BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Manusia mengalami dua macam perkembangan, yaitu
perkembangna jasmani dan rohani. Perkembangan jasmani diukur berdasarkan umur
kronologis. Punck perkembangna jasmani yang dicapai manusia disebut kedewasaan.
Sebaliknya, perkembangan rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan
(abilitas). Pencapaian tingkat abilitas tertentu bagi perkembangan rohani
disebut istilah kematangan (maturity).
Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat bahwa psikologi agama
meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisne
yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berpikir, bersikap,
bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena
keyakinan itu masuk dalam kostruksi pribadi
Disini kami
membahas secara mendalam bagaimana kriteria orang yang agamanya sudah matang
atau mendalam, mulai dari dasar yakni dari faktor intern anak hingga dewasa.
B. Rumusan Masalah
- Apa saja kriteria agama yang matang itu ?
- Bagaimana cirri-ciri orang yang sudah matang agamanya ?
- Bagaimana proses orang yang akan mencapai kematangan agama ?
C. Tujuan Masalah
- Agar mengetahui apa saja kriteria agama yang matang itu
- Agar mengetahui bagaimana cirri-ciri orang yang sudah matang agamanya
- Agar mengetahui Bagaimana proses orang yang akan mencapai kematangan agama
BAB II
PEMBAHASAN
KRITERIA ORANG YANG MATANG BERAGAMA
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu
orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang yang menjauhkan diri
dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna dan orang-orang yang
menunaikan zakat, dan orang-orang yang men- jaga kemaluannya kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka
dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka
itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memeli- hara
amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara
shalat. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi." (QS. Al-Mu'minun :
1 - 10)
Ilmu jiwa agama adalah suatu bidang disiplin ilmu yang berusaha
mengeksplorasi perasaan dan pengalaman dalam kehidupan seseorang. Penelitian
itu didasarkan atas dua hal yaitu sejauh mana kesadaran beragama (religious
counsciousness) dan pengalaman beragama (religious experience). Apabila standar
itu kita coba terapkan pada seseorang yang secara spesifik beragama Islam, maka
akan kita lihat beberapa standar diantaranya Al-Qur'an dan As-Sunnah dan
penjelasan para ulama.
A. Kepribadian yang matang
Kepribadian
yang matang merupakan label positif bagi orang yang dianggap telah mencapainya.
Sayang, banyak orang tak pernah berpikir menjadi matang. Padahal, kepribadian
matang merupakan ukuran perkembangan kepribadian yang sehat.
Kepribadian
yang matang diartikan secara berbeda-beda oleh banyak orang . Hal ini tercermin
dari beberapa pendapat berikut ini. Menjawab pertanyaan dosen dalam
kuliah tentang kepribadian di sebuah fakultas psikologi, ada mahasiswa yang
mengartikan matang kepribadian sebagai sabar, tidak berlebihan dalam
mengekspresikan emosi, dan pandai mengelola hubungan dengan orang lain.
Ada juga yang mengartikan
kemampuan untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan dengan bijaksana.
Beberapa mahasiswa menunjuk pada kemampuan memenuhi tugas-tugas perkembangan
masa dewasa dengan baik, seperti memiliki pekerjaan dan filsafat hidup yang
mantap, kondisi batin yang stabil, dan sebagainya.
Tulisan
ini menyajikan kriteria yang lebih utuh mengenai kepribadian yang matang dari
seorang sesepuh yang ikut merintis Psikologi, yakni Gordon W. Allport
(1897-1967). Hingga saat ini teori-teorinya (tentang kepribadian yang sehat)
tetap relevan.
Berikut adalah tujuh kriteria dari Allport tentang sifat-sifat khusus
kepribadian yang sehat, yaitu :
1. Perluasan Perasaan Diri
1. Perluasan Perasaan Diri
Ketika
orang menjadi matang, ia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Tidak
cukup sekadar berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri. Lebih
dari itu, ia harus memiliki partisipasi yang langsung dan penuh, yang oleh
Allport disebut "partisipasi otentik".
Dalam
pandangan Allport, aktivitas yang dilakukan harus cocok dan penting, atau
sungguh berarti bagi orang tersebut. Jika menurut kita pekerjaan itu penting,
mengerjakan pekerjaan itu sebaik-baiknya akan membuat kita merasa enak, dan
berarti kita menjadi partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Hal ini akan
memberikan kepuasan bagi diri kita.
Orang yang semakin terlibat sepenuhnya dengan
berbagai aktivitas orang, atau ide, ia lebih sehat secara psikologis. Hal ini
berlaku bukan hanya untuk pekerjaan, melainkan juga hubungan dengan keluarga
dan teman, kegemaran, dan keanggotaan dalam politik, agama, dan sebagainya.
