadaan perekonomian,
keperluan penyediaan dan pengembangan tenaga kerja bagi pembangunan nasional
serta memperhatikan faktor sosial politik merupakan bagian integral dari
perencanaan pembangunan yang menyeluruh.
c) Menyusun
kebijaksanaan dan menggariskan strategi pendidikan yang sesuai dengan kebijakan
pemerintah yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan pada masa yang akan
datang.
d) Sebagai
perintis atau pelopor dalam kegiatan pembangunan, memperhatikan masa depan dan
bersifat inovatif, kuantitatif dan kualitatif.
Berdasarkan
ciri-ciri tersebut dapat dipahami dalam kontek pelaksanaannya tidak dapat
diukur dan dinilai secara instant dan cepat, tetapi membutuhkan waktu yang
lama, terutama yang bersifat kualitatif. Membutuhkan waktu yang
dikarenakan pendidikan adalah sebuah pranata sosial yang hasilnya membutuhkan
waktu yang lama.
D.
Penjelasan, Syarat, dan
Kegiatan Perencanaan Pendidikan
Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siapa yang akan mengerjakannya. Beishline (1957) mengungkapkan bahwa;
Perencanaan menentukan apa
yang harus dicapai (menentukan waktu secara kualitatif), dan bila hal itu harus
dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa
yang bertanggungjawab, mengapa hal itu harus dicapai.
Dari pendapat tersebut jelas diketahui bahwa pada dasarnya membuat
perencanaan itu menyangkut 5 W+I H (What, Who, Why, When, Where dan How) yang
secara singkatnya akan dijelaskan sebagai berikut;
1)
What : Apa yang harus dikerjakan
2) Why : Mengapa pekerjaan itu harus dilakukan
3) Who : Siapa yang akan mengerjakan
4) When : Kapan pekerjaan tersebut dikerjakan
5) Where : Dimana pekerjaan itu dilakukan
Maka demikian dalam membuat sebuah perencanaan yang baik, seorang
pemimpin harus benar-benar tanggap terhadap kondisi lingkungan sekitarnya dan
bisa memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang mungkin muncul di masa yang akan
datang.
1.
Penjelasan Perencanaan
Pendidikan
Untuk membuat perencanaan yang baik seorang pemimpin
harus mampu memprediksi jauh kedepan, kemungkinan-kemungkinan yang mungkin
terjadi, baik itu kesalahan maupun kegagalan sehingga hasil yang dicapai akan
sesuai dengan harapan. Untuk membuat perencanaan yang baik harus memuat
beberapa penjelasan sebagai berikut;
a)
Penjelasan dan perincian kegiatan
yang dibutuhkan, sumber daya apa yang harus diperlukan dalam melaksanakan
kegiatan tersebut agar apa yang menjadi tujuan bisa dihasilkan.
b)
Penjelasan mengapa rencana itu
harus dilakukan atau dikerjakan dan mengapa tujuan tertentu harus dicapai.
c)
Penjelasan tentang lokasi secara
fisik dimana dimana rencana tindakan harus dilakukan sehingga tersedia
fasilitas sumber daya yang dibutuhkan.
d)
Penjelasan tentang kapan
dimulainya tindakan dan kapan selesainya tindakan itu di setiap unit
organisasinya dengan menggunakan standar waktu yang telah ditetapkan dalam
unitnya.
e)
Penjelasan tentang para petugas
yang akan mengerjakan pekerjaannya baik mengenai kualitas dan kuantitas yang
dikaitkan dengan standar mutu.
f)
Penjelasan secara rinci tentang
teknik-teknik mengerjakan tindakan yang telah ditetapkan, sehingga tindakan
yang dimaksud akan dapat dijalankan dengan benar.[‡‡‡‡]
2.
Syarat Perencanaan Pendidikan
Menurut Asnawir untuk membuat rencana yang baik,
sehingga hasilnya sesuai dengan harapan maka perlu melalui beberapa macam
syarat perencanaan sebagai berikut;
a) Perencanaan dalam
lembaga pendidikan Islam hendaknya memperhatikan dan didasarkan kepada tujuan
yang jelas.
b) Dalam perencanaan
hendaknya mengutamakan aspek kesederhanaan, realistis dan praktis.
c) Terinci dan memuat
segala uraian, klasifikasi kegiatan dan rangkaian kegiatan sehingga memudahkan
pelaksanaan serta mendominanya.
