Welcome to Afive Blog

Kata-kata yang baik memiliki daya kreatif, kekuatan yang membangun hal-hal mulia, dan energi yang menyiramkan berkat-berkat kepada dunia.
JANGAN LUPA ISI BUKU TAMU

Senin, 19 Maret 2012

Didaktika - S2 Kelas Jauh itu Dilarang

Prof. Dr. E. Mulyasa, M.Pd.

(Ka Prodi Pascasarjana UNINUS Bandung)
S2 Kelas Jauh itu Dilarang


HATI-HATI jika anda hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang Magister (S2). Jika salah memilih, anda bisa tertipu di tengah jalan atau lulus tetapi ijazah tidak bisa dipergunakan untuk kenaikan pangkat atau promosi jabatan. Sebaiknya, sebelum memilih universitas, konsultasilah dengan pihak terkait yang terjamin kredibilitasnya.

Seorang ibu guru Bahasa Indonesia dari SMP Negeri (tertentu), dan sekitar 60 orang kawan-kawannya, kini sedang bingung. Betapa tidak, sebab proses perkuliahan yang sedang dijalaninya terancam bubar. Pihak koordiantor menjanjikan akan menggabungkan mereka dengan UNINUS Bandung, tetapi tempat kuliahnya tetap di Indramayu, Subang, atau Cirebon.

Guru Bahasa Indonesia tersebut, mengeluhkan problemanya kepada tabloid Mulih Harja (MH). Agar jawabannya solid dan akurat, MH mengklarifikasikan masalah tersebut kepada Ketua Program Studi Pascasarjana UNINUS Bandung, Prof. Dr. E. Mulyasa, M.Pd., pada Sabtu (23/10/2010) di ruang kerja beliau.

“UNINUS tidak bekerjasama dengan professor X yang dideskrifsikan itu. UNINUS belum pernah membuka S2 jurusan Administrasi Pendidikan. UNINUS tidak akan membuka kelas jauh, karena itu dilarang. UNINUS memang membuka kuliah S2 di Banjarmasin, tetapi dengan menggunakan kecanggihan ICT teleconference yang mahal, di mana seluruh dosen, penilaian, dan administrasi tetap tersentral di UNINUS Bandung. Legalitas dan kualitasnya teruji. Saran saya, sebaiknya studi S2 didasari oleh kuatnya minat menambah ilmu. Bukan secarik ijazah!” kata Prof. Dr. E. Mulyasa, M.Pd. tegas dan mantap.
Jawaban di atas diharapkan bisa mengklarifikasi issue tentang UNINUS dan menjadi informasi penting bagi mahasiswa S2 universitas X dan calon mahasiswa S2 lainnya di manapun berada.

Tak Hanya S2 yang Dilarang
Larangan kuliah kelas jauh diperuntukkan bagi jenjang S1, S2, dan S3. Mengapa kuliah kelas jauh dilarang? Ternyata, kuliah kelas jauh (S1 & Pascasarjana) dilarang karena tidak sesuai dengan rencana strategis (Tiga Pilar Utama) Pendidikan Nasional. Ketiga pilar itu sudah dikampanyekan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, melipputi: (1) peningkatan dan penguatan akses pendidikan, (2) peningkatan, relevansi, dan daya saing mutu pendidikan, dan (3) peningkatan tata kelola dan citra publik pengelolaan pendidikan.

Paradigma baru Pendidikan Tinggi yang mempertahankan kualitas juga anti kelas jauh. Itulah sebabnya larangan kuliah kelas jauh pun dipertegas oleh surat edaran dari pejabat terkait yang dikeluarkan hampir setiap tahun.

Pertama SE DIRGUTISWA Nomor 743/D4.II/T/1996, tertanggal 18-06-1996. Surat Edaran ini berisi: penyelanggaraan kelas jauh dari perguruan tinggi swasta tidak dibenarkan. Kita berusaha menjaga citra bahwa perguruan tinggi swasta sanggup mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Properties

Share / Save / Like

Jumat, 16 Maret 2012

Belajar Menghargai Karya Orang Lain


Dalam kamus besar bahasa Indonesia, karya diartikan dengan kerja, pekerjaan, hasil perbuatan ; ciptaan terutama hasil karangan. Karya yaitu suatu perbuatan yang menghasilkan sesuatu hal yang dapat dimanfaatkan oleh umat manusia Dalam hal karya atau berkarya dapat berupa novel, karangan, artikel, buku, dan lain-lain. Guna kemaslahatan umat, persatuan dan kesatuan, penting artinya menghargai karya orang lain sebagai bentuk pernghargaan terhadap yang memiliki karya.