2. Relasi Sosial yang Hangat
Allport
membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain, yaitu
kapasitas untuk mengembangkan keintiman dan untuk merasa terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu
mengembangkan relasi intim dengan orangtua, anak, pasangan, dan sahabat. Ini
merupakan hasil dari perasaan perluasan diri dan perasaan identitas diri yang
berkembang dengan baik.
Ada perbedaan hubungan
cinta antara orang yang neurotis (tidak matang) dan yang berkepribadian sehat (matang).
Orang-orang neurotis harus menerima cinta lebih banyak daripada yang mampu
diberikannya kepada orang lain. Bila mereka memberikan cinta, itu diberikan
dengan syarat-syarat. Padahal, cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat,
tidak melumpuhkan atau mengikat.
Jenis
kehangatan yang lain, yaitu perasaan terharu, merupakan hasil pemahaman
terhadap kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa.
Orang sehat memiliki kapasitas untuk
memahami kesakitan, penderitaan, ketakutan, dan kegagalan yang merupakan ciri
kehidupan manusia.
3. Keamanan Emosional
3. Keamanan Emosional
Kualitas
utama manusia sehat adalah penerimaan diri. Mereka menerima semua segi
keberadaan mereka, termasuk kelemahan-kelemahan, dengan tidak menyerah secara
pasif terhadap kelemahan tersebut. Selain itu, kepribadian yang sehat
tidak tertawan oleh emosi-emosi mereka, dan tidak berusaha bersembunyi dari
emosi-emosi itu. Mereka dapat mengendalikan emosi, sehingga tidak mengganggu
hubungan antarpribadi. Pengendaliannya tidak dengan cara ditekan, tetapi
diarahkan ke dalam saluran yang lebih konstruktif.
Kualitas
lain dari kepribadian sehat adalah "sabar terhadap kekecewaan". Hal
ini menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan atas
berbagai keinginan atau kehendak. Mereka mampu memikirkan cara yang berbeda
untuk mencapai tujuan yang sama.
Orang-orang
yang sehat tidak bebas dari perasaan tak aman dan ketakutan. Namun, mereka
tidak terlalu merasa terancam dan dapat menanggulangi perasaan tersebut secara
lebih baik daripada kaum neurotis.
4. Persepsi Realistis
Orang-orang
sehat memandang dunia secara objektif. Sebaliknya, orang-orang neurotis
kerapkali memahami realitas disesuaikan dengan keinginan, kebutuhan, dan
ketakutan mereka sendiri. Orang sehat
tidak meyakini bahwa orang lain atau situasi yang dihadapi itu jahat atau baik
menurut prasangka pribadi. Mereka memahami realitas sebagaimana adanya.
5. Keterampilan dan Tugas
Allport
menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri di dalam
pekerjaan tersebut. Kita perlu memiliki keterampilan yang relevan dengan
pekerjaan kita, dan lebih dari itu harus menggunakan keterampilan itu secara
ikhlas dan penuh antusiasme.
Komitmen
pada orang sehat atau matang begitu kuat, sehingga sanggup menenggelamkan semua
pertahanan ego. Dedikasi terhadap pekerjaan berhubungan dengan rasa tanggung
jawab dan kelangsungan hidup yang positif.
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis tanpa melakukan pekerjaan penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan.
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis tanpa melakukan pekerjaan penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan.
6. Pemahaman Diri
Memahami
diri sendiri merupakan suatu tugas yang sulit. Ini memerlukan usaha memahami
diri sendiri sepanjang kehidupan secara objektif. Untuk mencapai
pemahaman diri yang memadai dituntut pemahaman tentang dirinya menurut keadaan
sesungguhnya. Jika gambaran diri yang dipahami semakin dekat dengan keadaan
sesungguhnya, individu tersebut semakin matang.
Demikian
juga apa yang dipikirkan seseorang tentang dirinya, bila semakin dekat (sama)
dengan yang dipikirkan orang-orang lain tentang dirinya, berarti ia semakin
matang. Orang yang sehat terbuka pada
pendapat orang lain dalam merumuskan gambaran diri yang objektif.
Orang
yang memiliki objektivitas terhadap diri tak mungkin memproyeksikan kualitas
pribadinya kepada orang lain (seolah orang lain negatif). Ia dapat menilai
orang lain dengan seksama, dan biasanya ia diterima dengan baik oleh orang
lain. Ia juga mampu menertawakan diri sendiri melalui humor yang sehat.
7. Filsafat Hidup
Orang
yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang.