d) Memperhatikan
fleksibilitas sehingga mudah beradaptasi dengan keadaan, kebutuhan dan kondisi
dan situasi.
e) Menghindari duplikasi
dalam pelaksanaannya.[§§§§]
Menurut Makmun sebagai berikut;
a)
Perencanaan pendidikan hendaknya
mengutamakan nilai- nilai manusiawi, karena pada dasarnya pendidikan membangun
manusia.
b)
Perencanaan pendidikan hendaknya
memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik
seoptimal mungkin.
c)
Perencanaan pendidikan hendaknya
memberikan kesempatan kepada peserta didik.
d)
Perencanaan pendidikan hendaknya
menyeluruh dan sistematis terpadu serta tersusun logis dan rasional.
e)
Perencanaan pendidikan hendaknya
bereorientasi kepada pembangunan sumber daya manusia.
f)
Perencanaan pendidikan hendaknya
dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitan dengan berbagai komponen
pendidikan secara sistematis.
g)
Perencanaan pendidikan hendaknya
menggunakan sumber daya secermat mungkin karena sumber daya yang tersedia langka.
h)
Perencanaan pendidikan hendaknya
ber-orientasi kepada masa datang, karena pendidikan adalah proses jangka
panjang yang kesemua itu untuk menghadapi masa depan.
i)
Perencanaan lembaga pendidikan
hendaknya responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di tengah masyarakat.
j)
Perencanaan lembaga pendidikan
hendaknya sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan hingga pembaharuan
terus menerus.[*****]
Dari
uraian tersebut tergambar bahwa perencanaan dilakukan terlebih dahulu sebelum
pelaksanaan, di sisi lain, perencanaan di susun berdasarkan prioritas, efektif
dan efesien.
3.
Kegiatan Perencanaan Pendidikan
a) Me-review arah
strategis kebijakan pendidikan dan agenda pebaikan pendidikan pada umumnya.
b) Menelaah dan
menyempurnakan kembali statement tentang visi, misi, tujuan, dan sasaran
sekolah.
c) Mengidentifikasi
kebutuhan dan peluang peningkatan.
d) Perumusan
strategi dan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran.
e) Melakukan
kegiatan monitor dan evaluasi untuk mengukur perkembangan secara periodik dari
implementasi program.
f) Melakukan
analisis data, mengumumkan, dan menyampaikan laporan kemajuan itu kepada masyarakat
dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.[†††††]
E.
Jenis –Jenis Perencanaan Pendidikan
Menurut Asnawir ada
tujuh jenis-jenis perencanaan, yang kesemua itu dilihat dari sudut pandang
berbeda, di antara jenis-jenis perencanaan tersebut adalah;
a) Dilihat dari
segi waktu, dapat dibagi menjadi tiga yaitu pertama perencanaan jangka panjang,
adalah rentang waktu sepuluh sampai tiga puluh tahun. Perencanaan jangka
panjang ini bersifat umum, dan belum terperinci. Kedua, perencanaan jangka
menengah, biasanya mempunyai jangka waktu antara lima sampai sepuluh tahun.
Ketiga, perencanaan jangka pendek, yaitu perencanaan yang mempunyai jangka
waktu antara satu tahun sampai lima tahun. Dilihat dari segi sifatnya
perencanaan dibagi menjadi dua yaitu pertama, perencanaan kuantitatif, adalah
semua target dan sasaran dinyatakan dengan angka-angka. Kedua, perencanaan
kualitatif adalah perencanaaan yang ingin dicapai dinyatakan secara kualitas.
b) Perencanaan
dari segi luas wilayah, perencanaan pendidikan dipandang dari segi luas wilayah
dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1) perencanaan
local, yaitu perencanaan yang disusun dan ditetapkan oleh lembaga-lembaga yang
ada di daerah-daerah dengan sifat yang terbatas.
2) perencanaan
regional, adalah perencanaan yang ditetapkan di tingkat propinsi.
3) perencanaan
nasional, adalah perencanaan di suatau Negara dan dijadikan dasar untuk perencanaan
local dan regional.
4) perencanaan
internasional yaitu perencanaan oleh beberapa Negara yang melewati batas-batas
suatu negara yang dilaksanakan melalui Negara-negara tersebut.