Di Negara kita hasil karya atau kreasi dilindungi oleh hukum Sebuah karya dapat dipatenkan. Apabila orang lain ingin memakainya, maka harus izin kepada yang memiliki karya yang telah dipatenkan tersebut Karya – karya yang dilindungi oleh hukum diantaranya: Buku, Program computer karya tulis yang diterbitkan, pamlet dan semua hasil karya tulis ; pidato ceramah dan hal yang sejenis dengan itu ; alat pembelajaran untuk pendidikan dan ilmu pengetahuan ; musik atau lagu ; Arsitektur ; drama tari, wayang, pantomime ; segala bentuk seni rupa ; fotografi ; peta ; terjemahan, bunga rampai, data base dan karya lain.

Perlu di ingat bahwa sebagai muslim dan muslimah dalam hal berkarya harus sesuai dengan aturan agama islam diantaranya:
  • Mendasari diri dengan niat yang tulus ikhlas karena Allah SWT guna mencapai ridhanya dan hasil karyanya halalan thayyiban hasanan. Allah SWT hanya akan menerima karya amalan yang ikhlas.
  • Selalu memulai suatu karya dengan membaca basmalah
  • Melaksanakan kerja atau karya dengan penuh semangat, antusias guna mencapai hasil yang optimal
  • Karya yang digeluli adalah halal
  • Bersikap dan berperilaku yang baik seperti jujur, amanah dan professional
  • Menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat
  • Sabar dan syukur
Manusia akan sangat merasa berharga kalau karyanya juga dihargai oleh orang lain. Menghargai karya orang lain harus dibiasakan. Satu dan lainnya harus saling menghargai dan ini adalah perilaku yang terpuji. Mencaci, memaki, menghina, mengolok-olok, mencela, merendahkan karya orang lain merupakan akhlak atau perilaku yang buruk yang harus kita jauhi bersama. Perilaku-perilaku tersebut hanya akan menimbulkan hal-hal yang tidak baik.

Mengapa karya orang lain harus kita hargai? Kita harus menyadari bahwa untuk berkarya itu tidaklah mudah harus melalui perjuangan yang gigih, rajin, ulet dan mempunyai ketelitian dan ketekunan yang tinggi. Oleh karena itu kita harus dapat memberikan apresiasi yang tinggi atas karya yang telah dirahnya. Selain itu, maksud dari menghargai karya orang lain diantaranya:
  • Menggembirakan kepada orang yang telah berkarya
  • Untuk menjalin hubungan yang harmonis
  • Orang yang mendapat penghargaan akan terangkat ke permukaan status sosialnya
  • Mendorong untuk berhaluan maju
  • Menghindarkan diri dari caci, maki dan hinaan terhadap karya orang lain
Untuk menunjukkan menghargai karya orang lain dapat dimanifestasikan dalam bentuk ungkapan, pernyataan tertulis, sikap, penghargaan dan perbuatan. Islam mengajarkan supaya saling menghargai antar sesama, saling menunjukkan sikap dan sifat yang baik.


Menghargai karya orang lain dalam bentuk ungkapan, misalnya dengan sanjungan dan statemen tentang karyanya. Sanjungan dan statemennya harus sesuai dengan realita. Tidak boleh berdusta guna menjilat atau mencari muka. Hal yang demikian termasuk perilaku yang tercela.

Dalam bentuk pernyataan tertulis juga dapat digunakan untuk menghargai karya orang lain, misalnya berupa piagam penghargaan, sertifikat, fandel atau sejenisnya. Sikap seseorang juga dapat digunakan dalam menghargai karya orang lain, misalnya menunjukkan muka yang manis dan menyapa bila berjumpa dengan orang yang berkarya.

Penghargaan terhadap karya orang lain dapat juga dilakukan dengan memberikan hadiah, misalnya hadiah umrah, haji, rumah, kendaraan dan lain-lain. Menghargai karya orang lain juga dapat diwujudkan dengan perbuatan yaitu dengan memberi selamat kepada yang berkarya.

Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa dalam rangka menghargai karya orang lain dapat dilakukan dg memberikan apresiasi kepada orang yang berkarya secara objektif tanpa pandang bulu dan tidak mencelanya seandainya karyanya kurang berkualitas.

Perilaku terpuji berupa menghargai karya orang lain harus kita biasakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga antara satu dengan yang lainnya terhindar dari saling meremehkan. Kebiasaan menghargai karya orang lain dapat dimulai dari diri sendiri, keluarga, RT, RW, sekolah, kantor-kantor, perusahaan-perusahaan, berbangsa, beragama dan bernegara.

Kebiasaan yang terpuji ini harus kita galakkan dalam berbagai macam lingkungan sebagai manifestasi dari bahwa antara yang satu dengan yang lainnya ada sisi lemahnya dan ada sisi istimewanya sehingga semuanya saling mengisi, saling Bantu membantu dan saling mengasihi dan harga menghargai antar sesama.

Simak Ayat-Ayat Al Qur’an yang berhubungan dengan penghargaan berikut yang Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) da jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim (QS Al Hujurat (49) : 11). 

Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan). (QS Al Insyiqaq (84) : 19).
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di ( mukia ) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS Al Qashas ( 28) : 77).

Download Makalah Revisi Smt 1-3 PPs S2 Pendidikan Islam
Download Metode Penelitian Pendi2kan Islam PPs IAIN TA SMT 2
Properties

Share / Save / Like

Minggu, 11 Maret 2012

Akhlak Islami

2.1 Pengertian Akhlak
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun خُلُقٌ yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun خَلْقٌ yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliqخَالِقٌ yang berarti pencipta; demikian pula dengan akhluqun مَخْلُوْقٌ yang berarti yang diciptakan.
Secara epistemologi atau istilah akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai dengan para ahli tasawuf diantaranya : Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:
حَالً لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لهَاَ اِلَى اَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
Artinya:
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.

Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:
اَلْخُلُقُ عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٍ عَنْهَا تَصْدُرُ اْلَافْعَالُ بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍمِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلَى فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
Artinya:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan pertimbangan pikiran(lebih dahulu)”.
Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak “Adatul-Iradah” atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:
عَرَفَ بَعْضُهُمْ اْلخُلُقَ بِأَنَّهُ عَادَةُ اْلِارَادَةِ يَعْنِى أَنَّ اْلِإرَادَةَ اِذَا اعْتَادَتْ شَيْأً فَعَادَتُهَا هِيَ الْمُسَمَّاةُ بِالْخُلُقِ
Artinya:
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.”


Makna kata kehendak dan kata kebiasaan dalam penyataan tersebut dapat diartikan bahwa kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan dari kekuatan yang besar inilah dinamakan Akhlak.
Sekalipun ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak berjauhan maksudnya, Bahkan berdekatan artinya satu dengan yang lain. Sehingga Prof. Kh. Farid Ma’ruf membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut:
“Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.

Properties

Share / Save / Like

Jumat, 09 Maret 2012

WANITA BERPAKAIAN TAPI TELANJANG


Wanita dalam pandangan Islam adalah makhluk yang istimewa. Keistimewaan yang dimiliki kaum wanita adalah daya tarik terhadap lawan jenisnya yang dimilikinya. Dengan keistimewaan ini lah Islam mengatur bagaimana cara kum wanita mengenakan pakaian.

Islam mengajarkan agar mereka memakai pakaian yang bisa menjaga kehormatan mereka, dan menjauhkan mereka dari fitnah. Namun akhir-akhir ini penampilan kaum wanita semakin memprihatinkan. Tak jarang pakaian yang mereka kenakan sangat menggoda. Betapa tidak, pakaian yang mereka kenakan berukuran mini. Kalaupun pakaian itu menutup sebagian besar tubuh mereka, ukuran yang mini itu menyebabkan kontur tubuh tampak dengan jelas. Yang lebih dahsyat lagi, adalah ketika pakaian yang mereka kenakan sudah berukuran mini, dan membuka sebagian besar anggota badan mereka. Pakaian seperti itu bukannya dikenakan tidak hanya di dalam rumah mereka, bahkan di jalan-jalan dan di depan umum.

Kondisi masyarakat memang semakin menyedihkan. Rasa malu itu sudah hilang dari hati umat manusia. Justru sebaliknya pornografi berkembang pesat. Berbagai media senantiasa memberitakan munculnya tindak asusila yang dilakukan oleh para pelajar yang masih berusia belasan tahun.

