BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai disiplin ilmu, sebagaimana
telah dipaparkan para ilmuan, tasawuf merupakan sebuah disiplin agam yang baru,
seperti halnya ilmu ushul fiqh, musthakah ai hadist dan sebagainaya. Karena
eksistensunya sebagai salah satu metode peebaikan akhlak yang ajaranya
mempunayai landasan yang kuat dalam al-quran dan sunnah rasul saw, dan cara
mendekatkan diri kepada allah.
Sebagai unit dari ilmu tasawuf
sendiri yaitu tawakal dan sabar, yang mana kedua hal tersebut mempunyai perang
yang sangat domonan dalam merealisasikan urgensi atau pendekatan kepada Allah.
Sehingga hal tersebut tidak pernag terlepas dari kehidupan keseharian manusia
yang senantisas mengabdikan dirinay kepada allah. Meskopun demikian keduanya
itu dalam tatrqan kehidupan itu sama tetapi diantaranay ada hak yang membedakan,
secara jelas perbadaan tersebut tidak dapat ataupun sulit untuk dicermati ,
kecuali bilaman dalam mengetahuinya menggunakan hati nurani yang bersih.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah konsep sabar menurut ilmu tasawuf
?
2.
Bagaimankah sebuah konsep tawakal dalam
taswuf ?
3.
Dimana letak perbedaan antara sabar dan
tawakal ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1.
untuk mengetahui apa itu tawakal dalm
tasawuf
2.
mengetahui sabar dalam konsep tasawuf
3.
dan letak perbedaan antara keduanya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Sabar Dalam Ilmu Tasawuf
a. pengertian sabar
Kata As-Shobru dalam bahasa Arab berarti:
Al-Habsu (belenggu) atau Al-Man’u (larangan) jika ada yang mengatakan “ana
as-shabil” (saya seorang prnyabar) artinaya: saya membelenggu nafsuku, atau
saya melarang nafsuku.[1]
Sabar secara istilah, terdapat
beberapa pengertian yabg diantaranya adalah: Abu Zakaria Al-Anshori memgemukakan bahwa sabar merupakan kemampuan
seseorang mengendalikan diri terhadap sesuatu yang terjadi, baik yang di
senangi maupun yang di benci. Menurut Qosim
Junaidi sabar adalah mengalihkan perhatian dari urusan dunia kepada urusan
akhirat.[2]
Toyib
sah dalam bukunya Aqidah Akhlak berpendapat bahwa sabar mempunyai dua macam
pengertian yairu:
- Sabar yang berarti lapang dada dan tabah dalam menghadapi segala kasus, problematika, musibah dan ujian yang menimpa diri sendiri.
- Mushabroh yang berarti tabah dan teguh menghadapi persaingan, teguh mempertahankan prinsip, lebih tabah dan teguh dalam menjalani atau tidak.[3]
Dari sekian banyak definisi sabar dapat disimpulkan,
yang dimaksud sabar ialah: Tahan terhadap penderitaan atau sesuatu yang
disenagi dengan ikhlas dan ridho serta menyerahkan kepada Allah SWT dan
tidaklah dinamakn sabar orang yang menahan diri secara paksa, tetapi sabar yang
sebenarnaya ialah sabar dalam arti menyerah kepada allah dengan lapang dada.
b. Pembagian Sabar
Sabar dapat
dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Sabar terhadap maksiat
Yaitu menhan diri untuk menghindari
perbuatan jahat, dan dari perbuatan hawa nasu, dan menghindarkan diri dari,
semua pebuatan yang mempunyai kemungkinan untuk terjerumus kedalam jurang
kehinaan.
2. Sabar dalam menghadapi ibadah
Sabar dalam menghadapi ibadah,
dasarnya ialah prinsip-prinsip islam yang sudah lazim, pelaksanaanya perlu
latihan yang tekun dan terus menerus, seperti latihan shalat, ini merupakan
kewajiban yang memerlukan kesabaran.
3. Sabar dalam menahan diri dari
kemunduran
Yaitu menhan diri dari surut
kebelakang dan tetap berusaha untuk mempertahankan sesuatu yang telah di
yakininya, misalnya pada saat membela kebenaran, melindungi kemaslahatan,
mempertahankan harta dari perampok, menjaga nama baik
c. Tingkatan Sabar
Al-Ghazali membagi sabar berdasarkan
tingkat pengendalian nafsu dalam diri manusia, yaitu terbagi menjadi tiga
tingkatan:
1.Orang yang sanggup mengalahkan hawa nafsunya karena
ia mempunyai daya juang yang tinggi.