Perencanaan
dari segi luas jangkauan terbagi menjadi dua yaitu pertama, perencanaan
makro yaitu perencanaan yang bersifat universal, menyeluruh dan meluas. Kedua,
perencanaan mikro adalah perencanaan yang ditetapkan dan di susun berdasarkan
kondisi dan situasi tertentu. Dari segi prioritas pembuat perencanaan dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) perencanaan
sentralisasi, yaitu perencanaan yang ditentukan oleh pemerintah pusat pada
suatu Negara.
2) perencanaan
desentralisasi, yaitu perencanaan yang di susun oleh masing-masing wilayah.
3) perencanaan
dekonsentrasi, yaitu perencanaan gabungan antara sentralisasi dengan
desentralisasi.
4) Dari segi obyek
perencanaan dibagi menjadi dua: pertama, perencanaan rutin, yaitu
perencanaan yang di susun untuk jangka waktu tertentu yang dilakukan setiap
tahun. Kedua, perencanaan eksendental, yaitu perencanaan yang di susun
sesuai dengan kebutuhan yang mendesak pada saat tertentu.
Dari
segi proses, perencanaan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, pertama,
perencanaan filosofikal, yaitu perencanaan yang bersifat umum, hanya berupa
konsep-konsep dari nilai yang bersifat ideal dan masih memerlukan
penafsiran-penafsiran dalam bentuk program. Kedua, perencanaan programmial
adalah perencanaan berupa penjabaran dari perencanaan filosofikal. Ketiga,
perencanaan operasional yaitu perencanaan yang jelas dan dapat dilakukan.
F.
Metode Perencanaan Pendidikan
Perencanaan strategi
adalah usaha sistematis formal dari suatu perusahaan untuk memperjelas sasaran
utama, kebijakan-kebijakan dan strategi. Menurut Asnawir perencanaan startegik
adalah proses pemikiran tujuan perusahaan atau organisasi, penentuan kebijakan,
dan program yang perlu untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan
tersebut perlu di susun perencanaan, di antara metode perencanaan strategic
adalah sebagai berikut:
a) pendekatan dari
atas ke bawah, biasanya dibuat oleh perusahaan yang bersifat sentralisasi.
b) pendekatan dari
bawah, yaitu metode rancangan perencanaan dari bawah ke atas.
c) pendekatan interkatif
adalah pendekatan manajer dari pusat bersama direksi-direksi berdialog secara
terus menerus selama penyusunan rencana, termasuk juga berdialog dengan para
staf pusat dan divisi-divisi.
d) pendekatan
perencanaan secara tim adalah pendekatan yang lebih banyak dilakukan pada
perusahaan kecil dan bersifat sentralisasi.
e) pendekatan tingkat
ganda adalah pendekatan strategi dirumuskan secara independen pada tingkat
korporasi dan pada tingkat unit bisnis.
f) pendekatan perkembangan yang menguntungkan (Profitable Growth
Approach). Proses perencanaan dapat
lakukan dengan menganalisa sarana dan prasarana yang dimiliki, kemudian
menghubungkannya dengan kebutuhan masyarakat sehingga akan diketahui
kemungkinan-kemungkinan yang mungkin muncul, mencari solusi yang terbaik dan
perkembangan yang menguntungkan bagi lembaga pasti akan diperoleh.
g)
pendekatan SWOT (Strength,
Weaknesses, Opportunity, Treath) untuk menentukan posisi sekolah.
Perencanaan
memang sangat penting untuk dilakukan. Untuk membuat suatu rencana yang
baik maka kita perlu memperhatikan dan menganalisa beberapa factor baik ekstern
maupun intern. Faktor-faktor tersebut harus menyangkut kelebihan (Strength)
yang dimiliki, kelemahannya (Weaknesses), kemungkinan yang mungkin terjadi
(Opportunity), dan hambatan yang mungkin dihadapi (Treath).
Setelah keempat faktor tersebut diketahui, maka kita
dapat menyusun rencana yang strategis yang kemudian diterjemahkan dalam
rencana-rencana operasional dengan mencantumkan target-target yang harus
dicapai dari rencana operasional tersebut[‡‡‡‡‡].
Di mana secara jelas dapat digambarkan dalam bagan berikut;
Gambar 1.2 Proses Perencanaan
Di samping itu perlu diuraikan
tahap-tahap strategi seperti arah pengembangan, strategi pengembangan,
tahap-tahap pengembangan, selanjutnya bahan-bahan seperti informasi, data yang
berkaitan dengan perencanaan yang masih perlu diuraikan lebih lanjut.
G.
Prinsip dan Tahapan Perencanaan Pendidikan
1.