Orang yang memiliki peduli terhadap norma tentu merasa sedih dengan fenomena ini. Yang dinamakan busana muslim pun tak lepas dari penyakit membuka aurat. Bisa jadi kerudung dibalutkan di kepala, atau sangat tipis sehingga tetap menampakkan kulit dan rambutnya.

Kerusakan ini sangat mungkin masih akan terus berkembang semakin parah. Jika kita renungkan sabda Rasulullah yang tersebut di dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah ra;

“Dua orang dari penghuni neraka yang belum aku pernah melihatnya, seorang kaum yang memegang cambuk seperti ekor sapi dengannya mereka memukuli manusia dan kaum wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berjalan berlenggok-lenggok, kepala mereka laksana punuk onta miring yang tidak akan masuk surga dan tidak akan mendapat baunya. Dan sesungguhnya aromanya bisa didapat dari jarak sekian sampai sekian.” (HR Muslim)

Sabda Rasulullah ini merupakan salah satu kemukjizatan beliau. Betapa tidak, di masa beliau hidup orang berpakaian tetapi telanjang belum muncul, sehingga beliau tidak melihatnya. Meskipun begitu beliau memberitahukan bahwa kelak akan ada dua golongan penghuni neraka yang saat itu belum ada. Salah satunya adalah kaum wanita yang berpakaian, tetapi dengan pakaiannya itu ia tetap telanjang.

Yang dimaksud dengan wanita berpakaian tetapi telanjang adalah mereka mengenakan pakaian tetapi tidak benar-benar menutupi aurat yang seharusnya ditutup.
Di dalam Tanwirul Hawalik disebutkan pendapat Ibnu Abdul Barr tentang makna kasiyat ’ariyat, ” Yaitu para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya. Memang mereka sudah dinamakan berpakaian, tetapi kenyataannya mereka tetap talanjang”.

Sementara Imam an-nawawi di dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan makna ini, ” Mereka berpakaian dengan nikmat Allah, tetapi telanjang dari rasa syukur. Ada juga yang berpendapat, berpakaian dengan pakaian dhohir tetapi telanjang dari kebaikan. Ada juga yang mengatakan maknanya adalah menutup sebagian anggot badanya tetapi membuka sebagian yang lain. Sengaja sebagian itu ditampakkan untuk hiasan, memperlihatkan kecantikan dan semacamnya. Dan ada lagi yang berpendapat, maknanya adalah memakai pakaian yang tipis sehingga memperlihatkan warna kulit badannya.

Dari pendapat para ulama’ di atas, bisa kita garis bawahi bahwa istilah berpakaian tetapi telanjang bisa disematkan kepada orang yang berpakaian mini, tipis atau ketat. Karena ketika mereka memakainya, ada sebagian anggota badan yang terbuka. Kalaupun tidak tampak warna kulitnya, tetapi lekuk-lekuknya masih tampak.

 

Properties

Share / Save / Like

Selasa, 06 Maret 2012

HUKUM MEMASANG GAMBAR/FOTO

HUKUM GAMBAR

"Umar bin Syibh mengeluarkannya dari jalan Thariq bin Abdurrahman bin Mahran dari Umair maula Ibnu Abbas dari Usamah: "Nabi shallallahu alaihi wa sallam masuk ke Ka'bah Ialu memerintahkan saya (mengambil air), maka saya bawakan seember air, lalu beliau mulai membasahi pakaian dan memukulkannya ke atas gambar-gambar (untuk menghapusnya), dan bersabda: 'Semoga Allah membinasakan kaum yang menggambar apa-apa yang mereka tidak (mampu) menciptakan(nya).' (HR. Ibnu Abi Syaibah)

"Dari Aisyah: Bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah membiarkan dalam rumahnya sesuatu yang padanya ada salib-salib melainkan beliau mematahkannya.' (HR. Bukkari) Dan Al-Kasymihani dengan lafadz:
'gambar-gambar ' dan Bukhari menerangkannya dengan bab Naqdhi Shuwar dan
menguraikan hadits itu.