2.Orang yang kalah oleh hawa nafsunya, ia telah
mencoba bertahan atas dorongan hawa nafsunya, tetapi karenya kesabaranya lemah
maka ia kalah.
3.Orang yang mempunyai daya tahan terhadap dorongan
nafsu tapi suatu ketika ia kalah karena besarnya dorongan nasu. Meskipun
demikian, ia bangun lagi dan terus bertahan dengan sabar atas dorongan nafsu
tersebut.
B. Tawakal dalam konsep ilmu tasawuf
a.Pngertian
Secara lughawiyah kata tawakal
memiliki wazan tafa’ul dari asal kata wikalah yang artinya perwakilan. Jadi
orang yang bertawakal kepada seseorang ialah yang dianggapnya sebagai wakilnya
dalam mengurus segala urusanya serta menjamin perbaikan dirinya. Dengan
demikian kata tawakal berarti mempercayakan sesuatu kepada seseorang.[4]
Dan tawakal juga mempunyai makna lain diantaranta adalah “berserah diri dan berpegang teguh kepada allah”. Di sini
terdapat dua unsur pokok yaitu, pertama berserah
diri dan kedua berpegang teguh.
Kedua-duanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tidak dapat
dikatakan tawakal kalau belum berserah diri secara ikhlas. Tidak dapat pula
dikatakan tawakal kalau belum berpegang kepada-Nya, belum kokoh atau belum bulat
pada tingkat haqqul yakin kepada kekuasaan-Nya yang tidak terbatas,
keadilan-Nya, kebijaksanaan-Nya, kasih sayang-Nya untuk mengatur segala sesuatu
dengan sesempurna-sempurnanya.
Menurut Imam Al-Ghazali, tawakal ialah menyandarkan
sesatu kepada Allah ketika menghadapi sesatu kepentingan, bersandar kepadanya dalam
waktu kesukaran, teguh hati tatkala di timpa bencana dengan jiwa yang tenang
dan hati yang tabah.[5]
Syaikh Abu Hamid berkata :"Barangkali
ada yang mengira bahwa makna tawakkal adalah meninggalkan pekerjaan secara
fisik, meninggalkan perencanaan dengan akal serta menjatuhkaan diri di atas
tanah seperti sobekan kain yang dilemparkan, atau seperti daging di atas
landasan tempat memotong daging. Ini adalah sangkaan orang-orang bodoh. Semua
itu adalah haram menurut hukum syari'at. Sedangkan sya'riat memuji orang yang
bertawakkal. Lalu, bagaimana mungkin suatu derajat ketinggian dalam agama dapat
diperoleh dengan hal-hal yang dilarang oleh agama pula.? Hakikat yang
sesungguhnya dalam hal ini dapat kita katakan, 'Sesungguhnya pengaruh
bertawakkal itu tampak dalam gerak dan usaha hamba ketika bekerja untuk
mencapai tujuan-tujuannya”[6]
Adpaun perihal bertawakal tercapat dalam tiga bagian:
- Tawakal mengenai Qismah (nasib). Yaitu percaya kepada allah, sebab tidak ada yang luput apa yang dibagikan oleh allah semua makhluk-Nya, artinya tidak akan menyalahi apa yang sudah ditentukan oleh allah untuk kita pasti akan diterima,sebab keputusan allah itu tidak akan berubah. Tawakal itu wajib, karena ia ada.
- Dalam hal pertolongan, misalnya jiaka dalam keadaan sedang berjuang lalu mendapat pertolongan, maka hal itu tidak akan luput. Jadi dalam keadaan sedang berjuang harus mengandalkan dan percaya kepada pertolonagan Allah. Kesimpulanaya: jika seseorang sedang berjuang untuk Allah, maka pasti Allah akan menolongnya.
- Kemudian tawakal menegenai rizqi dan keperluan, sebab Allah SWT sudah menjamin akan kekuatan untuk bekal beribadah kepada-Nya. Dengan adanya jaminan ini engkau pasti bisa beribadah kepadanya. Allah berfirman, “siapa saja yang bertawakal kepada allah, maka allah akan menjaminya,” (Qs Ath-Thalaq [65]:3)[7].