Prinsip perencanaan
pendidikan
Perencanaan
pendidikan sangat komplek dan rumit, untuk itu perlu mengetahui prinsip-prinsip
penyusunan rancangannya dan dalam proses implementasinya. Di antara prinsip-prinsip
tersebut adalah:
a) Interdisipliner,
terutama yang terkait dengan pembangunan manusia.
b) Bersifat
fleksibel, dalam arti tidak kaku tetapi bersifat dinamis serta responsive
terhadap tuntutan masyarakat terhadap pendidikan.
c) Obyektif rasional, dalam arti untuk kepentingan umum.
d) Dinilai dari apa yang sudah dimiliki.
e) Wahana untuk
menghimpun kekuatan-kekuatan secara terkoordinir.
f) Disusun sesuai dengan data, perencanaan
tanpa data tidak memiliki kekuatan yang dapat diandalkan.
g) Mengendalikan kekuatan sendiri, tidak
bersandarkan kepada kekuatan orang lain.
h) Bersifat komprehensif dan ilmiah, dalam
arti mencakup aspek esensial pendidikan dan disusun secara sistematik dengan
menggunakan prinsip dan konsep keilmuan.[§§§§§]
Prinsip
prinsip tersebut berguna dalam proses perancangan perencanaan dalam manajemen
pendidikan.
2.
Tahapan perencanaan pendidikan
Untuk lebih
menyederhanakan tahapan perencanaan akan dijelaskan sebagai berikut:
a)
need assessment, yaitu
kajian terhadap kebutuhan yang mencakup berbagai aspek pembanguan pendidikan
lembaga Islam yang telah dilaksanakan, keberhasilan, kesulitan, kekuatan,
kelemahan, sumber-sumber yang tersedia, sumber-sumber yang perlu disediakan,
aspirasi masyarakat yang berkembang terhadap pendidikan, harapan, cita-cita
yang merupakan dambaan masyarakat. Kajian ini menjadi penting karena membandingkan antara yang telah terjadi
dengan yang akan terjadi.
b)
Formula of Goals and obyective, artinya perumusan dan sasaran perencanaan merupakan arah perencanaan serta
merupakan penjabaran operasional dari aspirasi filosofis masyarakat.
c)
Priolicy and priority setting
adalah penentuan kebijakan dan prioritas dalam perencanaan pendidikan sebagai
muara need assessment.
d)
Program and project formulation
adalah rumusan program dan proyek kegiatan yang merupakan komponen operasional
perencanaan pendidikan.
e)
Feasiblitay testing adalah
dengan alokasi sumber-sumber yang tersedia seperti sumber dana. Biaya suatu
rencana yang disusun secara logis dan akurat serta cermat merupakan petunjuk
tingkat kelayakan rencana.
f)
plan implementation adalah
pelaksanaan rencana untuk mewujudkan rencana yang tertulis kedalam perbuatan
penjabaran rencana menuju perbuatan ilmiah yang menetukan apakah suatu rencana
baik dan efektif.
g)
evaluation and revision for
future plan adalah kegiatan untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan
rencana yang merupakan umpan balik untuk me-revisi dan mengadakan penyesuaian
rencana untuk periode rencana berikutnya.[******]
Dengan
demikian ketujuh hal tersebut hendaknya menjadi perhatian para penyusun perencanaan
agar tercapai tujuan bersama. Hal lain yang perlu juga mendapat perhatian dalam
menyusun perencanaan adalah jelasnya tujuan yang ingin dicapai, jelasnya
potensi yang ada dan yang diharapakan, perlu keseimbangan, kesinambungan,
koordinasi, keutuhan, data yang tepat dan menyeluruh serta adanya
fleksibilitas.
H. Pentingnya Perencanaan Pendidikan
Perencanaan mempunyai posisi yang penting dalam sebuah organisasi,
lembaga dan kumpulan pendidikan lainya, tanpa adanya perencanaan maka jalannya
organisasi tidak jelas arah dan tujuannya. Oleh Karena itu perencanaan penting
karena pertama, dengan adanya perencanaan diharapan tumbuhnya suatu
pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
ditujukan kepada pencapaian tujuan. Kedua, dengan perencanaan, maka
dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang
akan dilalui. Ketiga, perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih
berbagai alternative tentang cara terbaik atau kesempatan untuk memilih
kombinasi cara yang terbaik. Keempat, dengan perencanaan dapat dilakukan
skala prioritas. Kelima, dengan adanya rencana, maka akan ada
suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan.[††††††]
Dengan demikian perencanaan mempunyai peranan penting dalam organisasi
publik maupun dalam organisasi yang bersifat pribadi. Dengan adanya perencanaan
akan dimungkinkan untuk memprediksi kerja dimasa yang akan datang, bahkan akan
mampu memprediksi kemungkinan hasil yang akan dicapai.