"Dari Busr bin Said dari Zaid bin Khalid dari Abu Thalhah: Bahwasanya Nabi shallallabu alat'hi wa sallam bersabda: "sesungguhnya malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya ada gambar.' (HR. Bukhari Muslim)

Busr berkata: "Kemudian Zaid mengeluh, maka kami kembalikan dia. Ternyata dipintunya ada tirai bergambar. Maka saya berkata kepada Ubaidillah Al khulany, anak tiri Maimunah, istri Nabi shallallahu alalhi wa sallam:
"Tidakkah kau dengar ketika dia mengatakan kecuali gambar pada pakaian?
(dalam satu riwayat dari jalan Umair bin AI-Harits dari Bukair AI Asyaj dari
Busr: Maka saya katakan kepada Ubaidillah AI-Khulani: "tidakkah dia
menyampaikan kepada kita tentang hal membuat gambar?" 
Katanya:
"Sesungguhnya ia mengatakan: kecuali gambar pada pakaian, apakah kamu tidak  mendengarnya? Saya katakan: "Tidak." Ubaidillah berkata: "Bahkan dia telah menyebutkan hal itu..
"(HR. Bukhari & Muslim)

"Dari Ubaidillah bin Abdillah: bahwasanya ia menemui Abi Thalhah Al-Anshart (yang) mengunjunginya, ia mendapatkan di samping Abl Thalhah ada Sahl bin Hanif, kemudian Abu Thalhah menyuruh orang untuk melepas permadani yang ada dibawahnya. Berkatalah Sahl kepadanya: 'Mengapa anda lepas?' Abi Thalhah berkata: 'Sesunggubnya padanya ada gambar dan Rasulullah telah mengatakan sesuatu yang aku sunggup mengetabuinya.' Sahl berkata: 'Bukankah beliau mengatakan kecuali gambar pada pakaian?' Kata Abu Thalhah: 'Betul, tapi lebih baik buat jiwaku.'- (HR. An-Nasa'i dengan sanad jayyid, dikeluarkan
pula oleb Tirmidzi dengan lafadz ini dan berkata: HASAN SHAHIH, dan Ibnu Hibban menshahihkannya)

"Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 'Jibril mendatangi saya dan berkata: 'Tadi malam saya mendatangi anda, maka tidak ada yang menghalangiku untuk masuk, hanya saja pintu itu tidak ada gambar-gambar dan di dalam rumah ada seekor anjing.
Maka perintahkanlah agar memotong kepala gambar-gambar di dalam rumah menjadi bentuk Pohon dan perintahkanlah untuk memotong tirai itu, dan buatlah jadi dua bantal untuk sandaranmu, dan perintahkan untuk mengeluarkan anjing itu.' Lalu beliau melakukannya, dan ternyata anjing itu milik Hasan dan Husain yang ada di bawah tempat tidur mereka. Maka anjing itu dikeluarkan.'
(HR. Abu Dawud dengan sanad jayyid (hasan) dan Tirmidzi semisalnya)
Properties

Share / Save / Like

Senin, 05 Maret 2012

JANGAN PUTUS ASA !!!



Dalam kehidupan ini pastilah kita selalu berusaha untuk menjadi lebih baik, baik untuk kehidupan dunia terlebih untuk akherat. Kita juga pasti mempunyai cita-cita tinggi, mempunyai tujuan yang mulia dan sebagainya. Bagaimana kalau di tengah jalan ada cobaan yang sangat berat? Ternyata tidak semuanya bersikap sama. Ada diantara kita yang tetap tabah menghadapi ujian itu, ada yang tetap sabar. Namun sayang sekali.. tidak sedikit diantara kita berputus asa dan berbalik arah. Padahal sesungguhnya semua urusan untuk orang mu’min itu baik sebagaimana sabda Rosululloh SAW : “Sungguh sangat menakjubkan urusan orang-orang mu’min, apabila ia mendapat nikmat, ia bersyukur, apabila ia tertimpa musibah, ia bersabar”. Selayaknya orang-orang beriman menghadapi musibah dengan sabar dan jangan malah berputus asa. Alloh SWT sangat membenci orang-orang yang berputus asa dari rahmatNya.

Pernahkah kita perhatikan seorang bayi yang sedang belajar berjalan. Dia jatuh, bangun lagi, jatuh lagi, bangun lagi. Dia tak pernah kapok untuk belajar berjalan, dia tidak pernah bosan untuk mencoba hal yang sama terus-menerus,sedemikian uletnya, dia seolah-olah tahu bahwa inilah jalan keberhasilan yang harus ditempuh. Tanpa kenal lelah dia terus berusaha dan terus berlatih hingga akhirnya ia bisa berjalan sebagai buah dari usaha yang dilakukan selama ini. Bayangkan kalau saat ia jatuh lalu sang bayi memutuskan untuk berhenti berusaha, putus asa ataupun ia bosan lalu ia bermalas-malasan, dapat dipastikan ia takkan bisa berjalan sampai dewasa. Tapi Alloh SWT menciptakan bayi tidak seperti itu. Secara naluri ia akan berlatih dan terus berlatih hingga ia bisa berjalan.