Imam Ahmad berpendapat tentang tawakal
yaitu Sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal,
niscaya Allah meberimu rizki sebagaimana yang diberikan-Nya kepada
burung-burung, berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari
dalam keadaan kenyang". Dalam hadits tersebut dikatakan, burung-burung itu
berangkat pagi-pagi dan pulang sore hari dalam rangka mencari rizki.
Selanjutnya Imam Ahmad berkata, 'Para sahabat
juga berdagang dan bekerja dengan pohon kurmanya. Dan mereka itulah teladan
kita. [Dinukil dari Fathul Bari, 11/305-306].[8]
Patut kita teladani dan kita cermati juga, bahwasanya tawakal mempunyai daya
tahan dan benteng kekuatan yaitu sesutau yang mendoromg seseorang untuk tawakal
adalah keinginanya akan jaminan Allah. Jika semua orang ingat akan jaminan Allah
pasti akan bertawakal kepada-Nya. Dengan demikian benteng dari bentengnya
tawakal ialah ingat akan keagungan allah, kesempurnaan ilmu-Nya dan kudrat-Nya
dan mustahil Dia akan menyalahi atau lupa atau tidak mampu akan janji-Nya. Jadi
apabila seseorang dawam (membiasakan) terus-menerus ingat akan hal-hal yang di
sebutkan semua, pasti ia akan di dorong tawakal kepada allah.
b.
tingkatan tawakal
Syaikh
Abu Ali Ad-Daqqad berkata, ada tiga tingkatan bagi orang yang bertwakal;
1. Tawakal
Orang yang bertawakal akan merasa tentram
dengan janji-Nya
2. Taslim
Orang yang taslim akan merasa cukup dengan
pengetahuan-Nya
3. Tafwidh
Orang yang tafwidh kepada allah akan merasa
puas dengan kebijaksanaan-Nya.
Saya mendengar beliau berkata: Tawakal kepada Allah adalah awal, Taslim adalah tengah-tengahnya, dan Tafwidh segenap urusan kepada Allah adalah ujungnya
Syaikh
Abu Ali ad-Daqqad berkata “tawakal sifat orang yang beriman, taslim sifat para
wali, dan menyerahkan segenap urusan kepada allah (tafwidh) adalah sifat ahli
tauhid”.[9]
c.
macam-macam tawakal
Ada bebrapa macam tawakal
yang terjadi pada manusia yaitu diantaranya
v Tawakal pada diri
kita yakin pada diri kita dapat berusaha
untuk mencari rizqi sebab, badan masih kuat dan kita yakin Allah yang memberti
rizqi kepada kita, jika kita berikhtiyar.
v Tawakal pada orang
Dia yakin selagi orang itu memberi bantuan
kepada-Nya, dia tidak bimbang dengan rizqi sudah ada jaminan hidup diri dan
keluarga
v Tawakal kepada Allah
Dia tidak peduli orang membnetunya atau
tidak, dia tetap bertawakal kepada Allah, bersandar kepada allah dan
menyerahkan diri kepada Allah.[10]
d.
keutamaan dan hikmah tawakal
Menurut
hamka, keutaamaan yang terpenting dalam tawakal adalah apabila seorang mukmin
telah bertawakal, berserah diri kepada Allah. Dengan demikian, dia memperoleh
berbagai ilham dari Allah untuk mencapai kemenangan.
Orang
yang bertawakal kepada allah tidak akan berkeluh kesah dan gelisah. Ia akan
selalu berada dalam ketenangan, ketentraman, dan kegembiraan. Jika ia
memperolah nikmat dan karunia dari allah maka ia akan bersyukur dan jika tidak
ia akan bersabar. Ia menyerahkan semua keputusan bahkan dirinya sendiri kepada Allah.
Penyerahan diri itu di lakukan dengan sungguh-sungguh dan semata-mata karena
allah.