Dari kutipan tersebut tergambar dengan jelas bahwa perencanaan dalam
manajemen pendidikan sangat rumit. Dengan demikian perencanaan tidak dapat
dilakukan tanpa adanya pemikiran yang matang, komprehensif dan rasional. Untuk
itu perhatian terhadap langkah-langkah perencanaan dan segala yang berkaitan
dengan perencanaan penting bagi manajemen dan bagi para manajer.
Paling tidak dalam penyusunan perencanaan hendaknya memenuhi hal
tersebut, jika hal tersebut tidak dilalui maka ada kemungkinan rencana yang
telah dibuat akan sulit untuk di realisasikan. Dengan demikian untuk
menghindarkan dari kegagalan dalam menyusun perencanaan, langkah terbaik adalah
menggunakan langkah-langkah yang telah teruji kebenarannya dalam menyusun
perencanaan.
I. Kesimpulan
1.
Perencanaan pendidikan
adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis,
merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus
mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis
dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun
dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk
satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan
didahului oleh kegiatan lain.
2.
Filsafat perencanaan:
sintesis; keseimbangan pengawasan yang ketat dengan consensus yang lemah.
Rasionalisme; langkah procedural dalam mengambil keputusan. Pengembangan
orgaisasi; penyadaran anggota organisasi. Empirisme; aspek politik. Tujuan
perencanaan: pengawasan procedural, pengecekan waktu, mengetahui yang
terlibat, sistematis, meminimalkan biaya-tenaga-waktu, menyeluruh, integrasi,
pendeteksian, dan mengarahkan. Manfaat perencanaan: alternative,
prioritas, penghematan, penyesuaian diri, kemudahan berkoordinasi, evaluasi,
dan me-menej resiko.
3.
Komponen perencanaan:
tujuan pembangunan nasional dan penanganan kebijakan. Model perencanaan: komprehensif;
menjabarkan rencana lebih spesifik, target setting; memperkirakan tingkat
perkembangan, costing; ekonomis, PPBS (planning-programmaing-budgetting system)
; efektif. Ciri-ciri perencanaan: berkesinambungan, memperhatikan factor
social politik, sesuai dengan kebijakan pemerintah, pelopor, dan menganalisa
factor ekologi.
4.
Membuat perencanaan itu menyangkut
5 W+I H (What, Who, Why, When, Where dan How). Penjelasan perencanaan:
sumber daya, mengapa harus dilakukan, fasilitas sarpras, standar mutu,
teknik-tekniknya. Syarat perencanaan; tujuan jelas, utamakan aspek
kesederhanaan, terinci, fleksibel, menghindari duplikasi pelaksanaan, utamakan
nilai manusiawi, kembangkan potensi peserta didik, sistematis, berorientasi
pada sumber daya, jangka panjang, responsive, dan berinovasi. Kegiatan
perencanaan: me-review kebijakan, menelaah visi, misi, tujuan dan sasaran,
mengidentifikasi, merumuskan, mengevaluasi, dan menganalisis.
5.
Jenis-jenis perencanaan: dari
segi waktu; perencanaan jangka panjang (10-30th), jangka menengah
(5-10th), jangka pendek (1-5th). Dari segi sifat;
kuantitatif & kualitatif. Dari segi luas wilayah; local, regional,
nasional, dan international. Dari segi prioritas; perencanaan sentralisasi,
desentralisasi, dan dekonsentrasi. Dari segi proses; perencanaan
filosofikal=umum, programmial=penjabaran dari filosofikal, operasional=jelas.
6.
Metode perencanaan: dari
atas ke bawah, dari bawah ke atas, interaktif, tim work, ganda, profitable
growth approach, dan SWOT.
7.
Prinsip perencanaan: interdisipliner,
fleksibel, rasional, terkoordinir, kongkrit, berdiri sendiri, komprehensif. Tahapan
perencanaan: need assessment, formula of goals and obyective,
priolicy and priority, program and project formulation, feasibility testing,
plan implementation, evaluation and revision for future plan.
8.