Pernahkah kita melihat diri kita yang sedang berikhtiar, sedang mencari ilmu atau sedang berkarya untuk hasil terbaik lalu banyak ujian, cobaan dan aral rintang menghadang, apakah kita akan mandeg, atau terus istiqomah dan terus konsisten atas usaha yang sedang kita jalani? Ya sikap istiqomahlah yang harus kita pilih, bukan sebaliknya. Kalau kita di tengah jalan berputus asa, sia-sialah usaha kita selama ini. Sangat disayangkan bukan? Pantang menyerah, itulah yang harus kita lakukan agar kita bisa meraih tujuan dan memperoleh keberhasilan dari usaha yang sedang kita jalani.

Banyak sekali ayat-ayat dalam Al Quran yang melarang kita untuk berputus asa seperti dalam Al Quran Surat Yusuf ayat 81, Alloh SWT berfirman artinya : “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”

Pada ayat tersebut diceritakan bahwa Nabi Ya’kub meminta anak-anaknya untuk mencari Yusuf. Ia sudah sangat rindu kepada Yusuf, anak kesayangannya yang mempunyai kelebihan dibanding anak-anaknya yang lain karena telah sekian lama berpisah sejak Yusuf ketika dulu diajak bermain oleh saudara-saudaranya yang lain. . Nabi Ya’kub berpesan kepada anak-anaknya agar tidak berputus asa dari rahmat Alloh agar mereka terus dan terus mencari Yusuf sampai ketemu. Akhirnya atas izin Alloh akhirnya mereka dapat bertemu Yusuf.

Demikian juga dalam Al Quran Surat Al Hijr ayat 51-56 Alloh SWT berfirman :
“Dan kabarkanlah kepada mereka tentang tamu-tamu Ibrahim. Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan: “Salaam.” Berkata Ibrahim: “Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu.” Mereka berkata: “Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim. Berkata Ibrahim: “Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini?” Mereka menjawab: “Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa. Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat.”

Ayat di atas menceritakan bahwa para malaikat memberi kabar gembira kepada Ibrohim AS bahwa Ia akan dkaruniai seorang anak yang alim yaitu nabiyulloh Ishak AS, padahal ketika itu usianya sudah renta. Secara logika sungguh sulit mempunyai keturunan saat usia sudah lanjut. Karena itu Ibrahim menyanggahnya dengan mengatakan bahwa bagaimana mungkin ia akan mempunyai anak sementara usianya sudah lanjut. Lalu malaikat meyakinkan Nabi Ibrahim bahwa kabar gembira yang diterimanya adalah benar dan berpesan agar ia tidak termasuk orang yang berputus asa. Dan memang benar Nabi Ibrahim tidak pernah berputus asa dari rahmat Alloh, walaupun usia sudah lanjut namun ia terus berdoa agar mendapatkan seorang keturunan, sebagaimana ayat ke 56 yaitu “Tidak berputus asa dari rahmat Alloh kecuali orang-orang yang sesat.”
Mungkin diantara kita ada yang sedang diuji Alloh SWT , sulit mendapatkan keturunan bisa mengambil ibrah dari kisah Ibrahim ini. Terus dan teruslah berdoa kepada Alloh SWT agar dkaruniai anak yang sholeh dan sholehah sambil berikhtiar agar apa yang kita inginkan terkabul.