C. PERBEDAAN
SABAR DAN TAWAKAL
Secara
harfiyah, sabar berarti tabah hati. Menurut Zun Al-Nun Al-Mishary, sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal
yang bertentanagan dengan kehendak allah, tetapi tenang ketika mendapatkan
cobaan, dan menampakkan sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran
dalam bidang ekonomi. Selanjutnya Ibn Attha’ mengatakan sabar artinya tetap tabah dalam menghadapi cobaan dengan sikap yang
baik.[11]
Pada intinya sabar ialah kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri terhadap
sesuatau yang terjadi baik yang di senangi maupun yang di benci, atau lapang
dada dan tabah menghadapi segala kasus, problematika, musibah dan ujian.
Sedangkan
tawakal secara harfiyah berarti
menyerahkan diri. Menurut Al-Qusyairi mengatakan bahwa tawakal tempatnya di
dalam hati, dan timbulnya gerak dalam perbuatan tidak mengubah tawakal yang
terdapat dalam hati itu. Hal itu terjadi setelah hamba meyakini bahwa segala
ketentuan hanya di dasarkan pada ketentuan Allah. Mereka menganggap jika
mengahadapi kesuliutan maka yang demikian itu sebenarnta takdir allah. Menurut Harun
Nasution mengatakan bahwa tawakal adalah menyerahkan diri kepada qodho’ dan
keputusan Allah. Selamanya dalam keadaan tentram, jika mendapat pemberian
brerterima kasih, jika mendapatkan apa-apa bersikap sabar dan menyerah kepada
qodho’ dan qodar Tuhan.[12]
Pada intinya Tawakal ialah menyerah tanpa pamrih sepenuhnya, pasrah dan
berpegang teguh pada Allah, dalam mencari kemashlahatan dan kebaikan, menolak
kemudharatan yang mengnakat urusan dunia maupun Akhirat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sabar
dalam pandangan para sufi diantaranya berati tabah di dalam mneghadapi segala
kesulitan tanpa ada rasa keasal dalam diri. Sabar juga berarti tetap merasa
cukup meskipun relitasnya tidak memiliki apa-apa. Tawakal dalam pandangan para
sufi diantarnya berarti mnyerahkan diri hanya kepada ketentuan Allah. Jika
mendapat sesuatu yang baik berterima kasih atau syukur, jika tidak, bersabar
dan berserah diri kepada ketentuanya
DAFTAR PUSTAKA
Kholid, Amru Muhammad. Sabar dan Santun, Pustaka Al-Kautsar. Jakarta
2003
Supiana dkk, Materi Pendidikan Islam, Rosda Karya. Bandung 2003
Saputra, Toyib
Sah. dkk , Aqidah Akhlak, Toha Putra.
Semarang 2004
Ismail, Asep Usmani. 7 Metode Menjernihkan Nurani, Mizan Publika. Jakarta 2005
Ust Labib Mz, Ajaran Tasawuf dan Thoriqot, Bintang Usaha. Surabaya 2003
www.yahoo
perpustakaan islam, Bertawakal Kepada
Allah, poted by Riza, 2003
www.google
artikel islam / Tawakal posted by Zidan
http:// kawan sejati.ee.itb.ac.id / Macam-macam Tawakal
An Naisyaburi. Imam Al-Qusayri, Risaltul Qusiriyah, Risalah
Gusti. Surabaya
1997
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, Raja
Gradindo. Jakarta 2006
[1]
Amru muhammad kholid, sabar dan santun, (jakarta:
pustaka al-kautsar) hal 6
[2]
supiiana dan karman, materi pendidikan islam, (bandung : rosda 2003) hal 228
[3]
thiyib sah saputra dan wahyudin, aqudah akhlak, (semarang: toha putra, 2004) hal 175-176
[4]
Dr. asep usmani ismail, 7 metode menjernihkan nurani, (jakarta: mizan publika, 2005) hal, 129
[5]
ust labib mz, ajaran tasawuf dan thoriqot, (surabaya: bintang usaha, 2003) hal 68-69
[7]
Dr. asep usmani ismail, 7 metode menjernihkan nurani, (jakarta: mizan publika, 2005) hal, 130
[8]
www.google artikel islam / tawakal posted by
zidan
[9]
iamam al-qusyairi an naisyaburi, risaltul qusiriyah,(surabaya: risalah gusti 1997) hal 180-181
[10]
http:// kawan sejati.ee.itb.ac.id / macam-macam tawakal
[11]
abuddin nata, akhlak tasawuf (jakarta:
raja gradindo, 2006) hal 200
[12]
Ibid hal 202
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar baik menunjukkan pribadimu !