Pentingnya perencanaan: tumbuhnya
pengarahan kegiatan, adanya pedoman, adanya perkiraan, adanya alternative,
skala prioritas, sebagai alat standar.
DAFTAR RUJUKAN
Abin, Makmun. Dkk. 2007. Perencanaan
Pendidikan. Bandung; Rosda Karya.
Akdon. 2009. Strategic Management For Educational
Management. Bandung; Alfabeta.
Asnawir. 2006. Manajemen
Pendidikan. Padang; IAIN IB Press.
Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah
dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta; PT.Bumi Aksara.
Dikti, Undang-Undang RI
No.20 Th. 2003 tentang Sisdikna, dalam http://www.dikti.org/UUno20th2003-Sisdiknas.html.
Fattah, Nanang. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung;
PT. Remaja
Rosdakarya. Cetakan kelima.
Hamzah, Uno, B. 2006. Perencanaan
Pembelajara.
Jakarta; Bumi Aksara.
Harjanto. 2005. Perencanaan
Pengajaran. Jakarta; Rineka Cipta.
Ikhwan, Afiful. 2012. Perencanaan Pendidikan, dalam
http://afifulikhwan.blogspot.com/2011/12/perencanaan-pendidikan-dalam-manajemen.html, diakses pada Senin, 15 April 2013.
Minarti, Sri. 2011.
Manajemen Sekolah, Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri.
Jogjakarta: Ar-Ruz Media.
Mulyono. 2010. Manajemen
Admnistrasi & Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Nata, Abuddin.
2003. Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: Prenada Media.
Syamrilaode. Defenisi Perencanaa Pendidikan Menurut Para
Ahli. dalam http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2063294-definisi-perencanaan-pendidikan-menurut-para/ diakses pada 11
Des 2011
Tim Penyusun. 1991. Kamus Bahasa Indonesia.
T.p.
Usman, Husaini. 2010. Manajemen – Teori, Praktek
dan Riset Pendidikan Edisi 3. Jakarta; PT. Bumi Aksara.
[*] Dosen STAIM Tulungagung Jatim &
Mahasiswa Program S3 MPI UIN Malang
[†]Husaini
Usman, Manajemen – Teori, Praktek dan Riset Pendidikan Edisi 3 (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2010), hlm. 65-66.
[‡]Kamus
Bahasa Indonesia, 1991, hlm. 232.
[§]Afiful
Ikhwan, Perencanaan Pendidikan, dalam http://afifulikhwan.blogspot.com/2011/12/perencanaan-pendidikan-dalam-manajemen.html,
diakses pada Senin, 15 April 2013.
[**]Dikti, Undang-Undang RI No.20 Th. 2003 tentang
Sisdikna, dalam http://www.dikti.org/UUno20th2003-Sisdiknas.html.
[††]Husaini
Usman, Manajemen – Teori, Praktek dan Riset Pendidikan Edisi 3, hlm. 64.
[‡‡]Ibid,
hlm. 65.
[§§]Ibid.
[***]Akdon,
Strategic Management For Educational Management (Manajemen Strategik
untuk Manajemen Pendidikan (Bandung; Alfabeta, 2009), hlm. 74-79.
[†††]Syamrilaode, Defenisi Perencanaa Pendidikan Menurut Para Ahli, dalam http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2063294-definisi-perencanaan-pendidikan-menurut-para/ diakses pada 11 Des 2011.
[‡‡‡]Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cetakan kelima, 2001), hlm. 37.
[§§§]Ekologi
adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal
dari kata Yunani oikos
("habitat") dan logos ("ilmu"), (Online) dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi,
diakses pada Senin, 15 April 2013.
[††††]Afiful
Ikhwan, Perencanaan Pendidikan.
[‡‡‡‡]Ibid.
[§§§§]Asnawir, Manajemen Pendidikan
(Padang: IAIN IB Press, 2006), hlm. 20.
[*****]Makmun, Abin Syamsuddin, Saud, dan Udin
Syaefudin, Perencanaan Pendidikan (Bandung: Rosda Karya, 2007), hlm.
85.
[†††††]Sudarwan
Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik (Jakarta:
PT.Bumi Aksara, 2008), hlm. 109-112.
[‡‡‡‡‡]Ibid.
[§§§§§]Harjanto, Perencanaan Pengajaran
(Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 56.
[******]Makmun, Abin Syamsuddin, Saud, dan Udin
Syaefudin, Perencanaan Pendidikan, hlm.
23.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar baik menunjukkan pribadimu !