Pada ayat yang lain yakni dalam Al Quran Surat Al Insyiroh ayat 5-6 Alloh SWT berfirman : “Fainna ma’al ‘usrii yusron, inna ma’al ‘usrii yusron “
Artinya : “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

Pada ayat di atas Alloh SWT menyebutkan sampai dua kali bahwa sesudah kesulitan itu akan ada kemudahan. Pada ayat tersebut Alloh SWT membimbing kita agar jangan pernah menyerah pada keadaan sesulit apapun. Jangan pernah berputus asa. Karena apa? Karena sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Yakinlah bahwa harapan itu masih ada. Jadi, tidak ada alasan buat kita untuk loyo, patah semangat, dan berkeluh kesah karena ditimpa ujian atau musbah. Teruslah semangat agar tercapai harapan-harapan kita.

jangan pernah berputus asa. Ingat bahwa rahmat Alloh SWTsangat luas, Alloh SWT juga tidak akan membebani hamba melainkan sesuai kemampuannya. Tidak ada kamusnya bagi seorang muslim untuk berputus asa dalam kehidupan, karena sesungguhnya banyak kisah teladan yang menggambarkan seberapa dekatnya ia dengan keberhasilan, lalu kandas d tengah jalan gara-gara ia berputus asa. Jadi apapun ujian yang menghadang kita, tetaplah optimis bahwa suatu saat nanti kita akan berhasil. Tetaplah semangat..
Properties

Share / Save / Like

Jumat, 02 Maret 2012

Takdir IMAN - Keimanan Pemahaman dan Tafsir Al-Quran

Ketika Mu'awiyah ibn Abi Sufyan menggantikan Khalifah IV, Ali ibn Abi Thalib (W. 620 H), ia menulis surat kepada salah seorang sahabat Nabi, Al-Mughirah ibn Syu'bah menanyakan, "Apakah doa yang dibaca Nabi setiap selesai shalat?" Ia memperoleh jawaban bahwa doa beliau adalah, "Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Wahai Allah tidak ada yang mampu menghalangi apa yang engkau beri, tidak juga ada yang mampu memberi apa yang Engkau halangi, ... (HR Bukhari).

Doa ini dipopulerkannya untuk memberi kesan bahwa segala sesuatu telah ditentukan Allah, dan tiada usaha manusia sedikit pun. Kebijakan mempopulerkan doa ini, dinilai oleh banyak pakar sebagai "bertujuan politis," karena dengan doa itu para penguasa Dinasti Umayah melegitimasi kesewenangan pemerintahan mereka, sebagai kehendak Allah. Begitu tulis Abdul Halim Mahmud mantan Imam Terbesar Al-Azhar Mesir dalam Al-Tafkir Al-Falsafi fi Al-Islam (hlm- 203).

Tentu saja, pandangan tersebut tidak diterima oleh kebanyakan ulama. Ada yang demikian menggebu menolaknya sehingga secara sadar atau tidak -mengumandangkan pernyataan la qadar (tidak ada takdir). Manusia bebas melakukan apa saja, bukankah Allah telah menganugerahkan kepada manusia kebebasan memilih dan memilah? Mengapa manusia harus dihukum kalau dia tidak memiliki kebebasan itu? Bukankah Allah sendiri menegaskan,

"Siapa yang hendak beriman silakan beriman, siapa yang hendak kufur silakan juga kufur" (QS Al-Kahf [18]: 29)

Masing-masing bertanggung jawab pada perbuatannya sendiri-sendiri. Namun demikian, pandangan ini juga disanggah. Ini mengurangi kebesaran dan kekuasaan Allah. Bukankah Allah Mahakuasa? Bukankah

"Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu lakukan" (QS Al-Shaffat [37]: 96)

Tidakkah ayat ini berarti bahwa Tuhan menciptakan apa yang kita lakukan? Demikian mereka berargumentasi. Selanjutnya bukankah Al-Quran menegaskan bahwa,

"Apa yang kamu kehendaki, (tidak dapat terlaksana) kecuali dengan kehendak Allah jua" (QS Al-Insan [76]: 30)

Demikian sedikit dari banyak perdebatan yang tak kunjung habis di antara para teolog. Masing-masing menjadikan Al-Quran sebagai pegangannya, seperti banyak orang yang mencintai si Ayu, tetapi Ayu sendiri tidak mengenal mereka.

Kemudian didukung oleh penguasa yang ingin mempertahankan kedudukannya, dan dipersubur oleh keterbelakangan umat dalam berbagai bidang, meluaslah paham takdir dalam arti kedua di atas, atau paling tidak, paham yang mirip dengannya.