Ia memiliki perasaan akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai
tuntas sebagai batu sendi kehidupannya. Allport menyebut dorongan-dorongan
tersebut sebagai keterarahan (directness).
Keterarahan
itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu atau serangkaian
tujuan, serta memberikan alasan untuk hidup. Kita membutuhkan tarikan yang
tetap dari tujuan yang bermakna. Tanpa itu mungkin kita mengalami masalah
kepribadian.
Kerangka
dari tujuan-tujuan itu adalah nilai, yang bersama dengan tujuan sangat penting
dalam rangka mengembangkan filsafat hidup. Memiliki nilai-nilai yang kuat
merupakan salah satu cirri orang matang. Orang-orang neurotis tidak memiliki
nilai atau memiliki nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara, yang
tidak cukup kuat untuk mempersatukan semua segi kehidupan.
Suara
hati berperan dalam menentukan filsafat hidup. Allport mengemukakan perbedaan
antara suara hati yang matang dengan suara hati tidak matang. Yang tidak matang,
suara hatinya seperti pada kanak-kanak: patuh dan membudak, penuh larangan dan
batasan, bercirikan perasaan "harus".
Orang
yang tidak matang berkata, "Saya harus bertingkah laku begini."
Sebaliknya, orang yang matang berkata, "Saya sebaiknya bertingkah laku
begini." Suara hati yang matang adalah perasaan kewajiban dan
tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain, dan mungkin berakar dalam
nilai-nilai agama atau etis.
Faktor intern anak yang dapat memepengaruhi perkembangan kepribadian
adalah
1.
Konstitusi tubuh
2.
struktur dan keadaan fisik
3.
koordinasi motorik
4.
kemampuan mental dan bakat khusus,
intelegensi tinggi, hambatan mental, dan bakat khusus
5.
emosional
B. Kriteria Orang yang Matang Beragama
Kriteria yang diberikan oleh Al-Qur'an bagi
mereka yang dikategorikan orang yang matang beragama Islam cukup bervariasi.
Seperti pada sepuluh ayat pertama pada Surah Al-Mu'minun dan bagian akhir dari
Surah Al-Furqan :
- Mereka yang khusyu' shalatnya
- Menjauhkan diri dari (perbuatan-perbuatan) tiada berguna
- Menunaikan zakat
- Menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri-isteri yang sah
- Jauh dari perbuatan melampaui batas (zina, homoseksual,
dan lain-lain)
- Memelihara amanat dan janji yang dipikulnya
- Memelihara shalatnya (QS. Al-Mu'minun : 1 - 10)
- Suka bertaubat, tidak memberi persaksian palsu dan jauh
dari perbuatan
sia-sia, memperhatikan Al-Qur'an, bersabar, dan mengharap
keturunan yang bertaqwa (QS. Al-Furqan : 63 - 67)
Kriteria dari As-sunnah : Rasulullah SAW memberikan batas minimal bagi seorang
yang disebut muslim yaitu disebut muslim itu apabila muslim-muslim lain merasa
aman dari lidah dan tangannya (HR. Muslim). Sementara ciri-ciri lain disebutkan
cukup banyak bagi orang yang meningkatkan kualitas keimanannya. Sehingga tidak
jarang Nabi SAW menganjurkan dengan cara peringatan, seperti :
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya hendaknya dia mencintai
saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri" (HR. Bukhari).
"Tidak beriman seseorang sampai tetangganya merasa aman dari gangguannya
" (HR. Bukhari dan Muslim). "Tidak beriman seseorang kepada Allah
sehingga dia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dari pada kecintaan
lainnya..." (HR. Muslim).
Dengan demikian petunjuk-petunjuk itu mengarahkan kepada
seseorang yang beragama Islam agar dia menjaga lidah dan tangannya sehingga
tidak mengganggu orang lain, demikian juga dia menghormati tetangganya, saudara
sesama muslim dan sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Ringkas kata, dia berpedoman kepada petunjuk Al-Qur'an dan
mengikuti contoh praktek Rasulullah SAW, sehingga dia betul-betul menjaga
hubungan "hablum minallah " (hubungan vertikal) dan "hablum
minannaas" (hubungan horizontal).
Peringatan shahabat Ali r.a. bahwa klimaks orang ciri
keagamaannya matang adalah apabila orang tersebut bertaqwa kepada Allah SWT.