Yang jelas, Nabi dan sahabat-sahabat utama beliau, tidak pernah mempersoalkan takdir sebagaimana dilakukan oleh para teolog itu. Mereka sepenuhnya yakin tentang takdir Allah yang menyentuh semua makhluk termasuk manusia, tetapi sedikit pun keyakinan ini tidak menghalangi mereka menyingsingkan lengan baju, berjuang, dan kalau kalah sedikit pun mereka tidak menimpakan kesalahan kepada Allah. Sikap Nabi dan para sahabat tersebut lahir, karena mereka tidak memahami ayat-ayat Al-Quran secara parsial: ayat demi ayat, atau sepotong-sepotong terlepas dari konteksnya, tetapi memahaminya secara utuh, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw.

- Wallahu ya'lamu ma tashna'un -
Properties

Share / Save / Like

Kamis, 01 Maret 2012

SHALAT DHUHA

Murahkan rezeki, menolak kepapaan

Antara ibadat sunat yang dianjurkan dan menjadi amalan Rasullullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri ialah sembahyang sunat Dhuha. Banyak hadis-hadis yang mengalakkannya dan menyatakan keutamaannya, Antaranya dalam riwayat Abu Hurairah katanya:-

Maksudnya :”Kekasihku Rasullullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam telah berwasiat kepadaku tiga perkara, aku tidak meninggalkannya, iaitu ; supaya aku tidak tidur melainkan setelah mengerjakan witir, dan supaya aku tidak meninggalkan dua rakaat sembahyang Dhuha kerana ia adalah sunat awwabin, dan berpuasa tiga hari daripada tiap-tiap bulan”( Hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim )

Dalam riwayat yang lain Rasullullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda yang maksudnya: “Pada tiap-tiap pagi lazimkanlah atas tiap-tiap ruas anggota seseorang kamu bersedekah; tiap-tiap tahlil satu sedekah, tiap-tiap takbir satu sedekah, menyuruh berbuat baik satu sedekah, dan cukuplah ( sebagai ganti ) yang demikian itu dengan mengerjakan dua rakaat sembahyang Dhuha .”( Hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim )

Adapun kelebihan sembahyang Dhuha itu sepertimana di dalam kitab “An-Nurain” sabda Rasullullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam yang maksudnya : “Dua rakaat Dhuha menarik rezeki dan menolak kepapaan.”

Dalam satu riwayat yang lain Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang maksudnya: “Barangsiapa yang menjaga sembahyang Dhuhanya niscaya diampuni Allah baginya aku segala dosanya walaupun seperti buih dilautan.”(Riwayat Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)

Dan daripada Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu berkata :“Aku mendengar Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Barangsiapa yang mengerjakan sembahyang sunat Dhuha dua belas rakaat dibina akan Allah baginya sebuah mahligai daripada emas”(Riwayat Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Waktu sembahyang Dhuha ialah dari naik matahari sampai sepenggalah dan berakhir di waktu matahari tergelincir tetapi disunatkan dita’khirkan sehingga matahari naik tinggi dan panas terik.

Cara menunaikannya pula adalah sama seperti sembahyang-sembahyang sunat yang lain yaitu dua rakaat satu salam. Boleh juga dikerjakan empat rakaat, enam rakaat dan lapan rakaat. Menurut sebahagian ulama jumlah rakaatnya tidak terbatas dan tidak ada dalil yang membatasi jumlah rakaat secara tertentu, sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah bermaksud:“Adalah Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam bersembahyang Dhuha empat rakaat dan menambahnya seberapa yang dikehendakinya.”(Hadis riwayat Ahmad, Muslim dan Ibnu Majah)
Dalam sebuah hadis yang lain Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bermaksud :” Barangsiapa yang menunaikan sembahyang sunat Dhuha sebanyak dua rakaat tidak ditulis dia daripada orang-orang yang tidak lalai daripada mengingati Allah dan barangsiapa yang menunaikan nya sebanyak empat rakaat ditulis akan dia daripada orang-orang yang suka beribadat dan barangsiapa yang menunaikannya sebanyak enam rakaat dicukupkan baginya pada hari tersebut, barangsiapa menunaikanyan sebanyak lapan rakaat Allah menulis baginya daripada orang-orang yang selalu berbuat taat, barang siapa yang menunaikannya sebanyak dua belas rakaat Allah akan membina baginya mahligai didalam syurga dan tidak ada satu hari dan malam melainkan Allah mempunyai pemberian dan sedekah kepada hamba-hambaNya dan Allah tidak mengurniakan kepada seseorang daripada hamba-hambaNya yang lebih baik daripada petunjuk supaya sentiasa mengingatiNya,” (Riwayat At-Thabarani)
Properties

Share / Save / Like