Dan inti taqwa itu ada empat, menurut
Ali r.a. :
o Mengamalkan
isi Al-Qur'an
o Mempunyai
rasa takut kepada Allah sehingga berbuat sesuai dengan perintah Nya
o Merasa
puas dengan pemberian atau karunia Allah SWT meskipun terasa sedikit
Sedangkan Ibnul Qoyyim, ulama abad ke 7, menyebutkan 9 kriteria
bagi orang yang matang beragama Islamnya, yaitu :
o Dia
terbina keimanannya yaitu selalu menjaga fluktualitas keimanannya agar
o selalu
bertambah kualitasnya
o Dia
terbina ruhiyahnya yaitu menanamkan pada dirinya kebesaran dan keagungan
o Allah
serta segala yang dijanjikan di akherat kelak, sehingga dia menyibukkan
o diri
untuk meraihnya
o Dia
terbina pemikirannya sehingga akalnya diarahkan untuk memikirkan
o ayat-ayat
Allah Al-Kauniyah (cipataan-Nya) dan Al-Qur'aniyah (firman-Nya).
o Dia
terbina perasaannya sehingga segala ungkapan perasaan ditujukan kepada
o allah,
senang atau benci, marah atau rela, semuanya karena Allah.
o Dia
terbina akhlaknya dimana kepribadiannya di bangun diatas pondasi akhlak
o mulia
sehingga kalau berbicara dia jujur, bermuka manis, menyantuni yang tidak
o mampu,
tidak menyakiti orang lain dan berbagai akhlak mulia
o Dia
terbina kemasyarakatannya karena menyadari sebagai makhluk sosial, dia
o harus
memperhatikan lingkungannya sehingga dia berperan aktif mensejahterakan
o masyarakat
baik intelektualitasnya, ekonominya, kegotang-royongannya, dan
o lain-lain
o Dia
terbina keamuannya sehingga tidak mengumbar kemauannya ke arah yang
o distruktif
tetapi justru diarahkan sesuai dengan kehendak Allah. Kemauan yang
o mendorongnya
selalu beramal shaleh
o Dia
terbina kesehatan badannya karena itu dia memberikan hak-hak badan untuk
o ketaatan
kepada Allah karena Rasulullah SAW bersabda : "Orang mukmin yang kuat
o itu
lebih baik dan dicintai Allah daripada mukmin yang lemah " (HR. Ahmad)
o Dia
terbina nafsu seksualnya yaitu diarahkan kepada perkawinan yang
o dihalalkan
Allah SWT sehingga dapat menghasilkan keturunan yang shaleh dan
o bermanfaat
bagi agama dan negara.
Demikian secara ringkas kami paparkan kriteria ideal untuk
mengetahui dan mengukur sejauh mana kematangan beragama Islam seseorang.
Sengaja kami batasi agama Islam karena pembahasan ciri-ciri beragama secara
umum terlalu luas. Dan perlu kita ingat dalam kondisi masyarakat yang komplek
dengan problematika kehidupannya, maka sungguh orang yang beragamalah yang akan
terhindar dari penyakit stress, kata Robert Bowley.
BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Kriteria yang diberikan oleh Al-Qur'an bagi mereka yang
dikategorikan orang yang matang beragama Islam cukup bervariasi. Seperti pada
sepuluh ayat pertama pada Surah Al-Mu'minun dan bagian akhir dari Surah
Al-Furqan : Mereka yang khusyu' shalatnya, Menjauhkan diri dari (perbuatan-perbuatan)
tiada berguna, Menunaikan zakat, Menjaga kemaluannya kecuali kepada
isteri-isteri yang sah, Jauh dari perbuatan melampaui batas (zina, homoseksual,
dan lain-lain), Memelihara amanat dan janji yang dipikulnya, Memelihara shalatnya
(QS. Al-Mu'minun : 1 - 10), Merendahkan diri dan bertawadlu', Menghidupkan
malamnya dengan bersujud (Qiyamullail), Selalu takut dan meminta ampunan agar
terjauh dari jahanam, Membelanjakan hartanya secara tidak berlebihan dan tidak
pula kikir, Tidak menyekutukan allah, tidak membunuh, tidak berzina, Suka
bertaubat, tidak memberi persaksian palsu dan jauh dari perbuatan sia-sia,
memperhatikan Al-Qur'an, bersabar, dan mengharap keturunan yang bertaqwa (QS.
Al-Furqan : 63 - 67).
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis
harapkan kepada pembaca untuk mengkaji ulang terkait dengan tema ini yang belum
kami bahas, untuk itu lebih dikaji dari refrensi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an dan
terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Penafsir Al-Qur'an
Hadits-hadits Nabi yang
terkumpul dalam Shahih Bukhari, Muslim, dan lain-lain
Zakiah Derajat , Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1996
Jalaluddin, Psikologi Agama, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2005
Fauzi Ahmad, Psikologi Umum, Pustaka setia, Bandung,
2004
Rakhamat Jalaluddin, Psikologi Agama sebuah pengantar, PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar baik menunjukkan pribadimu !